16.

130 8 1
                                    

Ezra menatap lurus pintu yang mengarah ke balkon kamarnya. Sedangkan Jeff dibelakangnya sedang bermain ponsel. Jeff Sadar, hari ini Ezra lebih banyak diam dari biasanya.

"Lo kenapa? Ada yang mau lo ceritain?"

Ezra menghembuskan nafasnya pelan. 3 hari 2 malam sudah ia berada di apart ini. Dan semenjak itu, Ezra selalu bermimpi buruk.

"Dua hari ini gue mimpi buruk terus. Mimpi aneh yang sama sekali belum pernah gue mimpiin sebelumnya"

Jeff menautkan kedua alisnya.

"Mimpi apa?"

"Gue gak bisa simpulin itu apa. tapi yang gue mimpiin ini serem"

Jeff bangkit perlahan. Seraya duduk di samping Ezra.

"Cuma mimpi. Gausa terlalu di pikirin" Ucap Jeff sembari mengelus bahu Ezra.

"Kalo malam ini gue minta lo tidur disini, lo mau?"

Jeff menganggukan kepalanya.

"Sore ini gue mau ke rumah Kakek. Lo ikut ya"

"Kalo gue gak ikut kenapa?"

"Mama nyuruh lo ikut"

"Yaudah"

Jeff mengelus kepala Ezra. Perempuan itu menatap Jeff. Jeff pun menatap balik. Keduanya hanya terdiam, saling meneliti wajah satu sama lain.

"Maafin gue"

"Iya, emang semua salah lo"

Jeff tertawa kecil.

"Tapi lo nikmatin setiap sentuhan gue malam itu, lupa?"

Ezra memicingkan matanya, jengkel.

Jeff menarik tubuh Ezra hingga terlentang di atas kasur. Laki-laki itu menindih dan menahan kedua tangan Ezra di atas kepala perempuan itu.

"Apa perlu gue ingetin lagi?" Ucap Jeff dengan senyum kecil di bibirnya.

***

Helen menyeruput teh yang berada di depannya. Di sampingnya, ada Ezra yang akan menjadi menantu satu-satunya. Mereka berada di taman belakang rumah Dion, dimana di depan mereka terdapat segerombolan kambing yang Dion pelihara.

"Ezra baru tau kalo Kakek suka pelihara kambing. Dibalik sifatnya yang tegas, Ezra pikir Kakek cuma sibuk berbisnis"

"bukan tanpa alasan beliau memelihara hewan itu"

Ezra yang sedang mengunyah croissant pun menghentikan kunyahan nya.

"Maksud ibu?"

"Ada alasan kenapa keluarga ini tidak pernah luntur kekayaannya"

Ezra terdiam. Pikirannya melantur kemana-mana.

Ezra menyeruput tehnya, untuk mengalihkan pikirannya dari hal yang tidak-tidak.

"Dua hari ini Ezra selalu mimpi buruk. Tapi Ezra gak bisa simpulin itu mimpi apa"

Helen hanya menoleh sekilas.

"Mimpi hanya bunga tidur. Jangan terlalu dipikirkan"

Ya, Ezra pun berpikiran seperti itu. Atau mungkin hormon hamil mudanya yang juga berpengaruh?

seseorang menyentuh bahu Ezra. perempuan itu menoleh.

"ayo pulang"

"Kenapa buru-buru sekali?" Ucap Helen.
"Bagaimana dengan pernikahan kalian? Kau sudah diskusikan dengan kakek?"

"Well done. Kakek minta dimajukan menjadi lusa"

Sontak Ezra tersedak air ludahnya sendiri.

"Kok cepet?"

"Isn't sounds good? Kita bisa senang-senang berdua lebih cepat bukan?"

Ezra berdecak.

"Dasar gila!"

Helen hanya menggelengkan kepalanya.

"Apa ada alasan lain kenapa dimajukan?"

Jeff mengedikkan bahunya.

"Aku pikir karena Ezra sudah sepenuhnya diserahkan ke keluarga ini sebelum waktunya" Ucap seseorang dari arah belakang.

Robert.

Helen memutar kedua bola matanya.

"Hanya itu?"

Robert tidak menjawab.

"Aku sudah mengatur dekorasi untuk pernikahan kalian. Tugas kalian hanya fitting baju. Aku sudah mengabari rekanku bahwa kalian akan kesana malam ini" Ucap Robert.

Jeff menghembuskan nafasnya kasar. Selalu saja Ayahnya bersikap semaunya.

"As always. Kau tidak mendiskusikan terlebih dahulu padaku dan Ezra"

Robert tersenyum sinis.

"Aku pikir kau tidak bisa diandalkan dalam urusan ini. Bukankah kau selalu merepotkanku pada akhirnya?"

"Itu karna kau tidak pernah membiarkanku melakukan semuanya sendiri!"

"Hei!!!" Teriak Helen.

"Tidakkah kalian memiliki sopan santun di depan tamu?" Ucap Helen mengarah ke Ezra. Mengingat, perempuan itu belum resmi menjadi anggota keluarga Albert.

Jeff menarik pelan lengan Ezra.

"Ayo pergi"

***

Ezra menatap satu persatu gaun yang ada di depannya. Gaun yang indah, namun sedikit terbuka di bagian belakang.

Matanya tertuju pada salah satu gaun yang menurutnya lebih tertutup dari gaun yang lain.

"Gue mau yang ini. Lebih tertutup dari yang lain"

"Just take it. Gue udah pilih satu gaun yang harus lo pake pada saat ritual keluarga"

Ezra mengernyitkan dahinya.

"Semua keluarga konglomerat tuh gitu ya?"

"Gak semua. Beberapa aja. Ritual ini udah lama gak dilakuin sama keluarga gue. Terakhir beberapa puluh tahun yg lalu"

"Karena gue orang asing?"

"Begitulah"

"Keluarga lo aneh"

Jeff tersenyum sinis.

"Gue gak bisa ngelak apa yang lo bilang. Karena gue pun mengakui mereka semua aneh"

"Lo lebih aneh" Ezra memicingkan matanya.

Jeff hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Iya aneh. Karena lo nganggap mereka semua aneh"

Jeff tertawa.

"Lo kenapa berisik banget sih? Mau gue cium brutal disini?" Jeff tersenyum nakal.

Ezra berdecih pelan.

"Najis"

Jeff menarik lengan Ezra.

"Ada satu baju lagi yang harus dipilih"

Jeff membawa Ezra ke sebuah ruangan yang berisi pakaian seksi.

Ezra tau betul baju apa yang dimaksud Jeff. Melihat baju-baju diruangan tersebut rata-rata transparan dan kurang bahan.

"Mau lo yang pilih sendiri atau gue yang pilihin?" Tanya Jeff sambil tersenyum nakal.

***

Hayo baju apa tebak???

Dah berapa bulan ni aku gak update wkwk. Maaf ya, author super duper sibuk. Makanya baru coba buat nulis cerita ini lagi😭😭😭

Mungkin ada banyak part yang berisi kalimat typo dan tidak sesuai KBBI, EYD dan sebagainya mohon dimaafkan ya :D

Boleh koreksi di komennn

Baca, Imajinasikan, dan Enjoy hihiii

Terimakasih sudah baca sampai akhir 😆😆😆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang