chapter 2

271 24 6
                                    

Aku akan berjuang Yoon

Karena hanya kalian satu-satunya yang menjadi alasan ku untuk kuat sampai sekarang

Kim Seok jin
.
.
.

Brukk!

Prang!

" ARGH!!!"

" Tae hyung! Tae Hyung jangan nak! Tae hyung!"

Prang!

Nyonya Kim menutup kedua telinganya sambil menutup matanya erat.

Baru saja Tae Hyung membanting vas bunga dan serpihan dari vas itu mengenai kakinya.

Nyonya Kim membuka matanya perlahan. Matanya yang berkaca-kaca masih berfokus pada Tae Hyung yang terus membanting dan melempar barang disekitar nya.

" Ini semua salahku! SEMUANYA TERJADI KARENA AKU!!!"

" MEREKA PERGI KARENA AKU!!!"

prang!

" Nak...", Nyonya kim tidak menyerah, ia memaksakan kakinya melangkah mendekati Tae Hyung.

Setelah itu ia mendekap Tae Hyung dengan erat.

" Tae hyungie...",panggil sang ibu lembut. Seketika Tae Hyung diam, matanya yang memerah nan berkaca-kaca arahkan ke samping menangkap raut sendu sang ibunda.

" Jangan nak...hiks... Eomma mohon"

" Jangan sakiti dirimu..."

" Eo-eomma..."

Hati Tae Hyung terenyut. Hati anak mana yang tidak sakit melihat ibunya menangis?

Dadanya terasa ngilu, Tae Hyung meneteskan air matanya. Rasa bersalah mendatangi nya, ia telah membuat ibunya menangis.

Perlahan tubuh Tae Hyung melemah, ia syok. Barang-barang disekitarnya berantakan, pecahan kaca dimana-mana dan yang paling ia benci adalah ia melihat darah dan berasal dari kaki nyonya Kim.

Deg

Ini semua salahmu...

Ibu mu terluka itu karena mu!

INI SEMUA SALAH MU KIM TAE HYUNG!!! KAU HARUS MATI!!

" Hah...hah....arghhhhh!!!"

" Arghhhhh!!!!!", Tae Hyung mencengkram kuat kepalanya. Nyonya Kim panik, ia hendak menahan tubuh Tae Hyung agar tidak meronta tapi lagi-lagi kekuatan nya kalah banding.

Tae Hyung yang tidak sadar mendorong nyonya Kim hingga wanita paruh baya itu membentur dinding di belakang.

" Akh ....shh", desis nyonya Kim. Tae Hyung mendengar nya, rasa bersalah semakin memeluknya membuat Tae Hyung kehilangan kendali.

" Eomma...", Yeon jae yang baru sampai rumah terkejut melihat kondisi kamar kakak sulungnya.

Yang lebih terkejut lagi, sang ibu tampak tengah menahan sakit tak jauh dari kakak sulungnya.

Yeon jae hampir menangis, ia panik tak kala matanya menangkap cairan merah pekat yang mengalir deras dari kaki ibunya.

" Ayahmu pergi mengantar adik mu les dan Yeon Wook juga pergi ke rumah sakit"

" Tolong tangani kakak mu"

" Tapi eomma-"

" Eomma tidak apa-apa yang penting...hah...kakak mu baik-baik saja"

" Obatnya ada di laci...ambil dan suntikan itu padanya. Eomma akan menahan kakakmu", tukas nyonya Kim lemah.

" Eomma..."

Back to Home [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang