13.

276 11 0
                                    

Ezra menyisir rambutnya di depan meja rias. Jeff benar-benar tidak mengizinkannya keluar dari kamar ini. Entah apa alasannya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Namun, ketika Ezra membuka matanya dan melihat kearah sofa, ia sudah tidak melihat Jeff.

Setelah pertengkaran semalam, terpaksa Ezra menuruti kemauan Jeff. Pukul 10 pagi Jeff mengajaknya ke seorang dokter kandungan yang biasa memeriksa keluarga Albert. Berhubung hari ini adalah hari minggu, jadi Ezra tidak memusingkan sekolahnya. Namun pikirannya tertuju pada mama dan Liya. Apa mereka mencarinya?

Ia tidak bisa membayangkan akan semarah apa mamanya. Ditambah, anak bungsunya ini sedang mengandung. Entah, membayangkan reaksi mamanya saja Ezra kembali ingin menangis.

Ezra mengusap wajahnya. Matanya menelusuri meja rias yang terdapat banyak sekali make up. Jeff laki-laki, mana mungkin menggunakan make up. Meja rias ini seolah-olah sengaja dipesan dan didesign untuk Ezra pada malam pertemuan kemarin. Memang, dengan uang kita bisa melakukan segalanya.

Mata Ezra memicing melihat satu benda yang nampak tidak asing. Ezra mengambil benda itu. Sebuah obat bius yang ketika dihirup dapat membuat siapapun tidak sadarkan diri.

Jeff memang keparat! Jelas saja ia menggunakan itu untuk menculik Ezra kemarin. Ezra menghembuskan nafasnya kasar.

Suara ketukan mengalihkan pandangan Ezra. Pintu terbuka, memperlihatkan Anya yang sedikit tergesa-gesa.

"Nona, anda dipanggil Tuan besar di ruangannya"

"Tuan besar?" Ezra nampak berpikir. Apa laki-laki tua itu yang semalam menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan?

"Tuan muda Jeff sudah berada disana. Dia menyuruh saya untuk memanggil Nona"

Ezra hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu, ia mengikuti Anya menuju ruangan Pak tua itu.

***

Dion menghirup nafasnya dalam-dalam. Pupil matanya membesar. Ia menyukai aroma tubuh Ezra. Aroma yang sama seperti keluarga Albert lainnya. Entah, atau karena Ezra sedang mengandung penerus keluarga ini?

"Segera atur tanggal pertunangannya Robert"

Robert dan Helen saling menatap tak percaya. Begitupun dengan Jeff dan Ezra.

Semudah itu mendapatkan restu kakek?

Dion menutup matanya. Aroma ini membuatnya tenang. Dalam benaknya, terdapat tiga cahaya kecil, yang entah apa maksudnya. Tiga cahaya yang muncul, ketika ia menghirup aroma tubuh Ezra.

"Ritual harus segera dilakukan setelah resepsi" Setelah mengucapkan itu, Dion keluar dari ruangan.

Sedangkan Ezra hanya terdiam bingung. Pertunangan? Ritual? Apa maksudnya?

Rasa mualnya kembali muncul. Ezra menutup mulutnya. Kemudian gadis itu berlari menuju wastafel di ruangan itu.

Jeff mengikuti dari belakang. Seperti biasa, ia mengurut tengkuk Ezra.

Helen dan Robert yang melihat hal itu hanya bisa terdiam.

Helen mengambil segelas air hangat yang ia berikan kepada Jeff untuk Ezra.

"Kenapa kau peduli?" Tanya Robert.

Helen melirik ke arah suaminya.

"Aku perempuan, jadi aku tau rasanya" Setelah mengucapkan itu, Helen keluar dari ruangan.

***

Ezra menatap monitor yang memperlihatkan janin yang berada di dalam perutnya. Ada rasa gejolak aneh ketika melihatnya. Perpaduan antara senang dan sedih yang menjadi satu.

Tatapannya beralih mengarah Jeff yang ternyata juga sedang menatapnya. Jeff mengalihkan pandangan ke arah monitor.

"Usia kandungannya menginjak empat minggu. Masih sangat kecil untuk mengetahui jenis kelaminnya"

Ezra tersenyum kecil. Sedangkan Jeff masih sibuk menatap monitor.

"Saya akan resepkan obat untuk mengurangi morning sickness. Dan juga vitamin untuk ibu dan janinnya. Tolong jaga kesehatan anda Nona, jangan sampai terlalu lelah maupun terlalu stress karena kehamilan anda masih sangat rawan"

"Baik dok"

Jeff mengambil selembar kertas yang di berikan Dokter Zac.

"Resep yang harus anda tebus"

Ezra mendudukan badannya. Ia menatap Jeff yang nampak serius membaca resep yang diberikan Dokter Zac.

"Gue bisa tebus sendiri. Dideket rumah ada apotik"

Jeff tidak menjawab. Laki-laki itu hanya memasukkan kertas resep tadi ke dalam saku celananya.

"Setelah tunangan lo harus tinggal sama gue. Gue gak terima bantahan apapun yang keluar dari mulut lo"

***

Jeff mengantar Ezra sampai didepan rumah perempuan itu. Sebenarnya, ia ingin mampir untuk bicara pada Mamanya Ezra atas kehamilan putrinya itu akibat ulah dirinya. Namun, Ezra bersikeras menolak. Jeff memberikan kesempatan untuk Ezra berbicara sendiri pada Mamanya, karena perempuan itu yang meminta.

Ezra menatap mobil Jeff yang menjauh dari pekarangan rumahnya. Perempuan itu menghembuskan pelan nafasnya sebelum memasuki rumah.

Gelap. Itulah kesan pertama ketika ia memasuki ruang tamu setelah dua hari tidak pulang. Namun, ia mendengar suara keran wastafel dari arah dapur.

Segera saja ia menuju dapur, dan benar saja mamanya sedang memasak. Fatma hanya melirik sekilas, sebelum lanjut memasak.

Hati Ezra mencelos. Apa mama tidak mencarinya?

Ezra menghampiri Fatma dengan takut-takut.

"Ma... "

Fatma tidak menyahut. Ezra menunduk sedih.

"Maafin Ezra"

Fatma masih tidak menghiraukan ucapan Ezra.

"Maaf dua hari ini Ezra gak pulang"

Ezra masih menunduk.

"Kenapa kamu gak jujur?" Tanya Fatma tanpa melihat wajah Ezra.

Ezra menegakkan kepalanya.

"Soal Ezra gak pulang ke rumah?" Ucap Ezra, balik bertanya.

Fatma menggeleng. Alis Ezra bertaut heran.

Fatma menghentikan aktivitas memotong bawangnya. Wanita itu menatap tajam anaknya. Tak dapat dipungkiri, matanya berkaca-kaca. Dan Ezra sadar akan hal itu.

Fatma menunjuk ke arah perut Ezra, masih dengan pisau di tangannya.

"Soal dia, janin yang ada diperut kamu" Ucap Fatma.

Sedangkan Ezra hanya bisa terdiam.

****

Holaaa!!! Selamat malam mingguuu readers budiman.

Terimakasih udah baca part ini sampe akhir.

Hayo sadar sesuatu gak? Wkwk😝

Menurut kalian bayinya JeffEzra laki-laki atau perempuan?

Pantau terus yaww😆😆

Baca, Imajinasikan, dan Enjoy...

Free vote's here ⬇️

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang