🥭 AKPM 23 : Mereka yang Mengungkap🥭

9 7 10
                                    

Kondisi kelas XI IPS 2 kini menjadi suram, setiap harinya ada saja gadis-gadis yang berkumpul menunggu kesempatan untuk merundung Mikaella. Kini bukan hanya melalui ucapan, Mikaella bahkan sudah menjadi korban bullying. Akibat dari kejadian bullying itu, Mika mendapatkan luka bekas tamparan di pipi kanannya, serta beberapa memar karena terbentur dan rambut sepunggungnya kini hanya sebahu akibat kelakuan gadis-gadis yang dengan teganya menggunting asal rambut panjang gadis itu. Dihari berikutnya, Mika diungsikan ke rumah melihat tidak amannya kondisi sekolah.

Sekolah sendiri sudah memberi peringatan mengenai itu, namun bukan berarti itu berhenti. Tetap ada namun tidak separah dulu.

Chellsy kini menghela napasnya melihat layar ponselnya yang kini terhubung dengan Mikaella.

"Udah, Lo istirahat aja di rumah. Nanti kalau ada apa-apa gue infoin, Lo sembuhin dulu tu luka-luka memar," nasehatnya.

Terdengar balasan lemah dari ponsel itu. Chellsy menatap prihatin pada temannya ini, gadis seceria Mikaella terpaksa kehilangan senyumnya.

"Gue bakal berusaha cari orangnya, Mik! Lo harus cepat sembuh ya, nanti kalau sembuh gue bawain mangga sekilo!" tuturnya.

Mikaella dari ponsel itu terkekeh. Lalu ia pamit kala sang bunda menginterupsi panggilan video itu.

"Bubai Mika." Chellsy melambaikan tangannya.

Chellsy melamun memikirkan bagaimana cara untuk membantu Mikaella, ia melirik ke belakang dimana ada Gamaliel yang masih dirusuhi oleh Izumi.

"Temennya lagi sakit, bukannya khawatir malah tambah hepi tu bocah. Heran, kayak bukan temennya aja," gumam Chellsy.

Lalu matanya menatap keluar kelas, hari ini di depan kelasnya sepi karena tadi anggota OSIS berpatroli, ia melihat orang-orang yang berlalu lalang, sampai matanya menangkap seorang gadis yang dikenalnya.

"Ces! Cesha! Sini Lo!" panggilnya.

Gadis berambut rambut pendek dengan beberapa helai yang berwarna ungu itu mendekat. Menghampiri Chellsy yang menatapnya penuh harap.

"Apaan? Gue sibuk nih!" decaknya.

Chellsy mendengus, "Sok sibuk Lo. Sini duduk dulu, gue mau minta tolong nih!"

Cesha mendudukkan dirinya dengan malas. "Apa? Soal temen Lo itu? Siapa? Mik-Mikaella?"

Chellsy memasang tampang takjub. "Kok tau? Cenayang ya Lo?" tanyanya.

Gadis itu berdecih, "Lo orang kesekian yang bilang gitu."

Lalu Cesha memainkan cincin yang awalnya melekat di jari tengahnya. "Tanpa Lo minta pun gue bakalan cari orangnya," cetusnya.

"Dia udah terlampau ngerusak ketenangan sekolah. Citra gue sebagai seksi keamanan OSIS bisa terancam gara-gara itu," sambungnya.

Chellsy menggenggam tangan gadis itu, memasang tampang memohon. "Gue mohon banget, secepatnya ya. Kasian temen gue," pintanya.

"Hah, andai bisa segampang itu Chell. Gue udah tiga hari nyari, gue udah nyamperin orang-orang yang kemungkinan terlihat, bahkan ke cowok-cowok yang ada di foto itu. Tapi mereka nggak ada yang mau buka mulut, selalu ngehindar setiap gue datengin," desahnya lelah.

Aku, Kamu dan Pohon Mangga [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang