"Na, kamu liat Tania?" tanya Kevin yang sudah berada di kelas Tania dan Aina.
"Hemm, aku juga nggak liat dia. Aku telfon handphonenya juga nggak aktif."
"Apa dia sakit? Kemarin dia juga nggak dateng ke acara Ando." ucap Kevin yang sudah duduk disebelah Aina.
"Tania nggak dateng? Bukannya dia mau dateng?" tanya Aina bingung.
Kevin mengangkat bahunya, "Entah, dia juga bilangnya mau dateng. Tapi aku tunggu-tunggu dia nggak dateng-dateng."
"Dia kenapa ya, aku jadi khawatir. Nanti pulang aku mau kerumahnya kalau gitu."
"Aku ikut."
**************************
Tania hanya duduk di ranjangnya. Ia memilih tidak keluar kamarnya, tidak memakan apapun dan hanya menangis. Ia benar-benar merasa hancur. Tania terus meratapi masa depannya kelak. Ibunya pun tidak bisa berbuat apa-apa, Tania tidak menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.
Pintu kamarnya terbuka. Kepala Aina menyembul kedalam kamar Tania yang gelap, Kevin menyusul dibelakangnya. Aina menatap kepenjuru kamar Tania yang berantakan dan gelap, lalu ia membuka tirai kamar Tania.
"Tania, kamu kenapa?" tanya Aina yang sudah duduk disisi Tania, Aina benar-benar sedih melihat kondisi sahabatnya itu.
Tidak ada jawaban dari Tania. Ia hanya diam dan menatap kosong kedepan. Kevin mendekat dan berjongkok dihadapan Tania.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Kevin dengan lembut dan menggenggam tangan Tania. Diluar dugaan Tania menjadi tersentak dan menepis tangan Kevin.
"Pergi!! Jangan....jangan ganggu aku!! Jangan sentuh aku!!" ucap Tania tiba-tiba dengan histeris.
Aina menutup mulutnya sambil menatap Tania dengan air mata yang berlinang.
"Tania, sayang ini aku Kevin." ucap Kevin sambil menggenggam kedua bahu Tania.
"Engga!! Kamu bukan Kevin!" ucap Tania sambil meronta dan menangis.
Kevin yang melihat wanita yang dicintainya histeris seperti itu menjadi tidak tega. Namun ia harus menyadarkan Tania. Dengan tekat , Kevin memeluk tubuh Tania. Ia tidak peduli dengan pukulan-pukulan dan rontaan Tania.
"Tania, ini aku Kevin. Lihat, lihat aku, aku Kevin." ucap Kevin sambil memegang kedua pipi Tania.
Seakan tersadar Tania berhenti meronta dan menatap Kevin. "Kevin. Kevin, kamu Kevin. Kevin aku takut." ucap Tania menangis sambil memeluk Kevin dengan kencang.
"Ssttt, tenang ada aku disini." ucap Kevin sambil membalas pelukan Tania. Pandangan Kevin beralih pada Aina yang sadang memeluk ibu Tania yang sedang menangis melihat kondisi putrinya. Aina memilih membawa ibu Tania keluar kamar, membiarkan Tania tenang dengan Kevin.
"Sayang, kamu kenapa princess?" Kevin masih mengelus dan menenagkan Tania yang masih terisak dipelukannya. Kini Tania sudah tidak sehisteris tadi, kali ini ia hanya sesekali terisak.
"Aku takut." ucap Tania pelan.
"Takut kenapa? Ada aku disini." ucap Kevin lembut.
Tania mendongakkan kepalanya menatap Kevin. Kevin menatap wajah cantik Tania yang pucat dengan senyum menawan. Kevin sedikit tersentak ketika melihat luka disudut bibir Tania, dan ada sedikit lebam di pipinya. Namun Kevin tidak ingin menanyakannya dulu pada Tania.
"Kevin, aku___aku__Kevin___"
"Sssttt, kalau kamu belum siap jangan dipaksa." potong Kevin sambil merengkuh Tania kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortality
General FictionCinta. Lebih susah kita menjaganya ketika ia ada, daripada mencarinya ketika ia belum ada.