Sepatu jenjang milik Bian

2.4K 137 6
                                    

"bubu lihat sepatu milik ku tidak? di rak sepatu tidak ada"

"coba kau cari dulu, awas saja ketemu kalau bubu yang cari ya sabian"

bian hanya mendengus "bubu tidak mau membantu ku?" tantra hanya terkekeh "bubu siapkan sarapan untuk bang meru dan juga papa, nanti bubu menyusul mu sayang" diusaknya rambut legam hitam mirip putra bungsu nya itu.

bian menatap bubu nya lalu segera menuju ke lantai atas untuk mencari kembali sepatu nya.

bian menggerutu, sudah 30 menit tapi sepatu kesayangan nya tak kunjung ketemu. sepatu kesayangan nya, hasil dari jerih payah nya waktu itu.

"ayo lah, dimana sepatu itu? giliran gua butuh malah hilang"

"nak? sudah ketemu belum?" tanya bubu tiba-tiba yang dijawab gelengan pelan oleh si bungsu "sudah cari dimana saja?"

"di rak sepatu ku, rak bang meru, papah terus rak besar di depan terakhir di gudang"

"begitu yah? inget terakhir kali kamu letakkan dimana? mungkin kamu lupa, bian" sabian menggeleng keras "tidak buu, aku yakin disini"

tantra menghela nafas nya pelan "baiklah, jika tidak ketemu bagaimana kalau beli baru? maksud bubu— sama seperti sepatu lama mu itu"

"ayolah bubu~ cari dulu~" rajuk nya

________

"meru tidak sarapan dulu?" tanya bubu melihat si sulung yang terburu-buru menuruni tangga.

"aku sarapan di kantor bu, aku lupa kalau papa menyuruh ku menggantikan rapat kali ini" seru nya sembari tertawa canggung menatap jeffry yang sedang menatapnya juga.

"kau ini, ya sudah. bubu siapkan bekal nya sebentar"

meru yang tadi nya dipertengahan anak tangga, kini turun menyusul sang papa di meja makan. dengan gaya cengengesan tak berdosa menatap sang papa yang seakan-akan mau memakan nya sekarang juga.

"sudah kau siapkan apa saja yang akan kau bahas nanti, meru?" tanya jeffry yang mendapat anggukan mantap dari putra sulung nya.

"sabian tidak mau sarapan dulu?" yang terpanggil menoleh sebentar, lalu melanjutkan jalan nya.

"heh bocah, papa tanya sama lo"

"sabian sudah bilang ke bubu kalau mau dibawakan bekal tadi, sudah sudah masih pagi jangan teriak-teriak. dan ini bekal untuk mu meru, sabian bekal nya sudah bubu letakkan dimeja belajar mu. tidak kah kau lupa membawa nya, sayang?"

ungkap tantra dari arah dapur karena mendengar suara keras dari meru berseru mengenai sang adik "aku tidak lupa bubu, terima kasih. aku berangkat"

"anak itu astaga" terlihat jeffry menghela nafas, diusapnya lengan sang suami "dia sedang terburu-buru jeff, dia ada urusan penting untuk mewakili olimpiade katanya"

"sejak kapan dia ikut hal-hal seperti itu?" tanya meru penasaran.

"semenjak sepatu kesayangan nya kalian hilangkan"

meru yang tahu arah pembicaraan ini akan panjang, langsung berdiri berpamitan "astaga, keasikkan mengobrol aku jadi telat. aku berangkat dan terima kasih bekal nya, bubu"

"yaa! hati-hati sayang!"

sepeninggalan kedua putra nya, kedua orang tua itupun melanjutkan sesi sarapan nya dengan tenang. tantra yang tak terbiasa berbicara saat makan, kini tiba-tiba sering berceloteh apapun bahkan hal yang tak terpenting pun— menurut jeffrey. seperti sekarang ini.

"ngomong-ngomong aku tidak tahu, kalau kejadian beberapa tahun lalu membuat bian sedikit menjaga jarak dengan kita. apalagi kau dan meru, apa kau tidak merasa sayang?"

Sayap yang hilang|| SabianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang