Jeff Felix Albert adalah seorang remaja laki-laki yang Terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya bermarga Albert. Hidupnya sangat sempurna. Tak hanya itu, ia juga memiliki wajah yang tampan, membuat dirinya sangat digilai oleh para wanita.
Keluarganya merupakan salah satu pengusaha terkaya, yang masuk jajaran 10 besar di dunia. Wanita mana yang akan menolak seorang Jeff? Sudah tampan, kaya pula.
Namun, di keluarga ini memiliki satu tradisi yang biasa dilakukan turun menurun. Yaitu menikahkan anak yang lahir dengan anak lain yang masih satu darah. Tradisi ini dilakukan saat anak itu menginjak usia 18 tahun.
Sejauh ini, tidak ada satu generasi pun yang berani menentang tradisi ini. Bagaimana tidak? Karena resikonya adalah pembatalan aset dan warisan yang sudah di jatahkan untuk masing-masing orang di keluarga ini. Sanksi lainnya adalah, di kucilkan oleh saudara lain. Tidak dianggap, bahkan tidak di tolong ketika mereka butuh bantuan.
18 tahun terbilang usia yang masih cukup muda. Banyak orang bilang, anak di usia ini harus fokus pada karir mereka untuk menciptakan masa depan yang cerah. Namun, hal itu tidak berlaku untuk keluarga ini. Bahkan banyak orang yang berpikir, anak yang terlahir di keluarga ini sudah di pastikan memiliki masa depan yang cerah karena tanpa mereka bekerja pun, uang akan tetap mengalir di keluarga ini.
Jeff membuang puntung rokoknya ke sembarang arah. Matanya menatap lurus ke depan. Dirinya tidak habis pikir, bagaimana bisa ia terlahir di keluarga yang memiliki tradisi aneh seperti itu.
Lihat? Disaat orang lain menginginkan dirinya terlahir di keluarga Albert, Jeff justru malah benci dengan semua itu.
'Bagaimana bisa leluhur keluarga ini mengatur takdir tiap-tiap keturunannya? Benar-benar gila!' pikir Jeff.
Laki-laki itu mengambil ponselnya. Ibu jarinya dengan lincah menari pada layar ponsel untuk mencari nomor seseorang. Setelah ketemu, Jeff menekan tombol telepon pada kontak itu.
"Ke tempat biasa, sekarang!"
***
Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Jeff membuka botol bir yang berada di tangannya. Sudah habis 5 botol, namun Jeff merasa belum puas.
Simon dan Jason yang melihat hal itu hanya memandang Jeff aneh. Sedari tadi, ia sudah bertanya pada laki-laki itu mengenai keadaannya. Namun, Jeff tidak menjawab dan terus meminum birnya.
Simon merebut bir yang sedang Jeff pegang. Jeff menatap Simon dengan pandangan tak suka.
"Lo kalo mau bunuh diri, bilang aja. Biar langsung gue lindes kepala lo pake mobilnya Jason!" Ucap Simon.
Pandangan Jeff berubah lesu.
"Sekarang aja" Ucap Jeff.
Simon dan Jason saling bertatapan, bingung.
"Sekarang apanya?"
"Lindes gue"
Simon reflek menoyor kepala Jeff yang membuat si empunya merebahkan kepalanya di senderan sofa Bar.
"Mabok parah nih anak" Ucap Jason.
"Bawa pulang aja lah"
"Jangan bawa gue pulang" Sahut Jeff dengan wajah telernya.
"Kalo gak pulang, lo mau kemana?" Tanya Jason.
"Time Zone"
Simon memutar kedua bola matanya mendengar jawaban dari Jeff.
"Ngawur! Gausa di tanya-tanya lagi lah. Bisa gila lo nanti"
"Terus nih anak mau dibawa kemana?"
"Apart gue aja" Ucap Simon sambil menarik tangan Jeff untuk dilingkarkan di bahunya. Begitu pula dengan Jason.
"Lo nginep sekalian gak?" Tanya Simon.
"Nggak deh, gue ada janji sama Aurel besok"
Mendengar hal itu Simon hanya menganggukkan kepalanya. Ia dan Jason mulai berjalan untuk menuntun Jeff menuju mobil milik Jason.
***
Sinar matahari menembus kaca dan menyinari seseorang yang masih betah bergelung di balik selimutnya. Jeff membuka matanya perlahan karena merasa terganggu. Ia menelisik tiap inci ruangan yang ia tiduri.
'Apart Simon' batinnya.
Jeff merubah posisinya menjadi duduk. Kepalanya sangat pening. Bahkan, ia lupa berapa botol bir yang ia habiskan semalam.
Matanya mencari keberadaan seseorang. Tak lama, orang yang ia cari-cari pun muncul.
"Jason mana?" Tanyanya pada Simon.
"Balik semalem, mau ada janji sama Aurel"
Jeff hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Lo mau balik kapan?"
"Lo ngusir?"
"Nanya"
Jeff melihat jam di atas nakas. Matanya melotot. Sudah jam 2 siang. Selama itu kah ia tidur?
"Heran kan lo?! Gue aja mikirnya lo lagi latihan mati"
Jeff mengusap pelan wajahnya.
"Gue cuci muka dulu. Abis itu langsung balik"
"Gue beliin lo sarapan. Udah dingin sih. Kalo mau, panasin sendiri aja. Sayang kalo di buang. Gue mau ke rumah orang tua gue dulu. Pastiin pintunya udah kekunci" Ucap Simon kemudian berlalu pergi dari kamar.
Jeff mengambil handphonenya untuk menelpon seseorang.
"Anterin motor gue ke apart ***** sekarang"
***
Jeff melajukan motornya dengan sedikit kencang. Baru saja Ayahnya menelepon untuk segera pulang karena Kakeknya akan mampir ke rumah. Bisa bahaya jika Kakeknya tau kalau ia tidak ada dirumah saat lelaki tua itu berkunjung weekend ini.
Di persimpangan jalan, Jeff terkejut ketika ada sepeda dari arah yang berlawanan. Jeff membanting setir motornya hingga hampir menabrak pembatas jalan. Untungnya, ia tidak apa-apa.
Jeff menoleh ke arah seseorang yang membawa sepeda tadi. Seorang gadis yang sedang sibuk membersihkan pasir dari badannya karena terjatuh.
Jeff menghampiri gadis itu. Ia berjongkok untuk menyejajarkan tubuhnya dengan gadis itu yang posisinya sedang duduk di atas aspal.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Jeff.
Gadis itu membenarkan posisi kacamatanya untuk mengetahui siapa yang mengajaknya berbicara. Namun, belum sempat ia melihat wajah itu, fokusnya teralih pada uang yang dijatuhkan ke pangkuannya.
"Gue gak punya banyak waktu buat nolong lo, jadi gunain uang itu buat obatin diri lo" Ucap Jeff kemudian beranjak dari tempat itu.
Laki-laki itu menaiki kembali motornya dan pergi dari sana.
Sedangkan gadis itu hanya melongo melihat perlakuan Jeff. Ia mengambil uang yang Jeff berikan.
"Woi gue bukan pengemis!!" Teriak Gadis itu. Namun, sia-sia saja karena Jeff sudah menjauh dengan motornya.
"Dasar orang gila!"
****
Hi! Selamat malam minggu.
Aku dedikasikan part ini untuk temanku yang minta aku update cerita ini. Karna author baik hati dan tidak sombong, jadinya author turutin deh😍 enjoy ya...
Baca, Imajinasikan, dan Enjoy
Aku bakalan lebih semangat kalo kalian vote cerita ini😆
Free vote's here ⬇️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT
Teen Fiction⛔ Bukan Tempat Untuk Plagiat -- "Yang di perut lo anak gue kan?" Ezra terdiam, Tak berani menjawab. "Berani-beraninya lo sembunyiin ini dari gue?!" Ucap Jeff dengan nada pelan namun menusuk sambil melempar testpack yang mendarat tepat didepan sepat...