Part 8

3.6K 62 15
                                    

Seperti kaset kusut yang mengulang, Tania kembali menangis dikamar setelah perlakuan Alvaro kepadnya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan pria gila itu. Tania tidak mengenalnya, merasa tidak memiliki musuh, namun dari mana Alvaro bisa muncul dikehidupannya?

Kevin Kevin Kevin, nama itu yan terus terucap dari bibir Tania bagai mantra. Ia sangat mencintai pria itu, namun ucapan Alvaro seakan menyadarkannya. Apa ia tidak pantas lagi dengan Kevin?

**********

Malam ini dengan enggan Tania datang ke-kediaman keluarga Keith. Rosa mengundang Tania untuk menghadiri acara makan malam dirumahnya. Rosa begitu menyayangi Tania, mungkin karena ia tidak memiliki anak perempuan, dan ia tidak sabar agar Kevin dapat menikah dengan Tania.

Dimeja makan terhidang makanan mewah yang sangat lezat. Sesekali Tania tertawa dan berbaur dengan kehangatan keluarga Keith. Namun ia juga sering menundukan kepalanya tatkala merasakan Alvaro menatapnya dengan intens.

"Jadi, kapan Kevin akan melamar Tania? mommy sudah tidak sabar menimang cucu?" tanya Rosa dengan sumringah.

Tania tersedak mendengar pertanyaan Rosa. mungkin ia akan sangat senang dengan keramahan Rosa, namun tidak dengan adanya Alvaro yang berdehem seolah memberikan isyarat tidak akan mungkin terjadi.

"Mom, aku baru saja bekerja membantu Dad, Tania juga masih kuliah. Mungkin dua atau tiga tahun lagi? Bukan begitu sayang?" ucap Kevin tersenyum menatap Tania yang menunduk malu.

"Emm, Kevin benar tante." jawab Tania dengan malu-malu

"Baiklah, sebagai awalan kamu harus memanggilku mommy dan suamiku daddy. Karena, kami juga akan menjadi orangtua kamu Tania."

"Baiklah, mommy dan daddy." ucap Tania tulus

"Apa kau sangat mencintai Kevin, Tania?"

Tiba-tiba suara Kevin menggema dengan tenang, namun sanggup membuat Tania menegang. Tubuh Tania sedikit gemetar mendengar pertanyaan Alvaro, iapun terus menundukan kepalanya.

"Kak, kau membuat Tania ketakutan." Kevin sedikit khawatir yang melihat kekasihnya itu diam menundukan kepalanya.

"Kenapa? Aku kan hanya bertanya pada kekasihmu? Aku hanya tidak ingin kalau ada yang menyakiti bahkan menghianati adikku." ucap Alvaro dengan cuek.

"Aku percaya Tania, dia tidak mungkin meghianatiku. Dan, tolong kak jangan menatap kekasihku seperti itu." Kevin menggenggam tangan Tania menenangkan, dan menatap Alvaro tajam.

"Kenapa dari tadi kamu yang bicara, aku bertanya pada Tania?" tanya Alvaro enteng sambil memakan makanannya.

Merasa namanya disebut kembali, Tania menegakan kepalanya menatap sekeliling meja.

"Saya sangat mencintai Kevin apapun yang terjadi. Saya percaya pada Kevin, saya akan menerima apapun yang akan terjadi kedepannya." ucap Tania mantap sambil menatap Alvaro.

Mendengar ucapan Tania yang terdengar memuja Kevin, membuat Alvaro geram dan tidak sadar menggenggam erat garpu ditangannya.

"Okey, kalau kau Kevin? Apa kau sangat mencintai Tania?" kali ini pertanyaan ditujukan ke Kevin

"Apa maksud pertanyaan mu? Aku sangat mencintai Tania, tidak akan ada yang bisa memisahkan kami berdua. Sebenarnya apa arah pertanyaanmu ini kak? Apa kau menyukai Tania?" selidik Kevin

Alvaro terkekeh, "Kau itu lucu Kevin, aku menyukai Tania? Bahkan kami baru saja mengenal. Kecuali kalau Tania yang menyukaiku?"

"Kevin! Alvaro! Cukup, ini meja makan tolong jangan bikin suasana memanas. Kau Alvaro, jangan terus menggoda adikmu dan Tania. Dan kau Kevin tidak usah dengarkan Alvaro yang terus saja menjahilimu. Ah, Tania maafkan kedua putraku, mereka berdua dari dulu paling suka beradu argumen, bahkan aku sebagai mommy nya selalu dibuat pusing."

Suasana dimeja makan sudah membuat Tania tidak nyaman. Tania bertanya dala hati, apa maksud pertanyaan-pertanyaan Alvaro?  Kevin sendiri sudah mulai terpancing emosinya karena ulah sang kakak. Sedangkan Alvaro hanya terkekeh melihat betapa serunya permainan yang sedang ia jalani.

**********

Aina diliputi ketakutan saat Alvaro memintanya untuk datang kekantornya menemuinya secara langsung. Dengan gusar Aina sedang menunggu Alvaro yang meminta dia menunggu diruang kerja Alvaro.

Selang lima belas menit kemudian Alvaro memasuki ruangannya.

"Ah, nona Aina maaf membuatmu menunggu lama." ucap Alvaro sambil terkekeh namun membuat orang yang mendengarnya ketakutan.

Aina terlonjak kaget mendengar suara Alvaro. Ia bangkit dari duduknya, menatap Alvaro takut-takut.

"Silahkan duduk kembali Aina."

Aina tidak mengeluarkan suaranya, namun ia duduk kembali dibangkunya tanpa terbantahkan.

"Langsung saja, begini saya mau kamu membantuku." udap Alvaro tiba-tiba

"Ma-maksudnya?"

"Saya mau kamu membantu saya mendapatkan Tania."

"APA? Apa kau sudah gila?"

Alvaro terkekeh "Tenang Aina. Ini hanya penawaran, kau tau saya jarang sekali membuatkan penawaran."

Aina masih menegang ditempatnya, nafasnya memburu antara ketakutan dan kemarahan yang menjadi satu.

"Aku tidak akan pernah mau, lebih baik aku mati!" raung Aina dan bangkit dari duduknya bersiap pergi meninggalkan ruangan Alvaro

"Bagaimana kalau Tania yang mati?"

Aina menghentikan langkahnya. Memutar balik menghadap Alvaro kembali.

"Jangan ganggu Tania, ku mohon. Ia tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua." Aina mulai terisak.

"Jadi bagaimana kau tertarik membantuku?"

Aina terdiam.

"Kau bisa memilih Aina, apa kau akan tega kalau video yang saya punya dengan Tania tersebar? Apa pandangan orang tentang Tania. Apa pandangan Kevin? Yang paling penting, apa jadinya kalau Tania tau kekacauan ini bermula dari sahabatnya sendiri? Apa ia masih mau bertemu dan berteman denganmu? Betapa kacaunya Tania kalau semua itu terjadi, mungkin ia bisa gila dan mungkin sampai bunuh diri?" ucap Alvaro seakan sedang berceramah.

Aina memejamkan matanya membayangkan itu semua terjadi, sangat menakutkan. "Apa sebenarnya yang kau rencanakan Alvaro? Kenapa harus Tania?"

Alvaro menyeringai, "Kau harus rebut Kevin dari Tania."

"Apa kau gila Alvaro?!" teriak Aina.

"Sekali lagi Aina ini hanya penawaran, kau bisa mengambilnya atau tidak."

"Apa bedanya Alvaro, kalau itu terjadi Tania akan tetap membenci ku, ia tetap akan terluka, Alvaro." Aina sudah menangis, ia tidak bisa membendung air matanya lagi.

Alvaro mendekat kearah Aina, "Pikirkan baik-baik Aina. Ingat, masa depan Tania ada di keputusanmu." desis Alvaro ditelinga Aina.

########################################

Ya ampun :"( baru sempet update lagi. Maaf sekali lagi karena aku jarang banget update. Kalian tau, saking lamanya update, aku harus baca ulang lagi dari awal biar tau ini cerita siapa aja tokohnya, gimana ceritanya HAHAHA saking lamanya update. Sekarang aku lagi suka baca cerita punya temen" yang lain :)

Aku yakin sudah bisa nebak kan jalan ceritanya HEHE

JANGAN LUPA COMMENT & VOTE YA TEMAN :)









ImmortalityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang