16⚡

2.2K 133 26
                                        

"Hee, aku merindukanmu." Jay mengecupi leher Heeseung beberapa kali dan memberikan tanda kepemilikannya disana.

"Siapa yang menjauhiku tadi ya? Saat Rut saja masih butuh diriku." Heeseung mendorong Jay hingga terjengkang kebelakang. Enak saja cupang-cupang, tadi pas dipeluk aja ditolak.

Heeseung masih sepenuhnya waras sekarang karena Rut nya belum terjadi, terkejut sekali dirinya saat ia sekamar dengan Jay. Ia melihat Jay yang hanya tiduran tadi dan berakhir cuddle karena alpha itu merengek seperti anak-anak.

"Sepertinya kita sekamar itu kamu yang mengatur, karena kamu tau jika acara ini tepat saat kita berdua Rut."

"Kalau iya?" Jay kembali memeluk Heeseung dengan menindihnya. Ia meletakkan kepalanya pada dada Heeseung dan berbaring menyamankan diri dalam pelukan hangat ini.

"Brengsek sekali, tapi aku suka." Heeseung menutupi tubuh keduanya yang sudah tidak memakai apapun dengan selimut. Maklum panas karena Rut, sekalian tadi di unboxing sama Jay.

"Sebenarnya aku tidak melakukan apapun, mana mungkin aku memesan kamar dengan double bed." Yang Jay katakan benar juga sih, lebih enak yang single bed. Tapi kalau yang double bed kecil gini lebih syahdu sih kalau kata Jay.

"Ayo mating sekarang."

"Tidak mau, kamu belum sepenuhnya Rut dan aku juga belum."

"Memangnya kenapa sih Hee? Sekarang saja, Jay kecil sangat tidak sabar ini."

"Biarkan aku membersihkan diri dulu kalau begitu. Bangun tidak?"

"Aku akan membantumu."

"Menyingkir atau tidak jadi mating."

"Kita akan mating pada akhirnya."

"Bangun ihh." Heeseung mendorong Jay, dan dirinya pergi ke kamar mandi. "Jangan masuk kesini jika tidak ingin Jay kecil ku potong!"

Karena takut akan ancaman Heeseung, Jay yang akan bangkit dari duduknya mengurungkan niat. Nanti kalau dipotong terus ganti posisi gitu? Gak mau ya.

Jay menunggu seperti anak guguk yang baik, ia hanya berguling-guling diatas kasur untuk menunggu waktu berlalu.

"Lama sekali Heeseung🥺." Jay ingin sekali ke kamar mandi, tapi masa depannya dipertaruhkan. Ia akhirnya hanya duduk bersila di depan pintu menunggu Heeseung.

"ASTAGA!" Heeseung yang baru membuka pintu sangat terkejut karena melihat Jay yang duduk.

"Aku merindukanmu Heeseung, kenapa lama sekali?" Jay memeluk kaki Heeseung sembari merengek.

"Jay, aku tidak punya lube." Heeseung berjalan dengan Jay yang masih memeluk kakinya seperti tanpa beban sama sekali.

"Aku juga tidak punya pengaman."

"Bukankah kita pernah melakukannya tanpa pengaman dan lube?" Heeseung duduk di tepi kasur dengan Jay yang masih memeluk kakinya.

"Pernah, yang setelah aku sakit." Jay mendongak dan mengarahkan tangan Heeseung untuk mengusap kepalanya.

"Sepertinya tidak akan masalah kalau begitu, tapi jangan kasar padaku ya?"

Jay mengangguk patuh, sementara Heeseung memindahkan tangannya untuk menangkup dagu Jay. "Berdiri Park."

Jay menuruti perkataan Heeseung, sekarang bisa dilihat jika mata Jay seperti sudah disihir oleh Heeseung. Ia berdiri kemudian duduk dipangkuan Heeseung.

"Kenapa matamu sangat indah? Kenapa aku tidak punya?" Heeseung menyadari bahwa ia tidak bisa mengubah warna iris nya seperti Jay saat Rut.

"Alpha yang mendominasi alpha dominan lainnya tentu sangat istimewa. Tapi kamu lebih istimewa untukku,"

Fate [JaySeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang