🥭 AKPM 19 : Tawaran untuk Izumi🥭

14 6 59
                                    

"Gue yakin, Lo udah tau harus apa, Gamaliel," bisiknya.

Senyum tipis Gamaliel tampilkan untuk Mikaella.

"Makasih," balasnya.

Tanpa mereka tahu, Maeza memperhatikan semua gerak-gerik keduanya. Ia dengan geram menjatuhkan boquet yang sedari tadi melekat di tangannya, namun kini boquet cantik itu digantinya dengan tangan Gamaliel yang ditariknya paksa, hingga tautan tangan Gamaliel dan Mikaella terlepas.

"Miel, kamu tega sama aku?" Nada suaranya dibuat sesedih mungkin.

Gamaliel mengernyit, ia menyentak tangan gadis di depannya itu.

"Gue nggak ngerasa pernah nyakitin Lo," tuturnya dingin.

Maeza dengan berani memegang kedua lengan kokoh itu.

"Nggak! Kamu tega! Bisa-bisanya kamu mesra-mesraan sama cewek itu!" Ia menunjuk Mika tepat di depan wajahnya. "Di depan aku! Kamu tega!" serunya.

Mika mendengus dan menyingkirkan jari telunjuk yang menodongkannya, melipat tangannya di dada dan melayangkan tatapan sinis pada drama di depannya.

Wajah Gamaliel semakin dingin. "Lantas? Gue rasa satu sekolah pun udah tau, kalau gue dan Lo udah nggak ada hubungan apa-apa lagi," ujarnya.

Walaupun sudah direspon dengan dingin, nyatanya gadis itu tidak kunjung menyerah.

"Aku masih sayang sama kamu! Miel, bukannya aku bilang mau balikan sama kamu? Kenapa kamu setega itu mainin perasaan aku?" isaknya.

Gamaliel berdecak, "Nggak usah drama! Balikan? Persetan! Gue udah tau tingkah Lo!"

"Lo pikir gue nggak tau? Lo begini cuma buat naikin popularitas Lo lagi 'kan?! Lo nggak pernah tulus, dan sekarang Lo datengin gue seolah-olah gue yang jadi masalahnya di sini!" bentaknya.

Maeza semakin mengeluarkan air matanya, entah itu air mata asli atau hanya rekayasa, Gamaliel tidak peduli lagi. Dia hanya ingin menegaskan pada orang-orang yang ada di sini, serta pada gadis ini.

"Kamu juga masih sayang sama aku, Miel! Kamu kira aku nggak tau? Kamu nggak usah pura-pura nggak peduli sama aku! Aslinya kamu masih berharap 'kan?" Maeza menatap netra hitam yang terhalang oleh kacamata itu dengan lekat.

Ia memperhatikan setiap ekspresi yang ditampilkan pemuda yang sempat menjadi kekasihnya itu, berharap ia goyah dan menunjukkan bahwa ia memang masih menyimpan rasa padanya, tetapi yang ditampilkan Gamaliel jauh berbeda dengan keinginannya. Pemuda tampan itu terkekeh sinis padanya.

"Perasaan gue ya? Awalnya memang, tapi sekarang nggak lagi, gue udah sadar sama kebodohan gue. Cuma gue yang pake perasaan di hubungan kita, sementara Lo nggak. Akhirnya gue sadar setelah setahun tersiksa gara-gara Lo! Jadi gue tegaskan, gue nggak lagi punya perasaan ke Lo! Camkan itu!" tegas Gamaliel.

"Semua perasaan yang selama ini gue simpan, sekarang udah gue lepas! Gue udah lepas dari masa lalu kelam yang Lo ciptain, Indi." Gamaliel berpaling, enggan menatap gadis yang kini menunduk dengan bahu yang bergetar, isakannya belum juga reda.

Maeza menggeleng, dirinya berteriak, "Enggak! Kamu bukan Miel! Kamu berubah! Miel nggak mungkin begitu!"

Lalu matanya beralih pada gadis di sebelah Gamaliel, menatapnya marah.

Aku, Kamu dan Pohon Mangga [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang