Lembaran Baru

85 72 26
                                    

Lihat kemudian waktu bergulir semakin keras. Melindas semua kenangan indah dan pahit dalam hidup. Tanpa dibungkampun segala yang baik akan terungkap bgtupun sebaliknya sesuatu yang menjadi buruk akan terlihat. " Becik ketitik olo ketoro " kata Bapakku. Kata-kata itulah yang sampai detik ini menyemangati hidupku.

Seiring gerimis menguyur pagi itu. Sehingga bumi bisa sangat sejuk dan damai. Namun tidak sekecamuk fikirku. Kehidupan, pendidikan, dan problematika jadi satu seperti nasi yang berada di wajan pegorengan. Beruntung kedua orang tuaku masih memeluk erat agar aku tak goyah, mendidik aku agar terap menjadi anak yang membumi ditengah tetangaku yang melangit.

******

Kringgg

********

Genderang cahaya matahari mulai menyembul dari sangkarnya. Cuitan burung mesra mengugah dan menambah suasana hening pagi ini. Kedinginan masih menyelimuti rasa tak ingin bangit dari ranjang. Sontak ibu terkejut mendengar nyanyian ayam di pagi hari.

" Nak Bangun.... Bangun ayoookkk.... Sudah jam 12 " ujar Ibuku sambil mengucek-ucek mata kantuknya.

" Hemmm... Halah ini masih pagi " jawabku.

" Bangun... Bangun... Bangun.... Kamu gak tau ini sudah siang "

" Mana yang katanya siang ha ??? ( Sambil melihat cahaya di genteng kaca ) mana ada anak berangkat jam segini bikin males aja berangkat sekolah "

" Hei Bukannya kamu hari ini Mos ( masa orientasi siswa ) kamu haru datang lebih awal kan ? Nanti dimarahin Kakak kelasmu loh "

" Busyet... buset... etdah.... Gua lupa banget "

Aku bergegas beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi. Tanpa cak cek cok cik aku langsung memakai seluruh pakaian yang telah di share di grup kapan hari. Seluruh celoteh Ibuku tak ku pedulikan. Yang terpenting intinya aku harus makan Sebelum berangkat sekolah. Dari dulu aku selalu diajari bagaimana harus disiplin bangun pagi, pokoknya jam 6 harus Ada di Sekolah. Mungkin sepertinya sistem ini akan berlaku lagi ketika aku SMP. Hufst lenguhku....

" Bapak... Ibu... Aku berangkat yah " tanpa bersaliman aku bergegas menuju rumah Viki temanku. Yang berada tak jauh dari rumahku. Dengan menuntun sepeda kesayangan ku yang harganya miring karena buatan pabrik China.

" Vik..... Ayo berangkat... " Panggilku dari luar. Namun tak ada jawaban. Aku menaruh sepedaku kemudian berjalan perlahan ke bibir pintu rumahnya.

" Assalamualaikum Vik... Kau dimana ??? "

" Waalaikumsalam... Masuk Angel.... Dia baru saja selesai mandi " sahut ibunya. Perempuan paruh baya beranak 2. Memberitahukan kalau anaknya sedang mandi. Dengan tangan yang sedang menyiapkan makanan.

" Alhamdulillah udah... " Viki masih basah kuyup baru mandi namun sudah rapi. Sedikit tercetak jelas basahan di seragamnya. Pria jenius yang tak kalah menariknya dari Iqbal, Namun tak bisa mengalahkan kharismanya. Si Viki  juga adalah sepupu dari Iqbal jadi tak heran meski tidak mirip namun darah kharismatik hampir sama.

" Eh Aku takut telat nih... Anjir.... Katanya Kak Faid gitu ada yang bagian memghukum. Takut banget loh.... Nanti disuruh push up bahkan bisa dipermalukan satu sekolah... Mampus dahhh " gerutuku cemas.

Sayap-Sayap CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang