FAJAR KINANTHI

4.5K 359 37
                                    

"Awwassss! awaaassss! minggir... minggirrr!"

Bruukkk!!!

Kinan dan sepedanya masuk kedalam parit hingga stang sepedanya bengkok dan velg bannya melengkung. Gadis itu meringis, merasakan sakit di lengan dan sikunya serta betis dan kakinya. Ia mencoba bergerak tapi diurungkan karena merasa perih di bagian sikunya.

"Mbak ndak apa-apa?" Seorang lelaki berkaca mata dengan beberapa orang anak kecil menghampirinya. Lelaki itu membantu Kinan mengangkat sepeda yang sudah tidak karuan bentuknya dari atas tubuh Kinan. Gadis itu sendiri memilih tergeletak karena ia masih kaget dengan apa yang terjadi. Semalam ia baru datang ke tempat salah satu kakak kembarnya mengabdi, pagi tadi dia ditinggal saat masih tidur sementara kakaknya sudah berangkat mengajar. Melihat sepeda sang kakak Kinan yang merasa lapar berinisiatif naik sepeda itu untuk mencari sarapan. Kakaknya itu sungguh terlalu sudah tahu  ada adiknya yang manis dan cantik like princess dirumahnya eh malah pergi begitu saja, kalau Pak Haryo tahu anak gadisnya diterlantarkan bisa ngamuk ala reog nanti pak Haryo. Untuk beberapa saat Kinan mengatur nafasnya, ia berusaha menenangkan dirinya sebelum bangkit. Matanya agak berkunang-kunang efek dari lapar, terkejut dan sakit karena jatuh. Belum lagi suara-suara berisik yang ada di dekatnya.

"Waahhh kakinya berdalah!"

"Tanannya luka. Iiiihhh tatut!"

"Minggil minggil janan dekat-dekat, nanti kena labies."

"Tentena mati, dia diam saja. Habis ini jadi hantuuuuuu." Dan anak-anak kecil itu ramai berkomentar, ada juga yang menangis melihat kondisi Kinan yang berdarah-darah, ada yang teriak-teriak heboh membuat Kinan hanya bisa memejamkan matanya karena mendengar kegaduhan yang terjadi disekitarnya.

"Anak-anak, tenang dulu ya. Semua minggir, pak guru mau bantu mbaknya dulu. Ayo semua minggir duduk manis atau berdiri disebelah sana. Bu Hasna, tolong anak-anak diawasi ya. Saya mau menolong mbaknya, takutnya parah." Seorang wanita muda berhijab merah jambu yang dipanggil Hasna segera menertibkan anak-anak yang sudah ramai dan berisik.

"Apa perlu dibawa kerumah sakit, pak Fajar? Sepertinya parah." Bu Hasna mendekati lelaki yang dipanggil pak Fajar yang kini berusaha menolong Kinan. Sedangkan lelaki itu berusaha mengetahui keadaan Kinan.

"Mbak, dengar saya?"

"Masnya malaikat? Kenapa ganteng sekali? Itu keringat apa water spray mas? glowing sampai silau."  Kinan menatap lelaki dihadapnnya tidak berkedip. Refleks ia mengusap mulutnya takut tiba-tiba air liurnya menetes. Lelaki dihadapannya begitu bersinar dengan kacamata segi empat yang membingkai wajahnya. Lelaki iti tersenyum mendengar racauan Kinan membuat Kinan makin terpesona, sederet gigi putih membuat Kinan memilih tetap berbaring dan memejamkan mata, siapa tahu nanti bisa merasakan tangan-tangan kokoh dengan otot yang menonjol itu membopong tubuhnya ala-ala pengantin barat.

"Mbak...mbak..." Fajar mengguncang tubuh Kinan perlahan.

"Sik mas, aku ambekan disik, jantungku mau copot." Setelahnya Kinan membuka mata perlahan memamerkan bulu mata yang lentik ala boneka berbie milik  keponakannya. Fajar menunggu. Setelah Kinan benar-benar membuka matanya ia segera membantu Kinan duduk, gadis itu meringis kesakitan.

"Kita ke puskesmas ya mbak, luka mbak kelihatannya parah." Kinan terdiam masih terpesona dengan lelaki yang diahadapannya. 

"Bu Hasna, anak-anak di bawa pulang ke sekolah ya, saya mau ngantar mbaknya ke puskesmas. Lukanya sepertinya parah."

"Baik pak Fajar, ayo anak-anak kita pulang ke sekolah." Lalu anak-anak TK itu segera pergi meninggalkan Kinan dan Fajar sendirian. 

"Sebentar, saya hubungi teman saya dulu." Kinan mengangguk, tak lama sebuah mobil datang menghampiri keduanya.

FAJAR KINANTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang