Akulah si Bungsu yang terlahir dari air mata Ayah dan Ibuku. Selepas Kepergian Putra ke duanya. Abangku " Purnomo " menghembuskan nafas terakhir pada Rumah sakit kala Pagi itu. Dengan adanya Kehadiranku Semua berharap besar pada pundak yang ada dalam setiap panas hujan kehidupan.
Entah seberapa ketegaranku di uji oleh cacian mereka. Hingga kapan hari aku tak berani keluar dari rumah karena malu. Tidak ada satupun yang mau berteman denganku ketika aku tiba-tiba tumbang disergap Penyakit Asma. Kemudian mulailah Ramai mulut-mulut busa para tetangga. Sementara Kakakku, Abang, Mas atau apapun itu tidak pernah bergidik peduli padaku. Karena Yang hanya pada benaknya adalah Istri dan Anak pertamanya.
*********
Brak... Brak
***********
Piring besi tersebut dipukul-pukulan ke meja yang tinggal terhitung usianya. Dia meracau tiada henti sembari menumpahkan nasi yang ada di mulutnya. Kelakuan monster itu tidak pernah berubahnya semenjak aku kecil. Tak pernahpun Sebagai seorang kakak dia mau mengalah padaku. Si Bungsulah yang mengecap kedewasaan itu sebelum umurnya.
Dia kemudian menujuk-nujuk ke arah mengumpat-umpat pada tetanga sebelah yang mencemoohnya karena tidak mau membantu Bapak Di sawah. Dia kemudian berdiri mengambil segelas air dan sendawa saking kerasnya hingga melebihi suara Sound tetanggaku.
" Mak.... Mak " pangilnya.
" Ada Apa Nak ?? " Jawab Ibu terburu-buru dari arah dapur.
" Lain kali kalau masak itu yang g begizi. Ikan, ayam, sayur Lodeh kek... Tiap hari makane Tempe tahu Pakek Sambel. Lama-lama nanti aku gua Bisa busung lapar "
" Biyuh Nak.... Ibu itu gak ada uang. Itupun masih mending daripada hanya makan nasi saja "
" Halah..... Alasan aja pokoknya gak mau tau. Besok harus ada lauk yang baru. Minimal ikan pindang lah. Biar ada asin-asinya "
Aku dari arah kamar mandi melirik sinis. Dengan kepala memuncak panas akhirnya aku mengumpatnya. " Mbok yah... Bersyukur apa yang udah diberikan. Tinggal makan saja Repot. Kamu ini sudah besar. Mana yang katamu kerja jadi kuli itu ha ??? ". " Bajingan... Beraninya kau membalas omonganku ". Geramnya. " Apa ??? Kan yah emang benar Toh ??? Udah tau orang tua kita tidak punya. Minimal pola makannya dikontrol. Pemasukan nol pengeluaran seratus " ketusku.
Tiba-tiba rambutku disambar oleh Tangan gempalnya. Rambutku yang tadinya habis keramas di acak-acakan. Kepalan tangannya mengucek-ucek kulit kepalaku. " AHHHH.... MAKSUDMU APA HA ?? APA SALAH AKU BERKATA DEMIKIAN. HARUSNYA KAMU SEBAGAI KAKAK MENCONTOHKAN YANG BAIK. " Dia kemudian menendang aku hingga terjatuh. Baju olahragaku sedikit kotor terkena meja.
Dari kejauhan Bapak berjoget-joget ria membawakan sebuah bungkusan nasi kotak dan kue-kue dalam kardus dari syukuran kelahiran sapinya tetanga. Katanya si anak sapinya cowok makanya syukurannya banyak banget. " Sapinya Cowok namae Beno " ujar Bapak sembari tersenyum.
" Ha ?? Yanto ?? " Kataku usil
" Sekali lagi kamu buat aku kesal. Habis kau ku libas-libas "
" Ya maaf ... Salah denger. Gendang telingaku kemasukan Air ketika mandi. ( Berdeham ) tapi tetep denger kog kalau dikasih tau orang tua "

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Cinta
Fiksi RemajaAngel cewek belasan tahun terbilang usianya. lahir dari keluarga dengan ekonomi yang kurang memadai. disisi lain dia harus berjuang keras demi pendidikannya. Ia terjebak dalam sebuah kisah cinta. ia tidak bisa memilih mana yang akan ia jadikan sepa...