Gamaliel berjalan meninggalkan perpustakaan bersama kedua temannya. Tanpa buang waktu, ia segera pergi 'tak lama setelah bel pergantian pelajaran berbunyi, terlalu malas untuk terus berada di sana.
Hening perjalanan mereka terpecah oleh ujaran yang keluar dari mulut Kiki.
"El, Lo sampai kapan mau begini?"
Gamaliel sedikit menoleh ke belakang tubuhnya, memandang Kiki yang 'tak jauh di sana.
"Maksud Lo?" tanyanya.
"Ya maksud gue, sampai kapan Lo mau nutup hati? Coba dari awal kenapa sih, banyak yang mau sama Lo, bukan 'dia' aja," tutur Kiki.
Gamaliel memasang ekspresi andalannya sebelum akhirnya berpaling. "Udah gue bilang, gue bukan nggak mau, tapi mereka nggak sesuai sama tipe gue," balasnya.
Kiki berdecak, "Tipe apanya! Lo cuma berlindung dibalik kata 'bukan tipe gue'. Padahal sebenarnya Lo sendiri belum bisa lepas dari perasaan sia-sia Lo itu!"
Gavin menatap keduanya bergantian, dirinya tidak mengerti konteksnya di sini, jadilah dia hanya planga-plongo kebingungan.
"Bentar-bentar, ini kenapa sih? Gue nggak paham weh!"
Kiki menatap jengah temannya yang lola ini, sedangkan Gamaliel hanya diam tanpa niat menanggapi, ia terlalu hanyut dalam pikirannya.
"Si gila satu ini, Lo bener-bener pikun apa gimana sih?" geram Kiki.
Gavin dengan polosnya menggeleng. "Sumpah nggak tau gua."
Kiki memijat pelipisnya lelah, Gavin memang perlu tambahan memori baru di otaknya agar tidak lemot.
"Lo ingat nggak sama mantannya El waktu kelas X?" tanyanya lagi pada Gavin.
Gavin mencoba mengingat-ingat siapa yang dimaksud Kiki.
Lama ia berpikir, akhirnya terlintas satu gadis di benaknya. "Oh si Ind--."
"Nggak usah dibahas bisa?" sela Gamaliel.
Gavin terdiam seketika mendengar nada bicara Gamaliel yang terdengar datar, akhirnya pemuda dengan nama lengkap Arsenio Gavin itu melirik pada Kiki dan dibalas anggukan oleh yang ditatap. Keduanya seperti sedang berkomunikasi dengan mata mereka.
"Cuma gara-gara cewek centil itu kah? Sampai manusia di depan gue ini jadi anti sama cewek?" bisik Gavin.
Kiki mengangguk membuat Gavin mengeluarkan wajah julidnya.
"Padahal mah sok baik doang dia anjir," cibirnya.Keduanya sibuk mencibir mantan Gamaliel itu, sementara yang bersangkutan tidak peduli pada keduanya. Ia hanya berjalan dengan pikiran yang melayang . Hingga 'tak sadar bahunya telah menyenggol bahu lainnya. Barulah ia tersadar dari pikirannya.
Dug
Takk
Gamaliel melirik sebuah jepit rambut berwarna putih yang terjatuh tidak jauh dari kakinya. Maka ia menunduk untuk mengambilnya, membuat Kiki dan Gavin menghentikan langkah mereka.
"Aduh, maaf ya."
Kiki dan Gavin melihat ke arah gadis dengan rambut gelombangnya tepat di sebelah Gamaliel. Kemudian mereka melihat kembali ke arah Gamaliel yang telah bangkit dengan tangan yang memegang jepit rambut putih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Pohon Mangga [Revisi]
JugendliteraturNyatanya, Mikaella baru sekali berinteraksi dengan Gamaliel, itupun demi tugas kelompok, tapi kenapa malah jadi begini? Mikaella berharap hidupnya aman dan tentram, sembari menikmati kekayaan buah mangga di sekitarnya. Sayangnya berubah semuanya ket...