"Jika sudah seperti ini, maka kita tidak bisa memisahkan mereka berdua. Aku tidak menyangka jika akan seperti ini Tuan Lee. Dan ya cucu kita dipastikan alpha dominan karena orang tuanya sama-sama alpha apalagi laki-laki. Dia akan sangat kuat nantinya karena menjadi pewaris 2 perusahaan besar." Jelas Tuan Park panjang lebar.
"Dan Kita bisa menikahkan mereka sesuai dengan acara pernikahan Jay, aku akan berbicara pada calon Jay nantinya." Lanjut tuan Park.
Mereka memutuskan untuk makan malam bersama di rumah kediaman keluarga Lee. Sebenarnya bisa besok saja tapi Tuan Lee dan Tuan Park begitu bahagia dan bersemangat karena mereka bahkan punya dua cucu sekaligus.
Ini mereka udah berunding, yang pegang perusahaan ini siapa yang itu siapa. Untung saja Nyonya Lee menyudahinya dengan menyajikan makanan. "Makan dulu bapak-bapak, atau Kakek-kakek? Hahahaha."
Jay dan Heeseung masih dalam perjalanan pulang setelah infusnya habis. Ini Heeseung minta mampir dulu ke minimarket untuk beli marshmallow, Pengen aja katanya.
"Apa hah?!" Heeseung masuk mobil dengan satu kresek besar penuh dengan berbagai macam marshmallow sembari ditatap heran oleh Jay.
"Kamu tidak suka makanan yang terlalu manis kan?" Jay membantu Heeseung untuk meletakkannya di jok belakang, Jay tadi juga sempat pulang untuk mengambil beberapa pakaiannya juga karena ingin menginap.
"Yang pengen twins." Jawab Heeseung singkat, ia ini hanya mengikuti keinginan twins saja.
Heeseung mengambil satu bungkus dan membukanya, ia bingung kenapa Jay tidak berjalan. "Ayo!"
"Seat belt mu sayangku." Akhirnya Jay yang memasangkan seat belt pada milik Heeseung. Ia menggigit marshmallow yang ada di bibir Heeseung kemudian memakannya, tak hanya itu ia juga mencuri satu kecupan pada bibir Heeseung karena terlalu gemas.
"Ayo pulang." Jay melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia harus menyetir dengan baik dan benar sekarang.
Dan ya mereka sampai dengan selamat dan aman. Heeseung mengambil kresek besar nya dan masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Jay.
"Sabar Jay." Mungkin kali ini akan sulit untuk mendapatkan cinta Heeseung lagi, tapi setidaknya ada twins yang akan membantunya sekarang.
Jay masuk ke dalam rumah Heeseung dan menuju dapur. Tiba-tiba saja Heeseung memeluknya erat. "Jay, bau ayah membuatku mual." Heeseung sebanyak mungkin menghirup feromon Jay.
"Mirip sekali dengan Ibumu, dulu waktu mengandung juga tidak suka dengan aroma ayah. Sebentar kalau begitu, ayah akan mandi dulu." Ayah Heeseung pergi begitu saja dengan terburu-buru agar tidak membuat Heeseung semakin mual.
"Ayo makan yang banyak sayang, jaga kesehatan sekarang karena kamu membawa 3 nyawa." Sang Ibu menarik Heeseung yang membuat pelukannya pada Jay terlepas.
Heeseung sih hanya menurut, memang benar juga perkataan Ibunya.
"Kamu membeli marshmallow sebanyak ini untuk apa sayang?" Ibu Heeseung melihat kresek yang dibawa anaknya ini diletakkan begitu saja di meja makan.
"Twins yang pengen. Heeseung gak bisa nolak. Salah Jay tuh soalnya gak ngelarang." Jay sabar dan tabah. Mungkin ini karma baginya.
"Ohh, pakaian dan capture dari USG nya ada di mobil. Sebentar." Jay pun kembali lagi untuk mengambil ransel yang berisi pakaian serta foto USG dari dokter tadi.
Ia menunjukkan fotonya pada para orang tua dengan bangga. Benihnya berhasil nih, apalagi dua langsung. Bayangkan jika yang jadi hanya satu, itu Kakek-kakek pasti pada rebutan.
Jay sedikit lega juga saat Heeseung menarik keputusannya untuk menggugurkan kandungannya tadi karena melihat langsung twins yang berada pada dirinya. Di sisi lain Jay juga tau seberapa besar Heeseung menekan rasa malu dan juga egonya.
"Makan, jangan pingsan saat kamu menjelaskannya padaku nanti."
Jay yang sedang berdiri pun akhirnya duduk disamping Heeseung. Paham sekali jika Heeseung ingin ditemani. "Bisa suapi aku Hee?" Pintanya sambil tersenyum manis.
"Manja, makan sendiri sana."
Jay mengangguk singkat dan mengambil piring untuknya makan juga. "Kasihan Ibu cuci piring banyak-banyak, ini nih makan." Heeseung pun menyuapi Jay pada akhirnya.
Ayah Heeseung kembali tanpa memakai parfumnya. Beliau ini seharusnya tak perlu memakainya, tetapi karena istrinya ini beta dan tidak bisa mencium feromonnya jadi ia memutuskan untuk memakai parfum. Bucin sekali kan?
"Untuk kedua kalinya dalam hidup aku tidak akan pakai parfum itu lagi untuk 9 bulan lamanya." Ucapnya sambil terkekeh. "Besok kita akan beli parfum baru saja ya sayang? Yang tidak mual untuk Heeseung agar kamu bisa mencium sesuatu dariku." Ayah Heeseung memeluk istrinya mesra.
"Aku jadi rindu pada Ibu Jay. Melihat kalian bahagia seperti ini membuatku sedikit iri." Ayah Jay tersenyum melihat kebahagiaan yang ada dihadapannya, terutama Jay, ia terlalu sibuk untuk bekerja dan membiarkan Jay hidup mandiri sejak kecil.
Ibu Jay sudah tenang disana, beliau beristirahat dengan tenang setelah berjuang untuk melahirkan Jay ke dunia. Semoga saja nasibnya tidak turun kepada anaknya, melihat Jay yang bahagia begini, beliau tidak bisa membayangkan betapa terlukanya Jay jika kehilangan Heeseung karena melahirkan nantinya.
"Makanya Pak tua, jangan terlalu sibuk. Kita bisa jalan-jalan bertiga, aku tidak akan menghiraukan mu Tuan Park tenang saja. Bagaimana jika besok kita memancing?" Ajak Tuan Lee dengan riang.
"Boleh, Minggu depan kita juga bisa main golf." Sahut Tuan Park dengan bersemangat. Mereka bertiga akhirnya pindah ke ruang tamu sekaligus memberikan waktu pada Jay dan Heeseung untuk berbincang.
"Tidak ingin jalan-jalan juga seperti mereka?" Tanya Jay dikala para orang tua sedang membicarakan agenda mereka.
"Tidak, aku mudah lelah sekarang. Kata Kak Hoyoung jika tidak penting tidak usah."
"Hoyoung? Siapa dia?" Tanya Jay menyelidik.
"Dokter Hoyoung. Dokter kandungan tadi, namanya Hoyoung. Jangan cemburu karena dia sudah menikah dan punya 3 anak."
"Aku hanya bertanya bukannya cemburu." Padahal sudah terlihat jelas jika raut wajah Jay ini tidak suka, masih saja mengelak. Heeseung ini tau benar apa yang disembunyikan Jay, hanya saja dia diam dan berpura-pura tidak tahu. Ia hanya menunggu untuk Jay mengatakannya langsung, seperti klarifikasi yang akan terjadi di chap selanjutnya.
"Tidak cemburu tapi feromonnya berubah. Kendalikan feromon mu jika ingin berbohong padaku."
"Makanya aku mau cium dulu agar feromon ku baikan."
"Ngomong-ngomong soal cium. Kata Kak Hoyoung, mating hanya boleh sehari sekali dan tidak boleh kasar."
"Apa? Hanya sekali? Mana cukup."
"Urusanmu sih, kalau masih kurang ya,"
"Blow for me then."
"Malas, kamu masih punya tangan. Solo saja. Kamu masih ada fase Rut juga kan? Sepertinya aku tidak Rut saat mengandung. Aku akan mengunci mu di gudang jika Rut agar tidak bisa mating denganku."
"Cari omega lah."
"KAMU MAU CARI OMEGA YA? BAGUS." Heeseung mencubit perut Jay kesal.
"Aduh sayang, ampun, sakit." Jay mencoba menghentikan tangan Heeseung yang terus saja bergantian mencubitnya.
"Eh mau ganti nama panggilan, jangan sayang dong. Sama kayak Ibu dong manggil aku sayang." Heeseung menghentikan serangannya pada Jay. "Apa ya?"
"Soalnya kamu sayang-able, gimana dong Hee? Nanti aja deh mikirnya, makan dulu, sini gantian aku yang suapin." Jay kira akan sulit untuk mendekati Heeseung lagi, ternyata tidak sesulit itu.
.
.
.
.
.
To be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/329211200-288-k197273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [JaySeung]
FanfictionApakah takdir akan mempermainkan keduanya? Atau Mereka yang bermain dengan takdir(?) bxb Jayseung Slow burn with lil angst Alpha x Alpha Omegaverse Warn : I know this is a omegaverse but I can't write something vulgar. And yeah this is slow burn st...