🥭AKPM 10 : Pesawat Kertas🥭

21 7 36
                                    

Mata Gamaliel berkedip beberapa kali demi menyesuaikan cahaya, ia terdiam mengumpulkan kepingin nyawanya terlebih dahulu sebelum melihat keadaan disekitarnya, yang ia rasakan semakin ramai. Gamaliel memilih diam sembari mendengarkan pembicaraan orang-orang itu.

"Mantannya El itu, nggak benar-benar suka sama El. Dia cuma numpang tenar aja lewat namanya El, Mik."

Gamaliel mengernyit tidak suka mendengar perkataan Kiki itu, namun entah kenapa dia masih memilih membisu.

"Kalau dia ngajak balikan, artinya dia udah nggak tenar lagi. Dia butuh sesuatu buat bisa jadi tenar dan terkenal lagi, makanya dia ajak El balikan."

"Kita udah coba bilang ke El. Tapi dia terlalu bucin tolol waktu itu. Sampai akhirnya El diputusin dengan alasan yang nggak masuk akal kata gue."

Lalu Kiki dan Gavin bercerita sesuatu yang terjadi di masa lalu, membuat Gamaliel mengingat kejadian kala Kiki dan Gavin yang bersikeras berkata bahwasanya dia hanya dimanfaatkan, namun kala itu dia abai. Hingga akhirnya beberapa waktu setelahnya ia putus. Dilanjutkan dengan minggu-minggu berikutnya, ia jadi sering mendengar nama sang mantan berseliweran di kalangan siswi-siswi penggosip.

Gamaliel berkata, "Jadi itu kenapa kalian ngotot banget waktu itu?"

Ketiga orang di depannya itu menegang mendengar suaranya. Mereka perlahan menoleh padanya dengan raut cemas, ragu-ragu dan terkejutnya.

"Sejak kapan Lo bangun?" tanya Kiki.

Gamaliel terlihat berpikir. "Hmm? Mungkin sejak Lo bilang kalau dia cuma manfaatin gue? Aaa gue lupa," jawabnya.

Gavin menatapnya dengan pandangan tidak enak. "Terus apa yang Lo rasain sekarang?" tanyanya ragu-ragu.

"Gue?" Gamaliel menunjuk dirinya sendiri. "Lo berharap gue kecewa? Sayangnya gue selalu kecewa sejak hari gue putus, jadi yang gue rasain sekarang cuma perasaan biasa."

"Tapi, walaupun gue udah muak dengan rasa kecewa ini, gue tetap nggak bisa ngelepas itu. Padahal harusnya kalau gue lepasin, gue bakal tenang, nggak akan kaya sekarang. Jadi manusia bodoh yang nggak bisa lepasin masa lalu, padahal sebenarnya gue doang yang tersiksa," lanjutnya.

Mika memberanikan diri untuk berbicara. "Makanya, lepasin. Cuma Lo yang meratapi masa lalu, Gam. Sedangkan dia? Dia bahagia-bahagia aja, bahkan kepikiran Lo pun nggak," ucapnya.

Gamaliel terkekeh, namun pandangan sendu. "Kalau gue bisa, sekarang gue nggak akan jadi gini. Mikaella," sahutnya.

Kiki dan Gavin hanya memperhatikan kedua orang di depan mereka ini. Mereka rasa, Mikaella bisa mengatasi ini.

"Kalau gitu ... ayo jalan-jalan!" ajak Mika.

Kiki dan Gavin cengo kala mendengar ajakan itu.

"Oy Mik! Ini situasinya nggak pas buat jalan-jalan!" protes Gavin.

Mika melirik ke arah Gavin. "Gama harus ngelepas masa lalunya 'kan? Percaya sama gue, jalan-jalan bareng gue, biar kita lepasin masa lalu Lo itu bareng-bareng," tuturnya.

"Lo yakin?" Gamaliel bersuara. "Lo yakin bisa?"

"Nggak ada salahnya nyoba 'kan?"

Aku, Kamu dan Pohon Mangga [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang