Pedih itu masih ada

1.5K 115 17
                                    

hidup dengan terarah sekarang adalah salah satu impian sabian, kasih sayang dan rasa cinta enda serta ayah jastara tak pernah pudar. rasa adil atas semua yang keduanya berikan, untuk sabian dan jemian tak ada beda nya.

ikatan batin dan jemian mulai terasa, banyak hal yang kedua ingin lakukan untuk tau sejauh apa ikatan batin mereka. dirga dan juga jastara merasa heran dengan kedua anak mereka, banyak hal yang dilakukan dua anak remaja itu yang membuat dirga pusing bukan kepalang.

seperti saat ini, hanya perkara mengetes kedua nya kembar dengan ikatan batin apa tidak. banyak hal yang dilakukan sabian dan jemian belakangan ini untuk mengetahui ikatan batin kedua nya.

"enda ga habis pikir, kita cek DNA aja gimana? biar kalian makin yakin dan ga mencoba berbagai cara yang aneh-aneh" 

suara enda dirga mengalihkan fokus kedua anak kembar yang tengah bermain korek api di salah satu tangan mereka. kedua nya meringis "apa lagi yang kalian lakukan? cape loh enda liat nya. abis main setrum, terus sekarang malah bakar-bakar tangan. kamu juga bian, nurut aja kalo disuruh jemi"

enda dirga merampas korek api ditangan jemi, lalu menarik tangan kedua anak nya untuk diobati. 

"abisan bian juga penasaran nda, katanya anak kembar bisa saling merasakan satu sama lain"

dirga sedikit menyentil kepala sabian "ga gitu nak, astaga. umur berapa kamu?"

"gausa dicari tau, tapi dirasain, bukan malah melukai diri satu sama lain. aneh aneh, kalo ketahuan ayah siap-siap disuruh cuci mobil ayah sebulan penuh" dirga tertawa renyah "jangan diulang, ini masih sakit ga tadi kena api nya?" sabian menggeleng.

"terima kasih nda" enda dirga tersenyum lalu mengacak rambut sabian.

"lo sih, ide lo ga ada yang masuk di akal"

"lo nya mau mau aja"

"ya kan gua juga gatau, penasaran"

"ya kan? sama, gua juga"

__________________

"kalo sabian tau, gimana?"

"papi? mami?"

"bodoh lo estha, bodoh"

estha, kini berdiam diri di kamar yang memang sengaja tak ia kasih penerangan. gelap gulita dan hanya ada suara detik jarum jam dan tangis nya seorang, ia menangisi dan menyesali apa yang seharusnya tidak terjadi. 

hari itu, malam itu

detik dan menit itu

desahan dan jeritan

bahkan tangisan itu masih terekam jelas dipikiran nya

estha yang memohon, estha yang meraung dibawah kenikmatan nafsu meru

"kenapa sih gua bodoh banget? kenapa gua selalu kasihan sama orang? kenapa gua masih peduli sama orang yang jahat ke sabian? kenapa? kenapa anjingggg?!!"

estha membungkam suara teriakan nya, meredam suara sakitnya pada bantal di sekelingnya berharap tidak ada manusia lain selain dirinya yang dapat mendengar.

rasa marah, kecewa, dan merasa kotor adalah estha yang sekarang

"kenapa kamu ada dek? bukan nya gua ga mau lo lahir, tapi gua gabisa kalo harus nurutin lelaki bejat untuk aborsi lo"

estha mengelus perut ratanya yang kini sudah sebulan lebih berada di tubuhnya

"gua bingung, bingung gimana mau jujur ke papi mami, gua gabisa bayangin betapa malu nya mereka kalo denger ada lo di perut gua. gua gabisa"

"maaf ya dek? calon ayah lo harus seberengsek meru, sebejat meru"

"maaf gua harus nutupin lo dari semua orang entah sampai kapan. sempit ya dek? tiap hari gua teken perut gua dengan kain, maaf. sumpah gua minta maaf"

estha menangis kecil, mengelus lembut perut yang ia biarkan tersingkap dari kaosnya.

estha memandang pemandangan dari luar jendela besar dari kamarnya, menerawang jauh dan bergelud dengan pikiran nya sendiri.

"dek, gua bisa kan?"


___________________________


Haiii!

maaf ya sudah lama menghilang, aku lupa kata sandi wattpad ini huhu:( 

maaf kalo ceritanya makin kesini ga karu-karuan karena emang ternyata draf lama ku tersimpan di note hp lama yang sekarang rusak. mau gamau aku harus nulis ulang lagi.

aku harap kalian tetep mau baca walaupun gatau ending nya bakalan gimana:(


(mau konten dewasa meru estha, ga? hehe)

Sayap yang hilang|| SabianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang