KB II - Pergulatan dengan Adik Kandung Papa (Papa) 8

1.3K 9 0
                                    

KB II - Pergulatan dengan Adik Kandung Papa
(Author Side - Papa Story)


Papa dan Reno, adiknya kini sedang berada di dalam rumah. Reno mendengar kabar tentang masnya yang baru terkena musibah ini dan berinisiatif untuk datang berkunjung menengok Papa.
"Mas, mas. Kok bisa lo sampe apes gini. Ckckck." Decak Reno tak habis pikir.
"Itu kan modus kejahatan udah banyak di share di sosmed, di whatsapp juga, kok bisa masih kena gitu." Ujar Reno sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Ya namanya apes Ren. Bisa ngomong apa gue?" Jawab Papa datar.

"Ya tapi harusnya mas bisa lebih ati-ati dong. Inget umur mas, udahlah gak usah aneh-aneh sok berani ngelawan penjahat gitu. Harusnya langsung kabur aja, kaya kemaren juga jangan dilawan mas." Nasehati Reno kembali.

"Inget umur, inget umur. Gue masih kuat ya Ren. Umur boleh udah kepala lima, tapi jiwa raga masih umur 30 tahunan." Papa tertawa.

"Ya tetep aja mas. Kalo misal kemaren sampe parah gimana? Emang ga mau sayang nyawa? Ga mau liat cucu lo sekolah nanti?"

"Bawel lo Ren. Mentang-mentang masih kepala empat nih umurnya sok jadinya ya." Ledek Papa. Perbedaan usia Papa dan adiknya ini memang terpaut jauh. Meski begitu, hubungan mereka sangatlah dekat hingga mereka bebas berbicara seperti ini, seperti anak muda pada umumnya ketika berbincang.

"Badan gue masih seger kok, masih berotot juga, sama badan lo juga mungkin lo kalah Ren." Papa kembali meledek. Namun kali ini Papa membuka bajunya, memamerkan badannya yang memang masih terbentuk atletis itu. Bekas luka sabetan pisau di badan Papa pun sudah mengering. Bukannya terlihat jelek, malah bekas ini membuat Papa terlihat sangat sexy sekarang. Itulah yang disampaikan oleh ketiga anak lelakinya saat Papa mengirimkan foto bugil ke group khusus mereka dan ketiga anaknya sama-sama setuju bahwa Papa terlihat makin sexy, makin garang.

"Iya iya mas. Mas mah enak banyak waktu buat olahraga, gue kan sibuk kerja demi Clarisa sama Cleo. Mana sempet olahraga mas."

"Sempetin lah. Biar nanti pas Clarisa atau Cleo punya anak, lo bisa ngajak main cucu lo. Biar ga abis tenaga. Toh badan lo juga bagus kok, tinggal terus dilatih aja." Komentar Papa yang tahu persis bahwa dulu Reno ini mantan atlet basket.

Badan Reno memang masih terbentuk ideal meski tak sejadi badan Papa. Sebenarnya Reno pun masih sering berolahraga sendiri di rumahnya, sekedar push up dan sit up untuk menjaga staminanya.
"Apa ikut gue aja Ren ngegym gitu deket sini. Biar lebih semangat olahraganya kalo ada temen kan?" Tawar Papa.

Reno berpikir sebentar, tak ada salahnya untuk ia mulai kembali berolahraga. Di usianya sekarang ini, lingkungan pertemanannya pun sudah semakin mengecil. Dirinya yang sudah tak memiliki istri pun sering kali bosan di malam hari, terlebih kedua anaknya juga mulai sibuk dengan hidupnya masing-masing. Sekarang ini masnya sendiri sedang menawarinya untuk mendapatkan kegiatan baru. Setidaknya ia ada kegiatan baru, bukannya malah melepas penat dengan bermain wanita panggil, bisa jadi kegiatan olahraga ini menggantikan kebiasaan buruknya.

"Boleh deh mas. Mau mulai kapan?" Tanya Reno.

"Besok aja. Lo mampir sini dulu aja kita berangkat bareng ntar."

"Tapi luka lo emang udah sembuh total? Udah boleh dibawa olahraga?"

"Aman itu. Udah ngering gini kok, obat Cina emang mujarab." Papa menyeringai dan lalu tertawa. Reno yang mengerti maksud tersembunyi dari ucapan Papa itu tak bisa menahan kekehan pelannya.

– – – –

Tempat gym yang sepi, bisa dibilang karena sudah tak begitu terawat maka tempat gym ini tak memiliki banyak pengunjung. Papa sendiri baru aktif daftar menjadi member di tempat gym ini empat bulan lalu. Lokasinya di ruko dekat rumahnya, daerah ruko yang bisa dibilang sepi, hanya beberapa toko saja yang buka dan itu pun hanya laundry, toko kelontong, dan satu ruko yang dijadikan kantor.

Keluarga Berbeda IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang