Pitu

1.3K 225 47
                                    

Kinanti mengantar Mentari pergi ke toko mainan. Ia sebenarnya enggan untuk pergi tapi eyang putrinya ini memaksanya dengan dukungan Pak Haryo dan Bu Aghni, katanya kalau Kinanthi harus menghirup udara luar agar tidak seperti vampir. Seperti vampir dari mana kalau modelan Selena Gemez dengan bibir sensual ala Kendall Jenner yang bisa membuat jantung duda atau perjaka  bergetar. Sekelas dengan putra mahkota saja blingsatan apalagi sekelas raja hutan macam Tiger sudah pasti ngesot ngesot mengejarnya.

"Kita ke salon dulu sebelum ke toko mainan." Kinanthi menurut saja diseret sang eyang yang masih terlihat glowing di tengah-tengah kesibukannya sebagai dokter spesialis.

"Sonya kemana, yang ti?"

"Kencan sama Tirta."

"Mas Tirta kencan sama Sonya?" tanya Kinanthi heran, setahunya sahabatnya itu bagaikan anjing dan kucing kalau berhubungan dengan Tirta. Mentari mengendikkan bahunya.

"Mas, warnai lavender ya." Kinanthi bicara dengan mas-mas pemilik salon langganan mereka.

"Kamu mau mewarnai rambut, Kin?" 

"Iya eyang, tapi ngga semua kok, gradasi saja, Kinanthi mau buang sial."

"Lavender atau lilac ya mas."

"Siap mbak Kin."

"Kalau bapakmu tahu bisa jantungan, punya anak wedok kok kakehan polah."

"Bapak Haryo akan semakin jantungan kalau lihat anak wedoknya angkrem terus dalam kamar, yang ti. Eyang ngga lihat tingkah bapak Haryo buat Kin mau keluar rumah, sampai uang jajan Kin ditambah, hape Kin diganti takutnya hape Kin ngga support belanja online. Itu Wifi di rumah udah mau ganti kuota bisnis kalau Kin ngga mencegah, dikira wifi nya macet karena Kin hanya gegoleran saja dikamar."

"Kamu juga kenapa diam terus dikamar, eyang ngga yakin kamu masih patah hati."

"Kin juga ngga tahu eyang, malas saja bawaannya keluar rumah, enak di rumah, adhem bisa tidur sambil lihat film."

"Bukan karena menghindari seseorang kan?" Kinanthi berdecak, eyangnya ini sudah seperti paranormal saja bisa menebak dengan benar.

"Ngga ada yang aku hindari kok eyang, lagipula buat apa dihindari, kalau jodoh, mau dihindari bagaimanapun pasti bertemu. Kalau ngga jodoh, mau dikejar bagaimanapun pasti juga ngga akan dapat." Mentari mengangguk. Keduanya lalu terdiam sambil menikmati treatment yang dilakukan oleh dua petugas salon.

Kinanthi mematut wajahnya didepan cermin, ia terlihat lebih segar dan cantik. Diam-diam Mentari mengirim gambar cucunya pada Brama. Setelahnya Brama memberi pesan agar Mentari mengajak Kinanthi berbelanja pakaian. Brama mengatakan agar Mentari mendandani Kinanthi seperti seorang wanita, jangan pakai celana jeans dan kemeja terus, hilang aura kewanitaan nya. Awalnya Kinanthi menolak, tapi dengan sedikit paksaan gadis itu akhirnya mau mengganti bajunya dengan mini dress warna salem dengan bando pita yang ada mutiaranya. Sudah mirip boneka barbie penampilan Kinanthi saat ini membuat Brama puas. Ia pastikan sang putra mahkota tidak akan bisa berpaling dari cucunya, tambah keblinger dan terus mengejar cucunya. Siapa yang tidak senang punya cucu mantu seorang calon raja, bisa meningkatkan nilai jual hewan ternak dan sayurannya serta menambah koneksinya untuk memperbesar bisnisnya. Brama tidak munafik, jaman sekarang koneksi masih penting, nama belakang ataupun siapa orang yang dibelakang mu masih jadi pertimbangan jika mau berbuat curang. Sampai kapanpun penguasa memiliki keuntungan lebih daripada tidak punya kuasa. Brama akan berusaha agar Kinanthi menjadi istri Fajar Kusumo.

Kinanthi dan Mentari masuk kedalam toko mainan seraya melihat-lihat mainan yang cocok untuk putranya yang berusia lima tahun. 

"Eyang, mau beli mainan buat siapa?"

FAJAR KINANTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang