Pangeran Fajar Kusumo segera menggandeng istrinya keluar dari dalam rumah. Mereka berencana untuk pergi ke hotel yang sudah di fasilitasi oleh cilok "Mas Dwi". Kinanthi terkejut melihat tiga truck yang biasa mengangkut sayuran parkir di depan rumah.
"Pak, trucknya kenapa, mau diperbaiki? kok parkir didepan rumah?"
"Ndak, bapak ndak nyuruh paklikmu parkir truck. Lek Pur, ada apa ini, kenapa dengan trucknya?"
"Oh ini Den Haryo, mas Dwi tadi minta di tiga truck buat stand by di rumah, katanya mau ngangkut barang-barangnya mbak Kinanthi."
"Eh, barang-barang apa, pak lik?" Giliran Kinanthi yang terkejut. Ia merasa hantaran dari Fajar Kusumo tidak sampai tiga truk dan dia sama sekali tidak merasa memiliki barang yang perlu untuk diangkut.
"Mboten ngertos, mbak Kin. Saya hanya di minta mas Dwi stan by."
"Mas Dwi!!!" Kinanthi berseru memanggil sang kakak yang tergopoh-gopoh kedepan seraya memasang sarung.
"Ngga usah teriak-teriak toh, Kin. Mas ini kamu panggil dengan penuh kelembutan dengar kok. Kamu mau menghancurkan rumah dengan suaramu yang seperti geledek itu?"
"Mas Dwi ini loh minta truck buat apa?" Kinanthi mengabaikan perkataan Dwi dan bertanya maksud kakaknya yang hanya di jawab dengan cengiran khas mas Dwi yang menyebalkan.
"Mas ini berbaik hati menyediakan truck buat ngangkut barang-barangmu itu loh buat dibawa ke rumah Pangeran Fajar Kusumo. Barangmu kan banyak, ada kasur, meja rias, lemari, terus baju, sepatu dan printilanmu itu, pasti butuh banyak tempat, jangan lupa boneka-boneka dan poster-poster gambar pangeran Kusumo yang kamu sembunyikan dibawah tempat tidur pastinya kan perlu dibawa juga kan???" Pangeran Fajar Kusumo melihat sang istri terkejut mendengar kenyataan kalau sang istri menyimpan gambar dirinya dalam bentuk poster.
"Po-poster apa? saya merasa tidak pernah buat poster."
"Itu bukan apa-apa."
"Itu loh adik ipar, poster jenengan meresmikan RTH, terus poster jenengan di acara wisata kuliner, atau jenengan yang lagi duduk di puncak gunung berlatar sunset apa sunrise itu loh, ndak besar kok cuma ukuran tiga kali tiga meter- hmmmmppppp" Dwi hendak berkata saat Kinanthi menutup mulutnya dengan tangannya.
"Dek! Kamu ini ya!!!"
"Awas saja kalau mas ngomong lagi." Kinanthi menginjak kaki sang kakak membuat Dwi menjerit-jerit kesakitan.
"Wah kamu ini benar-benar kejam. Pak lik Pur, sudah angkut saja semua barangnya Kinanthi!"
"Mas Dwi masu ngusir Kin? Oh tidak semudah itu Ferguso! Pak, mas Dwi ini loh nakal sama Kin. Sunatin lagi saja pak!" Haryo menghela nafas panjang. Lelaki itu menatap Dwi dengan tatapan memohon.
"Kamu itu kenapa kok nyari perkara dengan adikmu, ndak lihat apa siapa yang sudah berdiri di belakang adikmu itu?" Dwi kembali nyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Ampuni hamba Gusti Pangeran Fajar Kusumo!" Dwi segera menangkupkan kedua tangannya di depan dada seolah-olah mohon ampun tapi arah pandang matanya mengejek sang adik.
"Ayo mas, kita habiskan uang mas Dwi, seenaknya saja mau ngusir aku dari rumah. Mas Dwi awas saja kalau barang-barangku bergeser sedikit saja dari tempatnya, tak hancurin pabriknya mas Dwi."
"Huuuuu, takuuuutttt." Dwi hanya menjulurkan lidahnya menggoda sang adik yang langsung di hadiahi cubitan pada lengan sang kakak.
"Eh adik durhaka kamu ya, sakit Kin." Kinanthi hendak menyerang Dwi tapi keburu di peluk dari belakang oleh pangeran Fajar Kusumo dan diangkat menjauhi Dwi.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR KINANTHI
عاطفيةKalau dedek Kinan ketemu Mas Fajar apa yang terjadi yaaa???