Teka teki

1.4K 130 5
                                    

hari telah berganti, sabian jalankan aktivitas kuliah seperti biasanya. hanya saja perubahan jadwal yang dulu berantakan kini tertata rapi oleh dirga. ditga mengatur semua jadwal keseharian sabian, entah perkara makan, belajar, main atau bahkan pergi ke perusahaan papa nya, semua di atur oleh dirga.

seperti pagi ini, suara nyaring dirga sudah terdengar segala penjuru rumah. sabian dan jemian bergegas untuk turun, terlihat jastara yang ikut menyusul sembari menepuk pelan bahu kedua remaja itu.

"ini udah siang, kalian ini udah telat. nanti kebut-kebutan buat enda pusing aja pagi-pagi" omel dirga ketika ketiga nya sudah duduk dikursi meja makan. dirga siapkan dengan telaten, mulai dari menyendokkan nasi ke masing-masing piring hingga menawarkan satu persatu lauk pagi ini.

"makan yang banyak, kamu kurusan. jadwal kamu padat banget jadi jangan sampai sakit" sabian mengangguk lalu tersenyum hangat.

ruang makan sabian dulu sedingin lemari pendingin yang jemian beli kemarin, namun sekarang semua nya sirna. matahari yang tuhan kasih berupa keluarga jastara mengubah seluruh hidupnya. ruang makan yang hangat dan penuh canda tawa tiap pagi, siang maupun malam.

pikiran bian menerawang jauh, masalah nya dengan estha kini sudah berakhir. sabian tak pernah tahu keadaan sang mantan kekasih, terakhir yang dia tahu hanya abang nya sedang memandu kasih di taman rumah sakit sewaktu diri nya sakit kemarin.

sabian tahu kalau kedua nya, antara meru dan estha kini dalam suatu hubungan yang serius. jemian lah yang memberitahu dengan nada kesal setengah mati, sabian ingat itu.

mengenai keluarga nya, sabian acuh. tak pernah bertegur sapa walaupun dirinya berpapasan dengan sang papa maupun meru di kantor. ataupun bubu membalas sapaan senyum nya,

asing

semua nya asing semenjak sabian tahu kebenaran nya,

bubu yang menjauh karena rasa cemburu dan marah meru kepada sabian,

meru yang semakin hari tumbuh rasa dendam dan kesal kepada sabian,

lalu papa nya, jeffry hanya acuh kepada nya seakan-akan semua ini salah sabian.

"bian, ga enak makanan nya?" suara dirga mengembalikan fokus nya lalu ia senyum sembari menggeleng.

"makanan nya enak, masakan enda selalu enak. cuma bian lagi kangen sama bubu aja"

dirga menghela napas, diraihnya tangan sabian lalu diremas pelan

"mau ketemu bubu, ga?" sabian menggeleng "kenapa?"

"sabian nanti buat abang luka dan makin marah, sabian udah sama enda aja" katanya lirih

"jemi berangkat dulu ya nda, ada praktikum. bian kalo mau berangkat bareng, ayo"

sabian mengangguk, lalu bangkit dari duduk nya.

"kami berangkat"

"hati-hati dijalan, jangan ngebut ya jemi!"

"aman ndaa!"

sepeninggalan kedua remaja itu, dirga terisak di dekapan jastara.

"jemi--anak mu cemburu sama bian, lucu. kamu nya jangan nangis" ucap jastara sembari mengelus pelan punggung sang istri.

"sabian masih butuh tantra ternyata" jastara mengangguk "bubu nya, kita bisa apa selain mengusahakan bahagia nya lagi? kamu gausa khawatirin jemi, nanti jemi bakalan ngerti kok tentang problem ini"

dirga menggeleng "kita harus kasih tahu jemi, aku gamau jemi nanti kalut tentang hal ini. jemikita masih kecil" jastara tertawa "anak itu sudah bisa sembuhin orang, kaya aku. dia udah besar, kamu terus saja sangkal itu"

Sayap yang hilang|| SabianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang