Part 3

11.1K 190 17
                                    

WARNING : Bacaan ini hanya untuk usia 20 tahun ke atas. Bila umur masih di bawah 20 tahun, disarankan untuk tidak membacanya. Kalau yang belum cukup umur membaca tulisan ini, author tidak bertanggung jawab. 

##############################################################

"Mama? Mama?" Aina terus berjalan memasuki rumahnya dengan cemas, rumahnya terlihat gelap dan ia tidak menemukan ibunya di kamar. Ia terus menelusuri rumahnya sambil menyalakan beberapa lampu rumahnya. Ketika ia sampai dirumah betapa terkejutnya Aina ketika melihat ibunya yang sudah tergeletak di lantai dengan pecahan gelas disekitar tubuh ibunya.

"Mama!! Bangun, ma." ucap Aina sambil menangis dan mencoba memangku tubuh ibunya, ia langsung bergegas menelfon rumah sakit yang biasa menangani ibunya.

*******************

"Bagaimana kondisi mama saya, dok?"

'Maaf Aina kali ini kita harus melakukan tindakan operasi, karena kondisi ibu kamu semakin melemah."

"Operasi? Apa__ apakah dengan operasi ibu saya akan menjadi lebih baik?" tanya Aina dengan ragu-ragu.

"Tentu, karena kita sudah tau kalau seluruh obat yang terbaik sekali pun sudah kita berikan, dan ibumu tetap harus menjalani operasi ini."

Aina menundukan kepalan, ia menatap jari-jari tangannya yang saling bertautan. Bukannya ia tidak ingin ibunya untuk menjalani operasi, namun ia tidak memiliki biaya. Uang yang harus ia miliki untuk membayar operasi ibunya tidaklah sedikit. Ketika pemikiran itu terbersit, Aina sudah tidak memikirkan apaun. Saat ini yang ia inginkan adalah kesembuhan ibunya. Sebenarnya ia masih memiliki keluarga yang bisa membantunya. Ia masih memiliki kaka sepupu dari keluarga ayahnya yang kaya raya. Namun ia tidak ingin merepotkan sepupunya itu, lagi pula sudah lama Aina tidak bertemu dengan sepupunya itu. Aina bahkan hanya mengingat nama kecil sepupu laki-lakinya itu.

Dengan mantap ia mengangkat kepala dan berkata pada dokter yang berada di depannya, "Baik dok, lakukan operasi itu, saya akan segera membayarnya."

**********************

"Empat ratus juta?? Apa kamu gila Shofia?" bentak Daniel pada Aina di ruangannya. Aina sendiri merasa takut karena reaksi Daniel yang membentak dirinya. Namun ia sudah tidak bisa mundur lagi, ini semua ia lakukan untuk ibunya.

"Ayolah Daniel, kamu sendiri kan yang bilang kalau pria itu bersedia memberikan berapapun, kau__ kau tinggal bilang kalau aku masih perawan. Aku yakin pria seperti itu pasti akan berani membayar mahal?" ucap Aina dengan setenang mungkin, untung saja ruangan sedikit gelap yang pastinya menutupi wajahnya yang merona ketika membicarakan keperawanannya yang akan ia jual.

Daniel nampak menimbang-nimbang. Ia mengelus-elus dagunya seraya terus menatap Aina dengan intens dari atas sampai bawah. Apa yang dikatakan Aina ada benarnya, pasti pria itu berani bayar mahal demi mendapatkan barang bagus seperti Aina. Daniel pasti bisa mendapatkan berkali-kali lipat dari apa yang diminta Aina dari pria kaya raya itu. 

"Oia, memangnya siapa nama pria itu?"

"Ah, nanti kamu juga akan tau, Shofia. Aku rasa aku tidak perlu memberi tahumu sekarang."

"Baiklah." ucap Aina sambil menganggukan kepalanya.

"Apa kamu yakin Shofia? Karena kalau sekali kamu bilang ia, kamu tidak akan bisa mundur."

"Aku yakin." ucap Aina mantap.

"Ah, satu lagi. Daniel, boleh aku minta empat ratus jutanya diawal? Aku tidak akan kabur, aku akan melakukan tanggung jawabku. Kamu sudah mengenal aku dengan baik, bukan?"

ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang