9

1.7K 151 12
                                    

Heeseung mendudukkan dirinya di balkon tempat ruang kerja ayahnya. Dengan secangkir teh hangat, Heeseung memulai sesi penyesalannya.

Yang pertama, ia mating dengan sesama alpha dan dia yang menjadi bottom. Harga dirinya sebagai alpha jauh sekali merosot begitu saja di hadapan Jay. Heeseung jadi ragu, apa benar dia ini alpha? Ia tidak pernah tunduk pada siapapun bahkan ayahnya, bagaimana bisa dia dengan mudah dikendalikan oleh Jay?

Yang kedua, mereka mating 2 kali dengan kemauan Heeseung. Bagaimana bisa Heeseung menjadi menyedihkan seperti ini? Banyak sekali omega di luar sana yang menginginkannya sebagai partner mating dan dia malah mating dengan alpha lain.

Yang ketiga, Heeseung mulai merasakan ketergantungan pada Jay. Akan kehadirannya, feromonnya dan juga perhatiannya. Tidak bohong jika Heeseung bisa dikatakan mulai ingin memiliki Jay sepenuhnya sebagai miliknya.

Yang keempat, Jay bilang jika dia sedang proses memiliki mate, kenapa ia melakukannya dengan Heeseung? Apakah semurah itu dirinya menurut Jay? Atau Jay ini memang alpha brengsek yang akan mating dengan siapa saja yang bersamanya?

"Menyedihkan, aku terlalu larut dalam kata-katanya yang semanis madu dan beracun disaat bersamaan."

"Persetan dengan keadaan." Heeseung menenggak habis teh nya dan kembali ke dapur untuk memakan sesuatu. Ini sudah agak siang dan Jay masih tidur.

"Ohh kamu sudah bangun." Heeseung melihat Jay yang sudah ada di dapur dengan beberapa peralatannya. Ia sendiri mencuci gelas dan mengintip apa yang dimasak Jay.

"Kamu bisa memasak?"

"Setidaknya jika kamu tinggal sendirian selama 13 tahun, basic skill. Kemana saja kamu Heeseung? Aku mencari mu dari tadi."

"Aku? Di balkon ruang kerja ayah." Heeseung mengeringkan tangannya dan berdiri disamping Jay untuk melihat caranya memasak. Hebat sekali menurutnya, jarang-jarang ada alpha bisa memasak.

"Nanti malam kita akan pergi ke sana untuk melihat tempatnya. Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya kemarin sebelum menginap disini."

"Berkasnya tidak terlalu banyak hingga mampu membuatmu sakit Jay."

"Aku juga punya perusahaan yang harus aku urus. Dan ya karena aku sangat merindukanmu jadi aku putuskan untuk menyelesaikannya semalaman kemudian bertemu dengan mu."

"Merindukan ku? Yang benar saja, mulai bibirnya. Diamlah!" Ingin sekali Heeseung memukul bibir Jay agar dia diam dan tidak menggodanya.

"Kamu tentu bisa membuatku diam Hee, silahkan saja."

Heeseung yang mengerti apa maksud Jay pun mengambil centong sayur.

"Nih cium ini saja!" Heeseung mengarahkannya tepat di bibir Jay dan memukulnya pelan.

"Setidaknya jika tidak mau ya tinggal bilang." Jay menarik centong sayur dari tangan Heeseung dan meletakkannya asal pada konter dapur.

'Lah feromonnya jadi aneh. Perasaan tadi manis-manis saja seperti biasanya, kenapa jadi sedikit mencekik.' Heeseung seperti pernah merasakan feromon ini, ini Jay sedang kesal padanya kan maka dari itu feromonnya ikut berubah.

"Maaf." Heeseung mengecup singkat pipi Jay dan beralih memeluknya erat dari belakang. Setidaknya ini yang ia lakukan dulu untuk menenangkan temannya yang sedang kesal.

"Hmm." Hanya deheman sebagai jawaban, Jay kembali melanjutkan acara memasaknya dengan ditempeli Heeseung seperti ini.

"Sudah siap, lepaskan aku." Jay mengecup kening Heeseung secepat kilat dan melepaskan diri dari Heeseung.

"Banyak kalori disini karena aku akan sibuk nanti mungkin tidak sempat makan malam. Kita akan berangkat pukul 8 malam." Jay menata makanan mereka di meja sementara Heeseung sudah duduk manis menunggu.

Fate [JaySeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang