3

2K 211 17
                                    

"Bukankah saya sudah,"

"Bukan itu, lu belum minta maaf ke gw."

"Maaf,"

Heeseung lagi-lagi seperti merasa Deja Vu, ia hanya mengangguk singkat sebagai jawaban dan meminum jus yang ada dimeja dengan gugup.

"Anda bisa menghubungi saya terkait pengeluaran untuk perbaikan mobilnya." Lanjut Jay ramah.

"Kalian seumuran, jangan terlalu formal Jay. Cobalah berteman, kalian bahkan sama-sama tidak peduli dengan sekitar sehingga tak punya teman." Sebelum Heeseung protes dengan pernyataan Ayahnya, acaranya dimulai. Sepertinya mereka harus melanjutkan perdebatan tak penting ini dirumah.

"Selamat datang para tamu undangan yang berbahagia, pelelangan hari ini akan dimulai."

Rangkaian acara dilaksanakan sesuai dengan rundown yang telah dibuat, Heeseung sama sekali tidak peduli dengan pembukaan dan apapun itu. Ia hanya ingin membeli tanah yang menjadi satu-satunya alasan kenapa Heeseung kesini.

"Baiklah selanjutnya yaitu pelelangan untuk tanah seluas 5 hektar yang berada di daerah xx."

Ini yang Heeseung tunggu, ia mengangkat papan kecil yang sudah disediakan. "3 miliar." Ucapnya tanpa ragu.

"3 miliar. Apakah ada penawaran yang lebih tinggi?"

"3,5 miliar." Diluar dugaan, Jay juga ikut mengangkat papan kecil ini dan mulai menawar.

Heeseung menatap Jay dengan tatapan bertanya. Astaga kenapa dia sangat menyebalkan, bisa tidak? Tidak usah ikut campur.

"3,9 miliar." Heeseung memberikan penawaran yang lebih tinggi, semoga saja Jay mengalah padanya.

"5 miliar." Jay tersenyum miring pada Heeseung. Jay sangat yakin jika Heeseung tidak akan berani menawar dengan harga yang lebih tinggi dari ini. Tanah ini pun tidak layak untuk harga semahal itu.

Heeseung bungkam, ia menurunkan papanya dengan wajah kesal. Dia memang bertujuan memenangkan pelelangan untuk tanah ini tapi dia masih waras. Siapa yang akan menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk tanah 5 hektar? Hanya orang gila dan itu Jay.

"Baiklah, tanah di daerah xx telah terjual."

Jay maju ke depan untuk menyelesaikan administrasinya. Hanya sebentar karena memang sistemnya mudah dan cepat.

"Ayah mau kemana?" Heeseung melihat ayahnya yang bersiap untuk pergi karena membereskan berkas-berkasnya.

"Ayah ada sedikit urusan di gudang. Pinjam mobil ya Hee. Kamu bisa pulang dengan Jay." Tanpa menunggu jawaban Heeseung, ayahnya pergi begitu saja dengan kunci mobilnya.

'Sialan, kenapa hari ini sangat sial untukku.' Heeseung menghela nafas panjang. Ia menatap Jay yang tiba-tiba duduk disampingnya.

"Apa?!" Tanya Heeseung ketus, ia memalingkan wajahnya kembali menghadap depan.

"Ingin pulang sekarang? Sepertinya kamu tidak punya alasan lagi disini."

"Alasan gw satu-satunya udah lu beli!"

Jay terkekeh kecil melihat Heeseung yang kesal padanya. Tapi percayalah dia punya alasan yang kuat untuk membelinya.

"Ingin membuat kesepakatan? Mungkin saja saya akan memberikan tanah itu padamu."

"Huh?" Heeseung kembali menghadap Jay dengan tatapan bertanya.

"Mari kita bicarakan di tempat lain." Jay berdiri dari duduknya yang membuat Heeseung dengan terburu-buru menyusulnya.

Fate [JaySeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang