Retak

75 64 98
                                    


" Begitu banyak kata 'andai' untuk mengawali setiap penyesalan. Sesal tidak dapat mengubah masa lalu, begitu pula kekhawatiran tidak dapat mengubah masa depan. Saat kamu mulai menyesal, itu sudah terlambat. Adanya penyesalan adalah untuk menyadarkan bahwa waktu yang telah berlalu tidak dapat diulang "
Deary " Sayap-sayap Cinta "


****************************
Flasback
Desember 2011
******************************

Tepat hari ini genap satu tahun sudah sebuah perjanjian diluncurkan. Kala itu aku masih menginjak bangku kelas 6 SD. Masih polos, hampir tidak mengerti apa-apa. Namun aku hanya mengingat kata-kata yang terucap dari kedua orang yang terduduk serius di meja makan. Sementara aku mengintip di celah kamar Nenek dengan rasa ingin tau yang amat besar.

" Bagaimana Mak ? Apakah keputusannya sudah dirundingkan dengan Bapak ??? "

" Belum sih, Nak. Mak tidak berani "
" Halah, Mak. Aku jamin kalau hutang disana Bunganya tidak besar. Apalagi Bank tersebut milik pemerintah daerah "

" Tapi nak ??? "

" Gausah Tapi-tapian Bu.... Hanya 75 juta saja. Menurutku itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari "

" Apakah itu tidak beresiko nak ?? "
" Sangat tidak beresiko. Ingat bu.... Dana sekitar 70 juta ku buat membeli rumah di Perumahan " Bumi Permata Alam Permai ". Nah yang 5 juta bisakan buat kebutuhan Mak selama satu bulan "

" Mak Gak Berani, Nak "
" Ayolah Mak jangan banyak pertimbangan. Perumahan itu laris banget loh yah. Satu unit rumah bisa dijual seharga 500 juta rupiah "

" Wooow.... Masa sih nak ??? "
" Lah iya kan tadi Aku udah bilang... Janji gak bohong Mak. Suwer kewer kewer deh !! "
" Tapi kau janji Bakal lunasin itu semua sendiri kan ?? Soalnya sertifikat rumah yang kau pakai milik kita bersama. Jika kau teledor bisa-bisa kita semua tidur dijalanan "

" Janji deh pokoknya "
" Deal yah ?? "
" Deal... Mana sertifikatnya Mak. Biar segera ku urus nanti "

" Tapi bagaimana dengan Bapakmu ??? "
" Itu urusan belakangan. Aku yakin Bapak bakal setuju dengan keputusan Kita "

********************
Back to
Desember 2012
*********************

Siang cerah dengan matahari tersenyum ceria. Ku lirik semilir angin yang keluar masuk lewat celah-celah lubang kayu rumahku. Suara anak-anak yang bermain layangan di depan rumah menambah nikmat batin dan jiwaku. Perlahan-lahan aku bangkit dari ranjang nampaknya sudah dua jam aku tertidur pulas sehabis mencuci baju.

Benar, hari minggu kali ini membuat aku nampak lelah sekali. Apalagi dengan kisah haru dua hari yang lalu. Senyum kecut menyembul dipipi. kemudian ku regangkan seluruh badanku yang mungil ini. Kembali lagi ku lakukan gerakan mencium lutut karena rasanya kakiku kebas. Sering kulakukan gerakan ampuh itu berkali-kali kalau kakiku sedang keseleo ataupun pegal-pegal.

Ckrek... Kretekktek....


Suara khas pintu kayu didorong oleh Bapak. Beliau dengan tubuh rentahnya yang hitam mengilap karena keringat. Setiap hari di temani panasnya matahari juga tangisan hujan tak pernah menjadi masalahnya buat mencari nafkah. Beliau tersenyum kemudian menaruh parang; dan sekarung rumput untuk makanan sapi kesayangannya.

" Baru Bangun tidur ??? "
" Iya Pak heheheh "
" Loh, gak sekolah Nak ?? "
" Kan hari minggu. Gimana sih Bapak ini !!! "
" Wohoho... Iya Nak Bapak tiba-tiba pikun. Maklum sudah tua "
" Angel sayang Bapak.... Bapak jangan pergi yah.... Kalau Bapak pergi Angel bingung sama siapa. Nenek kan sering ke sawah. Sementara Mak'e.... "
" Wkwkwkwk lagian gak mungkin Bapak pergi. Emang mau kemana. Doakan Bapak sehat selalu yang biar nanti bisa menemanimu sampai Sarjana. Katamu kan Mau kuliah ??? "
" Kuliah sebatas keinginan saja sih Pak. Tau juga biayanya sangat mahal. Jangankan mikir kuliah. Makan sehari-hari aja Bapak selalu kesusahan. "
" Kalau punya cita-cita harus tinggi Nak. Biar Bapakmu saja yang lulusan Sekolah Dasar. Yang namanya uang urusan belakangan. Terpenting, kejarlah Ilmu se tinggi-tingginya dan banggakan kedua orang tuamu. "
" Tapi Angel pingin kerja. Biar Bapak gak panas-panas lagi. Biar Bapak gak capek-capekan Lagi. "
" Hust.... Bapak tidak apa-apa "

Bapak meneluk tubuhku dengan dekat. Merasakan dadanya bergetar penuh kasih sayang. Cucuran air mata tidak bisa tertahankan akhirnya keluar juga seiring isak Bapak yang terdengar di telingaku. Tangan kasar karena seharian disawah perlahan-lahan mengusap lembut rambutku. Dikecupnya keningku dengan senyum mentari paginya.
Aku melepas pelukan bapak yang merengkuh. Bergegas menuju kendi untuk menuangkan air dalam sebuah gelas plastik kecil. Lalu ku hampiri bapak dan menyuruhnya minum. Dengan tegukan per tegukan kurasakan betapa hausnya beliau. Merasakan betapa tersiksa kulitnya diterjang panas sang matahari.

Tok .. tok ... Tok..... Tokk....

" Assalamualaikum.... "
" Waalaikumsalam... Silahkan masuk "

Belari ku membukakan pintu kepada kedua orang bersuara asing tersebut. Perlahan-lahan aku melihat mereka berdua dengan tubuh gempal dan tinggi menjulang sampai seukuran pintu. Memakai pakaian seba hitam dengan rambut gondrong yang amat menyeramkan. Aku yang tertegun melihat mereka kemudian buyar ketika diserbu penyataan.

" Apakah benar ini rumahnya Yanto ??? Kalau benar bolehkah saya masuk. Karena saya ada urusan dengan saudara bernama Yanto "
" Iy.... Iya... Silahkan masuk. "

Sepansang orang bertubuh seram tadi berjalan kearah Bapaku dengan bergidik penuh curiga. Bapak yang habis minum pun juga turut bertanya-tanya karena kehadiran dua sosok manusia misterius yang entah datang darimana. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba bertanya rumah anaknya yanto. Bapak dengan sisa nafas Rentah kemudian bertanya.

" Ada yang bisa saya bantu ? "
" Apakah anda saudara Yanto "
" Bukan, tapi Saya Bapaknya Yanto "
" Kebetulan sekali Bapak adalah Ayah dari saudara Yanto "
" Owh iya Bapak ?? Bagaimana yah?? Anda temannya Yanto  atau kenalan jauh mungkin ?? "
" Saya Debc collector dari Bank Daerah Lamongan. "
" Ha ??? Bank. Setau saya kami tidak pernah mengajukan pinjaman sepeserpun dengan Bank "
" Itu bukan urusan kami. Kami disini hanya memperingatkan Hutang saudara Yanto Sudah jatuh tempo. Dan jika dua bulan kedepan belum juga dilunasi. Dengan terpaksa rumah dan seluruh asetnya kami sita "
" Apa??? Saya mohon jangan lakukan itu !!! "
" Mohon maaf sudah sesuai prosedur perjanjian dan jaminannya adalah Rumah Saudara Yanto. "
" Yanto "
" Kami tidak bisa berlama-lama. Karena masih ada urusan lain "

Nafas Bapak tersengal-sengal kemudian dengan segara aku memeluk tubuhnya yang penuh keringat. Air mataku tidak kuasa melihatnya terduduk lemas penuh kekecewaan terhadap putra sulungnya, Yanto. Monster itu benar-benar membuat habis sudah kesabaranku.

*******************

" Aku gak mau tau yah. Kamu harus segera cari pinjaman uang " ucapku keras di meja makan. Disaksikan Ibu dan Bapak.
" Halah gampang... Sabar toh... Loe fikir Gue gak lagi cari usaha kerja buat nutupin semua utang itu ??? "
" He ... Itu sudah jangka satu tahun. dimana yang katamu lagi cari usaha ?? "
" BANGSATTTT NGELUNJAK LAMA-LAMA "
" Apa ??? Gak salah denger ?? Yang ngelujak itu Loe, Monster. Udah tau numpang di rumah orang Tua malah kau jaminkan harta satu-satunya untuk kepuasanmu "
" Seakan-akan aku paling bersalah disini padahal Loe selaku anak juga ngebebani orang tua. "
" Menurutku itu masih wajar... Sedangkan Loe menjaminkan rumah demi hutang ke Bank. Dimana akal sehat Loe sebagai pemimpin rumah tangga ??? Harusnya dewasa Udah punya dua anak. malah masih kayak anak TK "
" ANJING... Mak'e Urusi anakmu yang bau kencur ini !!! Masih kecil udah kayak orang dewasa aja ngomongnya "
" Wkwkwkwk... Gausah mencari pembelaan deh. Jangan bilang kau hambur-hamburkan uang demi menafkahi perempuan di warung terakhir kali itu kan ?? "

Lagi-lagi Monster itu mengebrak meja. Dengan kekuatan penuh rambutku ditarik sampai ke depan rumah. Sehingga membuat tetangga bergidik penuh tanya dan curiga. Ia tak segan-segan menendangiku bertubi-tubi sampai tubuhku lemas tak berdaya. Sayup-sayup disisa kesadaranku aku mendengar gelak tawa tetanggaku yang kian mencemooh dengan rasa penuh dengki. Lambat laun pandanganku buram. Hingga lengkaplah penderitaku malam itu.

" Ya Allah mampus "
" Kurang ajar... Beraninya sama kakak kandungnya. "
" Gak tau untung yah, Jeng "
" Sebentar lagi pasti masuk rumah sakit sementara Bapak pontang-panting cari Uang berobat wlwkwk "


************
Tiiiiitttttt
**************


Sayap-Sayap CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang