"Ohh siapa yang kamu bawa Hee? Astaga, kamu tampan sekali. Apakah dia mate mu sayang?"
"Ibuuuuu, dia ini anak dari teman ayah, dia juga bukan mate ku. Maaf Ibu, doa Ibu tidak terdengar oleh Moon Goddess lagi hari ini. PULANG SANA!" Heeseung menghentakkan kakinya untuk berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Jay yang ada di ruang tamu bersama ayah dan ibunya.
"Terimakasih sudah mengantarkan Heeseung pulang, ingin mampir minum kopi?"
"Boleh paman."
Ayah Heeseung pergi ke dapur untuk menyiapkan kopi untuk mereka berdua.
"Kamu sudah besar ya nak, dulu kamu kecil sekali bahkan lebih kecil dari Heeseung. Sekarang sudah sama-sama tinggi."
Jay sebenarnya tidak tau harus bereaksi seperti apa, pernahkah ia bertemu dengan Ibu Heeseung sebelumnya? Jika ayahnya mereka sering bertemu karena urusan bisnis.
"Heii, kamu tidak bisa berbohong padaku. Mereka berdua yang alpha saja tidak tau kamu sebenarnya siapa, meskipun aku Beta tapi aku ini mempunyai firasat yang kuat. Ya kan Jongseong?"
•••••••••••••••
"Mau kemana anak nakal?" Tanya ayah Heeseung disaat melihat anaknya keluar dengan pakaian santai, tumben sekali biasanya manusia ini tidak akan pergi kemanapun jam segini.
"Berkencan dengan mate ku."
"Ohh jadi Jay itu mate mu?"
"Ishh ayah ini ayahnya siapa sih kok menyebalkan? Ibu, suamimu ini kenapa sangat menyebalkan?"
"Sifat menyebalkannya turun padamu juga Heeseung, pergilah dan jangan pulang terlalu larut."
"Pergi sana, jangan ganggu waktuku dengan istriku. Jangan pulang jika bisa, menginap saja di apartemen Jay."
"Dasar ayah tidak tau diri."
"Kamu juga anak tidak tau diri."
Tenang saja, perdebatan seperti ini sangat lumrah terjadi di rumah ini. Terlebih lagi sifat Heeseung yang memang copy an dari ayahnya, hanya wajah cantik saja yang ia warisi dari Ibunya.
"Apakah Heeseung sadar dengan apa yang ia katakan tadi? Sepertinya memang benar mereka berkencan." Ibu Heeseung memeluk suaminya dengan senyum yang mengembang.
"Anak kita masih alpha sayang, bukannya omega."
Banyak sekali keraguan yang terlintas, Ibu Heeseung sendiri tidak tau apakah mereka mate atau bukan. Tapi firasatnya mengatakan demikian, semoga takdir memang mendukung mereka untuk bersatu, begitu doanya.
Heeseung keluar rumah dan ternyata sudah ada mobil Jay yang menunggunya. Mereka berdua akan pergi jalan-jalan sebentar malam ini untuk lebih dekat satu sama lain. Bukan untuk hal lain tapi hanya untuk mendapatkan kepercayaan masing-masing.
Mereka saja baru bertemu hari ini dan sudah jadi rekan bisnis. Meskipun demikian, Heeseung merasa Jay ini orang baik apalagi ayahnya juga bilang begitu.
"Kita akan pergi ke arcade." Ucap Jay singkat, ia menyalakan mobilnya untuk bersiap pergi. "Pakai seat belt nya."
"Ohh aku lupa." Heeseung memakainya dan memberi isyarat jika sudah agar Jay bisa menjalankan mobilnya.
"Ganti mobil?"
"Iya, mobilnya sedang di reparasi."
Heeseung hanya melamun melihat pemandangan yang terlihat di jendela sambil berpikir.
'Padahal hanya lecet aja, mobil gw sih udah gak peduli lagi gw. Itu urusan Tuan Lee.'
'Mobil aja dijaga banget, apalagi mate nya. Jadi pengen punya mate kayak dia.'
"Ehh? Maksudnya kayak dia gitu gw nya nanti."
"Ada apa Hee?" Jay bertanya pada Heeseung karena sejak tadi diam dan kalimat itu muncul tanpa ada pertanyaan darinya.
"Lu cakep kalau pake hoodie sama celana pendek gini, apalagi rambut lu berantakan gini. Beda banget sama yang tadi. Pasti mate lu suka, tunjukin dong ke dia."
"Sudah, dia bilang jika aku cakep seperti ini."
"Bener sih gak seberapa mengintimidasi, seperti sangat nyaman untuk dipeluk."
"Hmm? Ingin memelukku?"
"Tidak! Jangan mulai gila!" Heeseung menutup kedua pipinya yang memerah, harusnya ia lebih menjaga mulutnya ini. Salahkan saja ayahnya yang mewariskan mulut yang tidak bisa dikontrol ini.
"Kamu yang menggodaku, kenapa kamu sendiri yang malu?" Jay terkekeh pelan, ia mencari tempat parkir untuk mobilnya sekarang.
"Yang malu siapa? Gak ya, dan gw gak nggoda btw hanya aja to be honest. Disitu aja tuh kosong." Jay mengangguk mengiyakan, setelah memarkirkan mobilnya ia keluar dari mobil dan menunggu Heeseung.
"Eh, aku lupa gak bawa dompet sama ponsel." Heeseung jadi menyesal karena berdebat tadi hingga meletakkan itu semua di meja ruang tamu.
"Tidak masalah." Jay berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke pusat perbelanjaan ini, ke arcade tentunya.
"Bisakah dia menungguku? Dasar," Heeseung menjeda kalimatnya karena Jay berbalik padanya.
"Aku lupa jika sedang bersama seseorang. Ayo Heeseung."
Saat sampai disana, Jay melihat antrian yang lumayan panjang untuk mengisi saldo dari card yang biasanya ia gunakan ke arcade.
"Heeseung, duduk saja dulu. Aku akan mengisi saldo card nya." Jay mendudukkan Heeseung pada kursi dan meninggalkannya.
"Lembut sekali, jadi iri sama mate nya. Beruntung sekali dapat alpha kayak Jay. Gw harus tiru sih biar mate gw juga cinta mati sama gw."
Setelah menunggu Jay agak lama, mereka bermain game di arcade yang menghabiskan waktu 3 jam lamanya. Tenang saja karena mereka sama-sama alpha jadi tenaga mereka hampir unlimited.
Keduanya mampir ke toko es krim untuk beristirahat setelah itu pulang.
"Bisakah aku menginap?"
Jay yang sedang minum latte nya tersedak begitu saja. "Menginap?"
"Ya daripada aku tidak bisa tidur dirumah karena ya, tau kan ayah dan ibu ku..." Heeseung bingung melanjutkannya atau tidak tapi sepertinya Jay juga paham apa yang ia maksud.
"Bisa sih, silahkan saja. Apartemen ku juga ada satu kamar kosong."
"Terimakasih." Heeseung bahkan yakin jika dia tidak akan dicari nanti karena kedua orang tuanya akan sibuk dengan urusan pribadi mereka.
'Kuatkan aku Moon Goddess.' Jay menghabiskan latte nya sembari berdoa.
"Makan malam di apartemen mu saja bagaimana? Kita beli pizza."
"Boleh, habiskan dulu es krim mu. Aku akan membeli pizza nya."
"Kenapa tidak menunggu ku dulu?"
"Efisiensi waktu."
"Tapi aku ingin kita membelinya bersama🥺."
"Baiklah, aku akan menunggumu. Jangan terburu-buru." Dibalik wajah datarnya saat ini, percayalah ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perut Jay.
Satu hal yang tidak Heeseung sadari, yaitu ia nyaman bersama Jay. Bagaimana seseorang yang menolak semua orang untuk berteman dengannya tiba-tiba saja dekat dengan orang asing?
Atau Jay memang tidak asing untuk Heeseung?
.
.
.
.
.
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [JaySeung]
Fiksi PenggemarApakah takdir akan mempermainkan keduanya? Atau Mereka yang bermain dengan takdir(?) bxb Jayseung Slow burn with lil angst Alpha x Alpha Omegaverse Warn : I know this is a omegaverse but I can't write something vulgar. And yeah this is slow burn st...