"Sepertinya aku ini bertambah gemuk, iya ya? Aku hanya makan dan tidur, bekerja pun dari rumah." Heeseung melihat dirinya yang telanjang di depan kaca besar ruangan Jay. Dia sekarang sudah pindah ke apartemen Jay sejak kemarin dan besok hari H pernikahan.
"Tapi kenapa twins nya belum kelihatan ya hmm?" Heeseung mengusap lembut perutnya, ini sudah 3 Minggu berjalan tapi kok belum ada tanda-tanda muncul ini si twins.
"Jay, kamu mengacuhkan ku ya?!" Heeseung sedikit meninggikan nadanya karena ia berbicara dari tadi tidak ada respon dari Jay.
"Hah? Apa? Maaf." Jay mematikan serta menutup laptopnya dan mengalihkan seluruh perhatiannya pada Heeseung. Sebentar, sejak kapan Heeseung tidak memakai apa-apa dan kenapa ia tidak menyadarinya?
"Aku tambah gemuk ya?"
"Tidak."
"Kamu buta ya? Timbangan ku saja naik 3 kilo!!"
"Oh berarti ya tambah gemuk."
"Jadi aku gemuk begitu hah?"
'Apa salahku wahai Moon Goddess.' Jay meletakkan laptop pada meja dan berjalan pada Heeseung. Ia memeluknya dari belakang dan mereka berdua menatap kaca.
"Tambah chubby, kamu semakin menggemaskan Heeseung. Twins pasti sangat menggemaskan sepertimu nantinya."
"Tentu saja, jangan sampai mirip dirimu ya. Kamu ini menyebalkan, cerewet, tidak peka."
"Kamu juga menyebalkan Heeseung, kamu sekarang benar-benar berbeda. Dulu kamu,"
Heeseung melepas paksa pelukan Jay dan mengahadapnya sekarang. "Salah siapa aku hamil seperti ini huh? Giliran aku yang berubah kamu marah, kamu gak suka, kamu, kamu udah gak cinta ya sama aku?!" Setelah meledak, Heeseung mengeluarkan air matanya. Ia memeluk Jay lagi sembari menangis.
Mood swing nya benar-benar membuat Jay kasihan pada mate nya ini, apa tidak lelah jika seperti ini terus-menerus?
"Heeseung sayangku, aku bukannya marah atau apa, aku juga mencintai mu seperti dulu dan tidak berubah. Tapi cobalah kendalikan emosimu, aku tidak tega melihatmu dan twins tersiksa begini. Aku tau memang sulit, tapi aku akan membantumu." Jay mengusap punggung Heeseung yang bergetar dengan perlahan.
"Tidur ya? Besok hari penting, aku tidak ingin kamu sakit."
Heeseung mengangguk, ia melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya yang tersisa. Ia berbaring begitu saja kemudian.
"Pakai baju dulu Hee, nanti masuk angin. Setidaknya bawahan, karena aku ingin kamu istirahat bukannya mating. Aku alpha normal Heeseung."
"Malas, aku malas bangun karena sudah berbaring. Aku tidak akan menggoda mu tenang saja Daddy." Heeseung yang berbaring membelakangi Jay tiba-tiba berbalik untuk menatapnya.
"Daddy. Itu sudah menggoda." Jay menekankan kata itu agar Heeseung mengerti.
"Salah siapa tergoda padahal itu hanya panggilan saja. Mana mungkin aku mengajari anakku memanggil mu 'Jay' ohh atau 'Park' saja?" Heeseung menahan tawa setelah mengatakannya.
"Kamu benar-benar menyebalkan Heeseung." Jay akhirnya mengalah dan berbaring disamping Heeseung.
"Park, jangan marah. Aku ini benar-benar tidak ada maksud lain." Heeseung memeluk Jay dan menyandarkan kepalanya pada dada Jay. Ia sangat suka mendengarkan suara jantung Jay yang berisik, apalagi ini ulahnya.
"Kamu juga akan jadi Park dalam beberapa jam ke depan."
"Bukankah kamu yang akan jadi Lee ya?"
"Jangan mulai perdebatan lagiiii. Astaga aku gemas sekali padamu yang cerewet Heeseung." Jay memeluk Heeseung dan mengecupi puncak kepala nya berkali-kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [JaySeung]
Fiksi PenggemarApakah takdir akan mempermainkan keduanya? Atau Mereka yang bermain dengan takdir(?) bxb Jayseung Slow burn with lil angst Alpha x Alpha Omegaverse Warn : I know this is a omegaverse but I can't write something vulgar. And yeah this is slow burn st...