Ezra menyeka keringat yang mengalir di dahinya. Tangannya melempar bola voli yang sedang ia mainkan bersama Liya.
Tak lama kemudian, bunyi peluit menggema."Oke waktunya habis. Silahkan istirahat" Ucap Pak Indra selaku guru olahraga.
Ezra mendudukan bokongnya. Kakinya ia luruskan agar tidak keram.
"Thanks" Ucapnya ketika Liya menyodorkan sebotol air mineral.
"Akhir-akhir ini kenapa ya gue gampang capek?" Tanya Ezra pada Liya.
"Jompo banget. Manahan masih muda"
Ezra berdecak pelan.
"Sialan"
"Ayo ke kelas. Abis itu kita makan. Lo mau makan apa?"
"Entah. Nasi goreng kayaknya enak"
"Yaudah ayo"
***
Jeff memarkirkan mobilnya di lahan parkiran sekolah yang biasa ia kunjungi. Mulai hari ini, ia akan lebih sering mengunjungi sekolah itu. Untuk apa lagi jika bukan memata-matai gadis bernama Ezra selain kepentingannya yang biasa ditugaskan oleh sang Papa.
Jeff keluar dari mobil yang ia kendarai, tak lupa dengan kacamata hitam yang bertengger manis di depan matanya. Hari ini, ia tak akan lama mengunjungi sekolah itu karena akan ada praktik yang ia lakukan di sekolahnya. Mengingat, saat ini ia berada di tahun terakhir masa SMA-nya.
Sementara di sisi lain, Ezra membuka tas untuk mengambil uang yang ia taruh disana. Pandangannya terpaku ketika ia melihat testpack yang ia beli kemarin dan belum sempat ia coba.
"Mmm Li. Lo duluan aja ke kantin. Gue mau ke kamar mandi bentar. Nanti gue susul" Ucapnya.
"Oke" Liya pun beranjak pergi dari sana.
Sedangkan Ezra mulai mengambil bungkusan yang berisi testpack itu, lalu ia masukkan ke dalam kantung celananya dan mulai beranjak ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, tak lupa Ezra menutup rapat pintunya dari dalam. Gadis itu mulai membuka bungkusan benda pipih itu.
Lama ia menatap benda itu karna tak dapat di pungkiri, jantungnya berdegup begitu kencang.
Ezra menghembuskan nafasnya pelan
'Let's try it'
Ezra memejamkan matanya setelah ia mencelupkan ujung testpack ke dalam urinenya. Hatinya terus berdoa agar apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.
Gadis itu memberanikan diri untuk membuka matanya. Pandangannya terus mengarah ke testpack itu untuk melihat hasilnya.
'Deg'
Jantungnya serasa berhenti berpacu. Bersamaan dengan itu, setetes air mata lolos dari pelupuk matanya.
***
Jeff menyusuri koridor lantai 3 menuju ruang kepala sekolah. Di persimpangan jalan, ia menabrak seorang gadis.
Ezra.
Gadis itu tampak terkejut melihat keberadaan Jeff. Berusaha menghindar, Ezra melanjutkan langkahnya. Jeff hanya memandang dengan wajah datar hingga punggung gadis itu hilang dari pandangannya.
Sebelum melanjutkan langkahnya yang terhenti karena ulah gadis itu, matanya teralihkan pada sebuah benda yang berada di dekat sepatunya. Jeff mengambil benda tersebut. Ternyata sebuah testpack dengan dua garis biru yang dibaluti dengan selembar tisu.
Seketika Jeff tersenyum tipis.
***
Ezra menelungkupkan kepalanya di atas meja. Tangisnya belum berhenti. Air matanya terus saja mengalir. Untung saja kelas masih sepi. Seketika ia teringat jika Liya masih berada di kantin. Pasti temannya itu sedang menunggunya.
Namun, apa boleh buat?
Kekhawatirannya menjadi kenyataan. Ia hamil, di usianya yang masih sangat muda.Ia harus memberitahukan hal ini pada Liya. Namun, pada saat ia meraba kantung celananya, ia tidak menemukan testpack yang tadi ia gunakan. Padahal ia ingat sekali jika ia menyimpannya di dalam sana.
'Mampus'
Ezra berlari menuju kamar mandi untuk mencari testpack miliknya. Sesampainya di kamar mandi langsung saja ia menulusuri toilet, wastafel, bahkan tempat sampah pun ia buka untuk mencari benda itu. Jangan sampai ada orang lain yang melihat benda itu selain dirinya.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu yang terkunci dari dalam. Ezra menolehkan kepalanya ke sumber suara.
Matanya terbelalak melihat siapa yang mengunci pintu itu.
Jeff.
Laki-laki itu membalikkan badannya dan melangkah perlahan menuju Ezra.
"Yang di perut lo anak gue kan?"
Ezra terdiam, Tak berani menjawab.
"Berani-beraninya lo sembunyiin ini dari gue?!" Ucap Jeff dengan nada pelan namun menusuk sambil melempar testpack yang mendarat tepat didepan sepatu Ezra.
Gadis itu menunduk. Menatap benda kecil dengan dua garis biru itu yang sedari tadi ia cari-cari.
"Pulang sekolah gue tunggu di gerbang! Kalo lo berani kabur, jangan harap masih bisa nafas besok!"
****
HAI!
Terimakasih udah baca part ini sampe akhir yaa.Dan terimakasih juga masih tetep setia dengan cerita ini, maaf author jarang update :')
Baca, Imajinasi kan, dan enjoy...
Terima masukan dan kritikan 😄✌
Free vote's here ⬇️
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT
Teen Fiction⛔ Bukan Tempat Untuk Plagiat -- "Yang di perut lo anak gue kan?" Ezra terdiam, Tak berani menjawab. "Berani-beraninya lo sembunyiin ini dari gue?!" Ucap Jeff dengan nada pelan namun menusuk sambil melempar testpack yang mendarat tepat didepan sepat...