7

2.1K 179 11
                                    

"Ha? Lu kenapa kesini?" Heeseung mengusap matanya karena baru terbangun, ada yang bertamu di pagi-pagi buta seperti ini siapa sih.

"Masuk." Heeseung mempersilakan tamunya masuk ke rumah. Ini baru pukul 6 pagi ngomong-ngomong, Ibunya bahkan masih tidur.

Mereka berdua berjalan berdampingan dengan keadaan sama-sama mengantuk. "Ingin tidur, aku mengantuk." Bisa dilihat langsung mata Jay yang hampir tertutup, untung saja dirinya bisa menyetir hingga kesini.

"Ya pulanglah, kenapa malah kemari?" Heeseung sih begitu ya bilangnya, tetapi ia malah membukakan pintu kamarnya untuk Jay agar bisa beristirahat.

Jay yang menemukan kasur empuk pun langsung saja merebahkan dirinya disana, tanpa peduli jas dan juga sepatunya.

"Haishhh." Heeseung melepaskan sepatu Jay dan melepaskan jas nya juga yang menyisakan kemeja putih. Ia mendorong Jay agar tidur dengan posisi yang baik karena tengkurap tadi.

Setelah itu, Heeseung sendiri kembali tidur. Ia malas sekali bangun karena tidak bisa tidur kemarin karena memikirkan apa dirinya ini masih waras atau tidak karena mating dengan sesama alpha.

"Tidur bodoh, jangan memelukku begini aku tidak bisa bergerak." Heeseung mencubit lengan Jay yang memeluknya, enak saja peluk-peluk.

Jay yang terkejut karena cubitan Heeseung pun melepaskan pelukannya dan kembali tidur terlentang. Matanya sudah tidak kuat lagi menahan kantuk dan akhirnya terlelap.

"Seperti bocah." Heeseung menutupi tubuh Jay dengan selimut yang sama dengannya kemudian benar-benar tidur.

Mereka tidur dengan tenang, akhirnya.

"Dikunci? Tumben sekali. HEESEUNG BANGUN SAYANG."

Tidak ada jawaban dari dalam dan Ibu Heeseung mengurungkan niatnya untuk membangunkan anaknya. Mungkin kelelahan kemarin karena mengurus hal untuk tanah yang akan dibangun. Padahal sih lelah karena hal lain.

"Alpha, Heeseung masih tidur." Ibu Heeseung kembali ke bawah di tempat suaminya menunggu dengan 2 koper lumayan besar.

"Dasar anak pemalas, itu yang jadi penerusku nanti? Biarkan dia tidur, mungkin lelah. Kita berangkat saja sayang."

Dengan ragu Ibu Heeseung mengangguk, masih khawatir akan meninggalkan putranya untuk ke Jepang selama 1 minggu.

"Tenang saja, dia bukan anak kecil lagi sayang. Dan setelah kita sampai disana bisa juga kan video call dengannya."

"Iya alpha, ayo pergi."

•••••••••••••••

Heeseung merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pipinya. Ia membuka mata perlahan dan mendapati Jay yang tertidur memeluknya. "Hmm?"

Heeseung melihat ternyata kening Jay yang menempel pada pipinya. Ia menempelkan jarinya untuk mengecek suhu badan Jay. Dan benar saja, orang ini demam.

"Jay, bangun Jay." Jay menggeleng kecil, ia tak sanggup bangun karena pusing.

"Lu sakit dan sekarang di kamar gw. Setidaknya lepaskan gw dulu buat ngambil obat."

"Aku tidak butuh obat, sebentar lagi juga sembuh."

Heeseung yang kesal pun mendorong paksa tubuh Jay agar melepaskannya, cukup mudah karena Jay nya juga lemas. Ia bangun begitu saja membersihkan dirinya dulu.

"Kenapa bisa sakit?" Tanya Heeseung sembari berjalan keluar dari kamar mandi. Ia mengambil plester penurun panas miliknya di laci meja rias.

"I don't know."

Fate [JaySeung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang