MONSTER MURKA

43 48 24
                                    


"Keterpurukan mengajari kita untuk belajar bangkir dalam hal apapun. Setiap keterpurukan juga mengajari kita untuk selalu belajar bertahan dan sabar dalam memeranginya. Karena Orang yang kuat dan sabar adalah orang yang mampu menyembunyikan perasaan sedihnya kepada orang lain dan senantiasa mengukir senyuman dengan ikhlas"

*********
Plakkkkk
*********

Habis sudah riwayatku ketika tangan kecilku dipengangi erat oleh tangan besarnya. Dengan sedikit ku mencoba berontak. Ku tendangi Perutnya yang tambun. Kemudian ku dorong tubuhnya hingga kepalanya menyentuh dinding kayu. Dengan berat hati ku ambil sebuah batu seukuran gengaman tangan ku lesatkan mengenai kepalanya hingga berdarah.

Dengan secepat kilat darah merah mengucur deras dari kepala. Aku semakin takut perlahan lahan mencoba kabur. Benar-benar aku tidak melihat dimana keberadaan Kak Irfan saat itu. Namun belum aku naik sepeda Rokku ditariknya sehingga lubang yang kemarin robek dan sudah dijahit Ibuku kembali mengangga semakin lebar. Aku menangis berteriak kesakitan apalagi ketika jilbabku disingkap rambutku dijambak. Sepedakupun tak lepas dari tendangan keras Si Monster keparat.

" Bangsatttt.... Beraninya kau mengikutiku.... Jangan berharap kau bisa pulang dengan selamat bocah ingusan "
" Lepaskan Aku Monster "
" Tidak.... Aku tidak akan melepaskan. Sebelum Kau berjanji tidak akan memberitahukan perbuatanku pada Mak'e "
" Kau fikir... Aku bodoh ??? Perbuatan kejimu sungguh biadab. Kau asik menyawerkan Uang hasil kerjamu kepada wanita Penjaga warung tersebut. Namun kau tega melihat istri dan kedua anakmu kelaparan, Bajingan. "
" Apa kau bilang ??? " Dia semakin erat menarik tambutku sampai aku menjijit.
" Apa ??? Kau takut Bukan ? Dasar Anak Durhaka. Sebagai Ayah dan suami kau tega Durhaka juga "
" Bangsatttt " Rambutku di seret dan dijatuhkannya tubuhku ke tanah.

" Lihat... Sebentar lagi perbuatan busukmu akan ketahuan. Dan perlu kau ingat satu hal. Jika kau ingin hidup bebas semaunya sendiri. Pergilah dari Rumah orang tuaku biarkanlah mereka hidup bahagia"
" Rasakan Ini " Yanto mengangkat Sepedaku dengan kekuatannya seraya hendak menjatuhkan sepeda tersebut ke arahku.

Prak... Prak... Prak...

Sebuah balok kayu besar menghantam dengan kekuatan keras tepat dibagian belakang kepala Yanto. Dia mengerang kesakitan dan menjerit kemudian jatuh pingsan. Aku melihat Kak Bayu dengan matanya yang masih ditutup merasa tidak tega atas apa yang telah ia perbuat. Perlahan-lahan air matanya mengalir seiring tatapan kita saling beradu.
Sunguh benar-benar kesakitan yang luar biasa. Peluku erat-erat dan sengaja ku benamkan wajahku pada dada hangat kak Bayu yang detak jantungnya masih tidak karuan. Dia menghela nafas kencang dalam-dalam sembari mengusap-usap rambutku yang acak-acakan. Tangisku semakin lama semakin pecah seiring senja mulai menutup mata.

***********************

Dentuman demi dentuman kaki Monster menghajar bibir dinding kamar reyot Nenekku. Berkali-kali hingga aku merasakan ketakutan yang amat dalam. ' Ya Tuhan.... Tolong saya. Jangan biarkan Monster keparat itu masuk ke dalam Kamar Nenek ' Batinku berteriak.

" BUKA PINTUNYA ! "
" TIDAK "
" BUKA CEPAT ! KALAU TIDAK AKAN KU DOBRAK"
" KAMU INI BISA DIBILANGIN TIDAK ??? AKU TIDAK AKAN MEMBUKA PINTU "
" JANGAN "

Bapak dari arah luar Rumah terkejut karena ada suara bunyi keras. Sehingga membuat seluruh Tiang-tiang mau roboh dibuatnya. Dengan sikap santai Yanto mulai memberhentikan Tendangnya dan kemudian mencoba mencari pembelaan pada Bapak. Dengan membujuknya dengan penuh harap.

" Pak... Adik nakal... Aku tadi Dilempar Batu sama dipukul sama Kayu "
" Loh kog bisa ?? "
" Hanya karena aku duduk di warung saja. Ngobrol tentang bisnis sama temen temenku dia datang dengan marah-marah. Lalu aku ditarik keluar  warung. Selanjutnya aku dihabisi dengan Teman cowoknya"
" Tapi, bukan seharusnya kamu menendang dinding kan ?? Itu kamar Nenek Kamu, sembrono "
" Dia gak mau keluar Pak"
" Lah terus ??? Hmmm oke "

Bapak mengetuk-ngetuk pintu seraya memohon agar aku keluar dari dalam kamar. Setelah beberapa kali membujuk akhirnya Aku luluh dari permintaan Bapak apalagi dengan tutur katanya yang halus. Aku perlahan membuka pintu dengan segenap ketakutan menyergap. Apalagi bayangan penyiksaan Monster itu masih penuh dalam otakku. Langsung sigap ku jadikan badan Bapak untuk tameng berlindung. Senyum kecut Yanto menyembul dari tadi melihatku dengan tatapan ingin membunuh.

" Ada apa nak ?? Kog kamu ketakutan sama Abangmu ?? "
" E... Ngak.... Tadi ada masalah... "
" Yang benar.... Berarti yang salah ini jadi siapa ??? "
" Yang salah.... " Ucapku langsung diputus

" Aku tau kog dek Kamu punya masalah sama aku. Tapi liat sikon dong !! Masa pas lagi bareng temanku kamu malah memarahiku gak jelas. "
Ujar Yanto meyakinkan Bapak. " Apakah benar itu Angel ??? " Tanya Bapak kepadaku. " Hmmmmm ". Aku nenganguk perlahan ragu seraya bingung ingin mengatakan semua hal yang terjadi. Tidak bisa ku ungkapkan Semua sekarang tanpa bukti karena lagi-lagi aku lah yang bakal jadi umpan bulan-bulan untuk sasaran empuk emosinya.

Ibu dengan sahutnya dari arah luar rumah sembari menunjuk-nunjuk ke arahku dengam geram. Aku kembali makin membenamkan kepalanku di Punggung Bapak.

" Itulah, anak yang dari kecil kau manja Pak "
" Lah kog jadi saya ??? "
" Coba dulu Dia gak pernah dimanja pasti besarnya tidak akan seperti ini kan ?? "
" Namanya juga anak kecil. Apalagi cewek, Masak ditegasi selayaknya cowok sih Mak ?? "
" Zaman sekarang. Cewek cowok sama aja !!! Harus didik untuk displin dan bertanggungjawab "
" Emang anakmu yang Besar itu sudah bertanggungjawab tah ?? "

" He... Anakku sudah dapat pekerjaan yang layak. Lah anakmu ?? Masih sekolah malah nyusahin. Ditambah setiap pulang pakaiannya sobek-sobek belum sepeda yang kalau pulang gak pernah beres " cerutu ibu.
" Lah anakmu emang sudah menafkahi Istri dan kedua putranya?? "
" Jangan pernah mengalihkan pembicaraan yah Pak "
" Kamu mengungkit-ungkit kerja ketas kita seakan-akan Angel bukanlah anak kita. "

Semenjak kematikan Putra keduanya. Ibu tidak pernah lagi berharap seorang anak. Namun takdir berkata lain masih ada anak sulung yang terpaksa dilahirkan oleh buah cinta mereka. Keterpurukan tersebut membuat Sifat ibu yang dulunya sangat mencintai anak-anaknya kini berubah sejejap mata. Duka tersebut membekas hingga saat ini.

" Kamu yang mulai duluan Pak "
" Kamu Mak "
" Kamu..... "

Aku pusing darahaku membina puncak. Jantungku berdegup dengan kencang. Dalam nafas dalam-dalam ku teriak agar semuanya segera berhenti.

" DIAM .... AKU BUKANLAH ANAK SIAPA-SIAPA DISINI.

Aku hanyalah titipan yang Tuhan berikan kepada kalian.
Saya mohon jikalau dulu memang kalian tidak menginginkan kehadiranku.
Jangan pernah memaksa untuk membuat cinta. Karena darinyalah membuat saya ' anak tak diharapkan ' itu hadir dihadapan kalian.
Saya mohon sangat Mak'e Bapak. Jangan siksa saya disini !

Rumah yang seharusnya buat tempat ku berteduh kala badai menyerang. Malah menjadi tempat pembalasan dendam kalian.
Ku kira semua ini rumah ??? Ku kira semua ini surga ??? Tapi.... Wkwkwkwk

Ingat lagi, Bahkan ketika kecilku aku selalu bahagia bermain di sawah. Ketika teman-temanku asik menonton televisi dirumah. Aku selalu menutup mataku ketika semua membeli tas mewah saat sekolah, karena aku tau kalian tidak punya Uang kan ?

Terakhir hanya Perihal spidol warna yang ku pinjam sehingga satu kelas Membenciku. karena ku buat untuk mewarnai buku gambar.

Aku tidak meminta apapun... Aku selalu menghargai pemberian kalian. Yang aku minta tetap kasih saran dan masukan untukku.
Tolong dekap aku dengan kasih sayangmu.
Jangan lagi kau bandingkan karena Aku dan Kakakku bukan barang "

Tangisku pecah berlinamg membasahi pipi. Ku berlari ke kamar Nenek dan ku tutup rapat-rapat. Melihat semua kejadian sore ini cukup membuat batinku teramat sesak. Ingin sudah ku akhiri hidupku detik itu juga. Buku Deary ku ambil ku peluk erat-erat hingga basah karena air mataku. Sungguh entah mimpi apa aku semalam sehingga kacau begini keadaannya.

" Aku tidak pernah membenci racun. Tapi Aku hanya kecewa karena mata hati tidak pernah terbuka melihat Betapa dahsyatnya sebuah Kenyataan "
Deary " Sayap-sayap Patah " ( 2012 )

Sayap-Sayap CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang