Kinanthi tidak pernah punya keinginan bertemu secara langsung dengan Melati Purbaningrum sang Ketua DPRD yang katanya tunangan dari Gusti Pangeran Fajar Kusumo. Dalam mimpipun ia tidak ingin bertemu dengan sang ketua DPRD. Beberapa kali instansinya berhubungan dengan DPRD ia selalu bisa menghindarinya karena ia ingin meminimalisasi konflik dengan wanita-wanita pecinta Fajar Kusumo. Bukannya ia takut atau insecure tapi ia malas meladeni wanita dengan segala kecemburuannya yang bisa bertingkah tidak masuk akal. Belum sempat keduanya berkenalan secara resmi, Gusti Ratu Kencana undur diri karena mengangkat telepon. Jadilah kini Kinanthi, Kinan dan Melati yang ada di ruang tamu kediaman Ratu Kencana.
"Kamu siapa?" Tanya Melati pada Kinanthi yang sejak tadi hanya diam saja menyaksikan interaksi wanita itu dengan Kinan dan Gusti Ratu. Melihat Kinan calon anak tirinya begitu akrab dengan wanita yang sedang memakai seragam dinas itu mau tidak mau hatinya merasa tercubit. Ia sudah mengerahkan segala macam cara untuk mendekati Kinan tapi sepertinya gadis itu sama sekali tidak tertarik berinteraksi lebih dengan dirinya.
"Tante Mela, kenalin ini mbak Kin, calon mama aku, kesayangan Gusti Pangeran Fajar Kusumo." Bukan Kinanthi yang menjawab tapi Kinan. Melati menaikkan sebelah alisnya dan menatap Kinanthi dengan seksama dari atas sampai bawah. Jadi ini saingannya untuk mendapatkan gelar istri Pangeran Fajar Kusumo, dari perawakannya gadis dihadapannya ini cantik dan menggemaskan secara bersamaan. Kulitnya yang terlihat bersih bersinar membuatnya sedikit iri. Dirinya saja butuh puluhan juta untuk mengencangkan dan mencerahkan kulit. Sepertinya gadis yang akan menjadi saingannya ini bukan gadis sembarangan mengingat tidak mungkin seorang ASN bisa melakukan perawatan wajah dan tubuh yang mahal kalau tidak korupsi. Atau jangan-jangan gadis ini sudah memanfaatkan Fajar Kusumo untuk membiayai hidupnya. Sepertinya dia harus mencari tahu.
"Kamu dinas dimana?"
"Mbak Kin itu pegawai negeri tante, abdi negara yang benar-benar mengabdi untuk negara bukan hanya wakil rakyat yang ujung-ujungnya mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan memperkaya dirinya. Awas ya Tante Mela, jangan macam-macam sama mbak Kin, auto ngamuk ayahku nanti kalau kesayangannya di ganggu. Kinan kasih tahu tante ya, ayahku itu bucin sama mbak Kin sudah di luar nurul, cintanya mentok notok jedog, ngga bakalan geser apalagi putar balik. Ayahku itu lelaki yang susah move on, tiga tahun nunggu saja dijabanin, kurang berkorban apa ayahku itu untuk mendapaatkan hati mbak Kin. Tapi mbak Kin itu memang layak untuk diperjuangkan kok, selain cantik dan baik hati mbak Kin juga dompetnya tebel dalam arti yang sebenarnya, bukan karena banyak kantong isi kartu yang kosong rekeningnya." Kembali Kinan yang menjawab. Melati tampak mengepalkan tangannya, entah kenapa suasana hatinya selalu tidak senang jika berinteraksi dengan putra Fajar Kusumo. Anak kecil itu dulu begitu manis dan menurut padanya, sayangnya dengan bertambahnya usia anak itu makin menyebalkan dimatanya.
"Tante kan tanyanya ke mbak Kin? Iya kan kamu dipanggil begitu? tapi kok malah Kinan yang jawab?"
"Kinan ini jubirnya mbak Kin, tante. Karena ayah tidak ada disini maka sudah kewajiban Kinan untuk melindungi mbak Kin dari serangan negara api. Kinan harus mengupayakan mbak Kin tetap aman dan nyaman sampai akhir, jangan sampai gara-gara ulah tante, mbak Kin jadi menolak ayahku. Kebahagiaan ayah itu bisa menikahi mbak Kin, kalau ayah bahagia aku juga pasti akan bahagia, tante."
"Aduh Kinan, kok kamu menggemaskan sih. Tante kan cuma pengen kenalan dengan mbak Kin, bukan mau menerkam mbak Kin. Kamu protektif banget jadi bocil." Melati hendak mencubit pipi Kinan yang terlihat menggemaskan tapi sebelum niatnya terlaksana Kinanthi sudah lebih dahulu menahan tangan Melati.
"Jangan suka mencubit pipi anak kecil, bu Melati." Melati terkejut saat tanganya disentuh Kinanthi, terasa lembut dan halus, seperti tangan Gusti Ratu.
"Ah maaf ya Kinan, soalmya kamu menggemaskan. Tapi kamu kan bukan anak kecil lagi, sudah pinter ngomong gitu?" Bibir Kinan mengerucut tidak suka.
"Tante Mela kan memang suka nyubit pipi Kinan, alasannya gemas. Belum jadi keluarga saja sudah suka nyubit. Apalagi nanti kalau Tante Mela jadi keluarga Kinan bisa-bisa Kinan di mutilasi sama Tante karena gregetan. Kinan gini-gini juga juara lomba pidato tante."

KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR KINANTHI
RomanceKalau dedek Kinan ketemu Mas Fajar apa yang terjadi yaaa???