Sudah tiga hari Kinanthi menemani Fajar Kusumo di hotel, kegiatannya hanya makan, tidur, kuliah dan menonton televisi. Fajar selalu memeluknya saat tidur, sudah seperti anak bayi saja yang kalau mau tidur minta di kelonin. Kinanthi yang malas berdebat dengan orang sakit hanya menuruti saja semua keinginan Fajar Kusumo, iyakan saja, biar cepat sembuh biar cepat pulang. Jangan sampai berlama-lama di Jepang, bukan bergelar sarjana yang didapat tapi gelar MBA, Married by Accident. Untung saja setiap pak Haryo menelpon Fajar tidak mengeluarkan suara-suara aneh yang membuat bapaknya curiga, kalau tidak bapaknya itu akan langsung terbang ke Jepang. Anggap sekarang Kinanthi menurut sebelum dia kabur. Tapi mau kabur kemana juga percuma karena Fajar Kusumo pasti bisa menemukannya. Kadang dirinya berfikir apakah jodohnya benar-benar Fajar Kusumo, bisa tidak jodohnya itu seperti David bisbal atau Burak Ozcivit, yang rada brewok-brewok dan berbulu seperti bapak nya Haryo, kan kalau lagi ciuman bisa ada sensasi geli-geli sedap gitu. Kalau diraba-raba juga ada sensasi semriwing. Bukan modelan Fajar Kusumo yang glowing begini bisa prosotan dirinya saat making love nanti, bukannya masuk malah meleset kemana-mana. Kinanthi menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin dia menbayangkan making love dengan Fajar Kusumo. Aura duda memang selalu meresahkan anak perawan. Tidak mungkin kan tiga hari hatinya langsung putar balik menuju Fajar Kusumo. Lelaki itu bukan tipenya lagipula umurnya sudah mendekati expired. Masa dia langsung tresno jalaran kulino, baru tiga hari mereka kumpul bocah dan bapak bocah masa iya sudah jatuh kepelukan duda. Pasti ada yang salah dengan hatinya. Kembali Kinanthi menggelengkan kepalanya. Pasti Fajar Kusumo sudah melancarkan ilmu pengasihan padanya hingga dia bisa memiliki rasa padahal awalnya biasa saja, karena yang mereka lakukan juga tidak mengarah pada hal-hal yang romantis. Hanya bersama dalam jangka waktu yang lama.
"Kita sarapan diluar, ya." Fajar Kusumo berkata membuyarkan lamunan Kinanthi. Lelaki itu memperhatikan Kinanthi yang sedang menatap keluar jendela sambil sesekali menggeleng gelengkan kepalanya. Ia tidak mengusik gadisnya yang terlihat berfikir keras hingga sesekali dahinya berkerut. Fajar merasa gadis itu sedang memikirkannya, saat ini ia merasa kalau Kinanthi sudah memiliki rasa padanya meski gadis itu denial akan perasaannya. Fajar akan setia menanti, menanti Kinanthi mengatakan iya untuk menjadi istrinya. Dirinya sudah mantab menikahi cucu Brama Tejokusumo. Dimana lagi dia mendapat istri sepolos anak sapi macam Kinanthi. Muda, cantik, menggemaskan meski sedikit barbar, tapi dia mencintai semua yang ada pada diri Kinanthi.
Kinanthi menatap Fajar tanpa berkedip, lelaki calon raja ini pasti sudah sehat, hingga mengajaknya makan diluar, karena biasanya mereka memesan layanan kamar. Rencananya hari ini Kinanthi akan pergi keluar jalan-jalan, ia ingin makan ramen pedas karena merasa sakit kepala sekalian membeli pernak pernik rambut. Kin suka memakai aksesoris di rambutnya, meski dia suka memakai celana dan kemeja dari pada dress tapi dia suka menghias rambutnya. Ia merasa cantik jika rambutnya dipasang acsesoris berupa jepit rambut, tali rambut atau bandana. Tapi ia akan pergi sendiri bukan bersama Fajar Kusumo, karena biasanya lelaki itu paling malas menunggu wanita belanja yang ujung-ujungnya bakalan uring-uringan. Tidak membelikan malah marah-marah kan bikin bete.
"Om sudah lebih baik? Sudah sehat? Jangan terlalu di paksa untuk keluar kalau belum sehat."
"Saya sudah sehat, ada kamu bersama saya membuat saya pulih lebih cepat. Kamu tidak perlu khawatir, tidak ada yang lebih baik dari hari ini." Fajar Kusumo tersenyum dengan lebar, sepertinya suasana hati pangeran sedang sangat-sangat baik. Lelaki itu bahkan membantu Kinanthi untuk menyisir rambutnya dan memakaikan bandana berwarna hijau, serasi dengan mini dress yang dibelikan Fajar Kusumo.
"Rambutmu halus dan berkilau, cocok jadi iklan shampo."
"Terima kasih. Perawatan mahal ini Om, jadi wajar kalau hasilnya bagus."Kinanthi sengaja mengatakan hal tersebut untuk membuat sang pangeran illfeel. Cowok tidak suka cewek matre, itu yang dia tahu. Jadi agar pangeran ini tidak menyukainya ia sengaja melontarkan kata-kata itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR KINANTHI
RomantizmKalau dedek Kinan ketemu Mas Fajar apa yang terjadi yaaa???