15.

475 14 3
                                    

"Saya tau, saya sudah menghancurkan masa depan anak tante. Oleh karena itu, berdirinya saya didepan tante sekarang untuk bertanggungjawab atas apa yang sudah saya lakukan. Saya siap menikahi Ezra" Ucap Jeff dengan lantang.

Fatma menatap lurus ke arah Jeff. Ia tau hari ini akan tiba. Namun, masih begitu sulit baginya untuk menerima kenyataan, bahwa satu-satunya orang yang ia pikir akan mewujudkan harapannya justru malah mengecewakannya.

Ezra sudah menghancurkan kepercayaannya.

"Bawa dan bahagiakan dia. Tugas saya sebagai seorang ibu akan segera selesai. Tepat saat anda menikahinya"

Ezra yang mendengar hal itu menundukkan wajahnya.

Terlihat jelas tatapan kecewa di mata Fatma. Sepasrah itukah mamanya?

"Satu hari dimana saya tidak pernah berpikir bahwa itu akan terjadi adalah hari dimana saya gagal menjadi seorang ibu. Tolong didik dia dengan baik. Jangan biarkan ia gagal seperti saya"

Ezra berlari memeluk Fatma. Tangisnya pecah. Ia takut, sangat takut dengan ini semua. Ia tidak pernah berpikir bahwa akhirnya akan seburuk ini.

"Maafin Ezra ma"

Fatma diam saja, tidak membalas pelukan dari Ezra.

"Bahkan jika anda mau, anda bisa membawa anak ini sekarang" Ucap Riri yang sukses membuat Ezra terdiam dari tangisnya.

***

Jeff membuka pintu apartemennya dan menarik tangan Ezra untuk masuk. Kondisi Ezra memang sedang tidak baik-baik saja. Yap! Riri mengusirnya dari rumah. Bahkan saat itu terjadi, Fatma tidak membantah apapun yang Riri lakukan. Ia paham betul dirinya sudah mengecewakan keluarganya. Namun, apa pantas ia diperlakukan seperti itu di depan Jeff dan Papanya?

"Untuk sementara lo tinggal disini dulu"

Ezra diam tak menjawab. Perempuan itu mengelus perutnya yang masih rata. Seraya berjalan menuju balkon apartemen kamar Jeff.

Semua gerak-gerik Ezra tak lepas dari pandangan Jeff. Mungkin laki-laki itu belum mencintainya. Namun, jujur saja hatinya merasa hangat ketika melihat Ezra mengelus perut perempuan itu sendiri.

Jeff menghampiri Ezra. Laki-laki itu memeluknya dari belakang. Terasa sedikit kejutan dari badan Ezra, ketika Jeff melingkarkan tangannya di perut perempuan itu.

"i kno it's hard. but I'm sure you can go through it all"

Jeff mencium bahu milik Ezra. Seraya melepaskan pelukannya.

"Gue pulang dulu. Semua kebutuhan lo udah lengkap disini, dan kali ini gue gak akan sita HP lo. Telpon gue kalo ada apa-apa"

Setelah mengatakan itu, Jeff pergi keluar. Namun sebelum itu, ia melihat ke atas sudut kamar Ezra. Terdapat CCTV kecil yang siap memantau gerak-gerik perempuan itu. Jeff menutup pintu kamar apartemennya.

Laki-laki itu menelpon seseorang.

"Awasi kamar 1511"

***

Jeff menikmati setiap belaian yang perempuan itu lakukan. Keringatnya bercucuran deras. Laki-laki itu membuka kancing bajunya, dibantu oleh perempuan di depannya. Perempuan itu tersenyum sensual. Seraya mencium leher Jeff hingga memberikan sedikit tanda kemerahan.

"Ahh" Desah Jeff.

Kemeja Jeff berhasil lolos dari tubuh sang empunya. Namun, ketika perempuan itu ingin melepas celana yang Jeff pakai, laki-laki itu menghentikannya.

"No, Dorothy" Ucap Jeff.

"Why?!" Ucap perempuan yang dipanggil Dorothy itu.

"Ini salah"

"But you enjoy it"

"No"

"Munafik! Jelas-jelas lo mendesah barusan"

"That's a trick how to play with a bitch"

Dorothy tersenyum nakal.

"Isn't that girl a bitch too?"

Jeff tersenyum tipis.

"Yes. Tapi kastanya satu tingkat di atas lo"

Setelah mengucapkan itu Jeff mengambil kemejanya lalu keluar dari kamar.
"Bajingan!"

Jeff tidak menghiraukan ucapan Dorothy. Sebuah panggilan berdering dari ponselnya. Jeff mengangkat panggilan tersebut.

'Pulang sekarang, Kakek ingin berbicara denganmu'

Tanpa menjawab apapun, Jeff langsung mematikan teleponnya dan bergegas menuju rumahnya.

***

"Bapho menjanjikan kekayaan yang lebih besar jika kita segera melakukan ritual ini"

"Apa bulan depan terlalu lama?"

"Bukankah itu terlalu cepat? Aku tidak suka menyeret orang lain dalam ritual keluarga kita" Sanggah Jeff. Robert dan Dion tau yang Jeff maksud adalah Ezra.

"Ezra akan segera menjadi bagian dari keluarga ini" Ucap Dion yang jelas membuat Jeff dan Robert bingung.

"Semudah itu?"

"Semua sudah tertulis dalam buku legenda. Ada satu ritual yang harus kita lakukan terhadap perempuan itu, dan ini sudah menjadi tradisi keluarga ini"

Jeff menautkan kedua alisnya

"Ritual apa?" Tanya Jeff.

Sedangkan Dion hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Sementara di sisi lain, Ezra baru saja menuntaskan kegiatan mandinya. Perempuan itu mengambil ponselnya.

Sepi.

Tidak ada dering telpon dari Fatma maupun Riri. Apa ini pertanda bahwa mereka memutuskan hubungan dengannya?

Ezra kembali menangis. Mengapa hidupnya menjadi seperti ini?

Rasanya ingin sekali mengakhiri hidupnya. Namun, ia harus bertahan demi malaikat kecil yang berada di perutnya.

Ezra mematikan lampu kamar. Dan beranjak menuju kasur untuk mengistirahatkan badan dan pikirannya.

Sudah cukup untuk hari ini. Ezra mulai memejamkan matanya. Beberapa menit berselang, pintu kamarnya didobrak.

Sosok berjubah hitam membekap mulut Ezra. Matanya merah menyala, terdapat tanduk kecil yang berada di ubun-ubun makhluk itu.

Ezra terkejut, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Makhluk itu tersenyum lebar, hingga menampilkan gigi taringnya.

"Let me in "

****

Haiiii!

Terimakasih sudah membaca part ini sampai akhir 😆

Gimana part ini?

Apa klean bingung? Atau udah sadar kalo banyak teka teki rahasia di cerita ini? :v

Yuk ramein di komen

Baca, imajinasi kan dan enjoy

Free vote's here ⬇️

ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang