"Dari raut muka sampai suka melamun. Apa lagi kalau bukan punya masalah?"
"Tapi ini bukan urusan Lo 'kan? Nggak usah pura-pura peduli padahal aslinya Lo cuma penasaran," sahutnya.
Mika mendengus, "Terus? Gue tanya karena gue peduli sama diri gue sendiri. Gue nggak mau kesusahan cuma gara-gara Lo yang nggak bisa fokus sama tanggung jawab sendiri."
Diam, tidak ada sahutan. Maka Mika kembali bersuara.
Ia berkata, "Lo udah cukup gede buat tau mana urusan pribadi sama tanggung jawab. Jangan gara-gara masalah pribadi Lo itu, tanggung jawab Lo kacau."
"Gue baik mau nawarin diri sebagai pendengar. Bukan karena gue kepo, bukan! Gue cuma mau tanggung jawab kita ini selesai dan gue bisa cepet lakuin hal lain," lanjutnya.
Gamaliel menghela napasnya, menimbang-nimbang apakah perlu ia utarakan ricuh pikirannya ini? Tapi yang dikatakan Mikaella ada benarnya juga, dan juga sesama mereka bukan tipe yang akrab satu sama lain, pasti rasanya tidak nyaman jika terus-menerus berhadapan seperti ini.
Gamaliel akhirnya bersuara. "Kalau misalnya Lo putus hubungan sama pacar Lo karena suatu hal, terus selang beberapa lama dia ngajak balikan lagi. Apa yang Lo lakuin?"
Gamaliel sudah memutuskan, bukan hal merugikan juga untuknya bukan? Karena Mika tidak tau kejadiannya. Setidaknya bebannya agak berkurang.
"Tergantung dulu. Kalau Lo merasa niatnya dia baik buat jalin lagi hubungan yang udah rusak, apa salahnya buat kasih kesempatan kedua?"
"Tapi, kalau niatnya cuma buat kepentingannya sendiri, jangan. Lo nya tulus dianya cuma manfaatin Lo, buat apa? Bikin sakit hati tau nggak," lanjutnya.
"Gue yakin Lo tau gimana kepribadian dia karena Lo pernah jadi pacarnya. Jadi Gam, Lo sendiri yang bisa mastiin apa niatnya sebenarnya. Memang tulus? Atau ada maksud tertentu?"
Gamaliel terdiam mendengar itu, kalau dipikir-pikir lagi, hubungannya dengan sang mantan terkesan seperti sepihak. Hanya Gamaliel yang berusaha, sedangkan dia cuma datang padanya saat ada perlunya.
"Kenapa gue baru sadar?" gumamnya.
Hening kembali, Gamaliel sibuk dengan pikirannya kembali sedangkan Mika hanya diam memperhatikan sembari memangku gitar milik Kiki itu.
Sama-sama tidak ada yang bersuara, sibuk dalam lamunan masing-masing. Sampai angin kencang bertiup dan menggoyangkan buah mangga di atas mereka.
Duk!
Satu mangga jatuh tepat di samping Mikaella. Tentu saja gadis itu tidak menyia-nyiakannya, ia memungut mangga yang jatuh di lembutnya rumput hias itu.
"Rejeki banget. Tau aja gue pengen mangga," celetuknya.
Gamaliel hanya memperhatikan gadis di sampingnya yang kini tengah memikirkan bagaimana cara ia mengupas mangga yang baru di dapatnya itu. Dia kemudian merogoh ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.
•••••
Mika masih menimbang-nimbang tindakan selanjutnya demi mengupas mangga ini.
"Apa gue gigit aja? Ih tapi ya kali, malu dong," gumamnya.
Kemudian atensinya teralihkan oleh kedatangan Kiki dengan raut wajah kesalnya dan diikuti oleh Gavin yang terlihat agak ... emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Pohon Mangga [Revisi]
Novela JuvenilNyatanya, Mikaella baru sekali berinteraksi dengan Gamaliel, itupun demi tugas kelompok, tapi kenapa malah jadi begini? Mikaella berharap hidupnya aman dan tentram, sembari menikmati kekayaan buah mangga di sekitarnya. Sayangnya berubah semuanya ket...