"Agresif sekali alpha kecilmu." Ibu Heeseung tertawa karena mendengar cerita dari Bunda. Mereka bertiga sedang berbincang di ruangan konsultasi daycare.
"Aku tidak tau jika Jongseong bisa agresif begitu karena dia termasuk tipikal orang yang pendiam. Maafkan dia ya Bu." Ayah Jongseong meminta maaf dengan tulus, apalagi mendengar kata 'berdarah' tadi.
"Mereka mate, bukannya saya lancang tetapi sebaiknya mereka dipisahkan terlebih dahulu. Karena ya Jongseong masih belum bisa mengendalikan amarahnya, agak kasihan dengan Heeseung nantinya yang kurang bersosialisasi dengan sekitarnya."
"Benar juga, apakah Heeseung omega? Karena Jongseong memang alpha dominan yang lahir dari istri alpha saya."
"Kemungkinannya kecil karena ayah Heeseung alpha dan saya beta."
"Tetapi Heeseung bisa merasakan aroma feromon Jongseong, katanya berbau seperti kayu manis."
Setelah lama bertukar pendapat, akhirnya Ayah Jongseong memutuskan untuk pindah ke daycare lain. Ya karena semuanya baik-baik saja sebelum putranya kemari dan akan kembali seperti semula.
"Pangeran kodok pun berubah menjadi pangeran yang sangat tampan saat bertemu dengan pasangannya. Tamat." Heeseung melipat buku cerita dan meletakkannya di lantai. Ia melihat Jongseong yang berbaring pada pahanya dengan tersenyum.
"Aku mau dengar cerita yang lain, boleh?" Pinta Jay. Heeseung menggeleng, ia lelah membaca buku cerita tadi.
"Kalau begitu biar aku saja yang membacakannya untukmu. Kamu mau cerita apa?" Jongseong berdiri untuk bersiap mengambil buku cerita.
"Tidak ingin, aku lelah ingin tidur." Heeseung merebahkan dirinya di lantai dan menutup matanya. Tiba-tiba saja Jongseong juga ikut tidur bersamanya.
"Jongseong, aku tidak bisa bergerak jika kamu memelukku begini." Bukannya melepaskan, Jongseong hanya melonggarkan pelukannya pada Heeseung.
"Bisa anda saksikan sendiri bukan bagaimana posesifnya Jongseong?" Ketiga orang dewasa dari tadi menyimak apa yang dilakukan oleh pasangan kecil itu.
"Iya Bunda, saya rasa hal yang tepat saya memindahkan Jongseong ke daycare lain. Kasihan Heeseung jika begini, lagipula mereka akan bertemu kembali di masa depan karena fated mate."
"Berikan mereka sedikit waktu karena setelah ini akan berpisah beberapa tahun. Dan semoga saja Heeseung omega meskipun kemungkinannya kecil."
Begitu keputusan final mereka bertiga yaitu dengan memindahkan Jongseong ke daycare lain. Dengan sedikit harapan jika Heeseung omega meskipun lahir dari pasangan alpha dan beta.
Namun takdir berkata lain. Nyatanya Heeseung tumbuh menjadi seorang alpha dominan. Ibunya kini mengerti kenapa dulu anaknya tidak tersiksa karena memang sama-sama alpha. Tapi apakah seorang alpha dominan yang mempunyai kasta tinggi seperti Jongseong bisa salah dalam mengenali mate nya?
"Ibu, apa yang ibu pikirkan?" Heeseung yang sudah siap berangkat bekerja menghampiri Ibunya yang melamun di teras rumah.
"Tidak ada sayang, apakah kamu akan berangkat?" Ibu Heeseung mengusap lembut kepala anaknya yang sedang bersimpuh didepannya.
"Iya. Doakan Heeseung Ibu agar menang di pelelangan nanti."
"Baiklah, anak Ibu akan selalu dimudahkan jalannya oleh Moon Goddess. Semoga berjalan baik seperti yang sudah ditakdirkan." Terdapat doa tersirat di dalamnya. Di umurnya yang sudah 25 tahun ini Heeseung belum bertemu dengan mate nya.
"Doa Ibu akan terkabul, tenang saja. Aku berangkat ya Bu, Heeseung sayang Ibu." Heeseung berdiri dan mengecup kening Ibunya dengan sayang. Ia berjalan menuju mobilnya dan berangkat begitu saja.
"Heeseung, semoga Moon Goddess benar-benar mengabulkan doa Ibu hari ini."
Berbeda sekali dengan Ibunya yang sangat percaya pada takdir dan Moon Goddess, Heeseung sendiri sedikit ragu.
"Hahh mate mate mate dan mate. Jika benar semua orang sudah ada pasangan sebelum dilahirkan kenapa aku tidak? Bukannya aku iri pada yang lain tapi bisa tidak kasihan sedikit pada Ibuku wahai Moon Goddess yang agung karena berdoa setiap hari agar aku bertemu dengan mate ku. Mate ku bagaimana sih hingga menyembunyikannya dariku terlalu lama, apa dia omega yang, akhhh sialan." Heeseung menoleh ke belakang karena mobilnya ditabrak, heii ini lampu merah ngomong-ngomong.
Saat lampunya hijau, mobil Heeseung menepi dan yang menabraknya juga menepi. Heeseung keluar dan melihat keadaan belakang mobilnya yang ternyata lecet.
Yang menabrak juga ikut keluar dan berdiri disamping Heeseung. "Ini kartu nama saya, hubungi saya nanti karena saya terburu-buru." Ia berlalu begitu saja dengan terburu-buru masuk kembali ke dalam mobilnya untuk pergi ke suatu tempat.
"Jay Park." Heeseung membacanya sekilas kemudian memasukkannya ke kantong jas nya. "Dasar tidak punya sopan santun!" Ia kembali melanjutkan perjalanannya yang ada sedikit gangguan.
Mood Heeseung sekarang benar-benar hancur, percuma pagi indahnya dengan sang Ibu jika dihancurkan begitu saja oleh si Jay Park ini.
"Sekilas, feromonnya sangat familiar. Apa aku pernah bertemu dengannya?" Heeseung mencoba mengingat-ingat kembali, tetapi kan feromon orang lain juga dapat ia rasakan saat di tempat umum.
"Mungkin di suatu tempat." Heeseung menggendikkan bahunya dan mempercepat laju kendaraan yang dinaikinya.
Sesampainya disana, Heeseung terburu-buru masuk. Baru saja ingin masuk ke ruangan, ia dihentikan oleh penjaga. "Mohon maaf, hanya tamu undangan yang diperbolehkan masuk." Penjaganya melarang Heeseung masuk ke dalam.
'Kenapa semua orang menyebalkan sekali hari ini?' Inner Heeseung, ia mengeluarkan undangan yang ada pada tas jinjing yang dibawanya.
"Maaf Tuan muda, saya tidak mengenali anda. Tuan Lee menunggu anda di dalam." Penjaganya menunduk sopan pada Heeseung, bisa mampus dia dipecat nanti karena gak mengenali anak dari tuannya sendiri.
"Siap-siap potong gaji nanti." Heeseung masuk dengan kesal. Dan apa ini, bukankah ayahnya di Jepang? Kenapa baru sampai langsung ke sini bukannya pulang dulu? Bukan rahasia lagi jika ayahnya memang workaholic.
"Ouhh astaga." Heeseung sontak menutup hidungnya karena mencium berbagai aroma alpha disini. Aroma mereka bercampur yang membuat Heeseung mual karenanya.
"Dimana orang tua itu hmm." Heeseung mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan yang cukup lebar ini. Dibantu juga dengan Indra penciumannya untuk mencari feromon ayahnya.
"Little Brat." Heeseung terkejut tentu saja karena pundaknya ditepuk dan dipanggil.
"Nah ini nih Tuan Lee, kemana aja? Jadi Bang Toyib kasihan Ibu gw nunggu suaminya pulang,"
Tuan Lee membekap bibir Heeseung agar diam. Ini ramai orang dan pasti ada yang mendengar mereka. "Heeseung, dasar anak nakal." Mereka berdua berjalan berdampingan untuk duduk di tempat yang disediakan.
"Ibu pasti akan senang jika melihat suaminya pulang nanti, ewww aku tidak mengerti kenapa kalian masih uwu-uwu saja meskipun sudah 30 tahun bersama."
"Bisa diam tidak? Kenapa anak ayah cerewet sekali sekarang hmm? Karena kamu belum bertemu mate mu. Ayah akan menertawakan mu jika kamu jadi budak cinta nya nanti lihat saja."
"Jangan terlalu berharap Ayah, dia yang akan menjadi budakku. Lihat sendiri anakmu ini setampan apa, omega saja akan pingsan melihatku."
"Mereka semua pingsan maka dari itu tidak ada yang mau jadi mate mu."
"Permisi." Sebelum perdebatan mereka menjadi lebih besar, ada seseorang yang duduk pada kursi lainnya karena meja ini berbentuk bundar dengan 3 kursi.
"Ohh Jay ya?"
"Iya paman. Ayah sedang berhalangan hadir jadi saya yang mewakilinya."
"Lu yang nabrak gw tadi kan?"
.
.
.
.
.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [JaySeung]
Fiksi PenggemarApakah takdir akan mempermainkan keduanya? Atau Mereka yang bermain dengan takdir(?) bxb Jayseung Slow burn with lil angst Alpha x Alpha Omegaverse Warn : I know this is a omegaverse but I can't write something vulgar. And yeah this is slow burn st...