Kabar burung yang tak terprediksi

6.8K 186 0
                                    

"bian, bian buka pintu kamar nya sebentar. bubu mau ngomong, sayang"

sudah 5 menit berlalu, namun tidak ada tanda-tanda keluar nya sang anak bungsu dari kamar nya.

"bubu istirahat saja di kamar, biar abang yang ngomong sama bian ya?" 

"tidak meru, kalo meru yang ngomong bubu tahu akan berakhir kalian adu otot. tidak-tidak biar bubu saja"

"ayo lah bubu, manusia bandel didalam sana butuh sedikit kekerasan"

"tidak— untuk kali ini tidak ya, meru" sang bubu menolak keras dengan sedikit mendorong dada si sulung didepan nya.

"bubu~"

yang dipanggil bubu itu pun mengangguk sembari mengelus pundak dan juga punggung si sulung "jangan pake kekerasan dan adu otot ya bang?"

si sulung tertawa kecil "iya bubu sayang"

sepeninggalan sang bubu menuju lantai bawah, kini si abang hanya menghela nafas menatap pintu kamar sang adik.

"lo ga buka, gua dobrak ya cok"

Brakkk

terdengar suara berisik dari dalam kamar sang adik membuat nya tertawa kecil.

"mau apa lo?" tanya nya menatap tubuh sang adik yang lebih tinggi sedikit dari nya begitu pintu kamar itu terbuka.

"harus nya gua yang tanya, mau apa lo dobrak dobrak pintu kamar gua?"

si sulung mendengus lalu menerobos untuk masuk, terdengar suara decakan dari sang adik "bang, keluar dari kamar gua sekarang"

yang dipanggil abang justru malah berbaring diranjang milik sang adik "kunci pintu nya, gua gak mau bubu denger suara adu jotos kita"

______________

"apakah kamu sedang sibuk jef?"

"sedikit, kenapa tiba-tiba menelpon? apa terjadi sesuatu dengan mu, sayang?" terdengar dari nada seseorang diseberang sana begitu khawatir.

"bukan, bukan aku. tapi kedua jagoan mu sedang saling menjadikan samsak tinju dilantai atas"

hanya terdengar suara helaan nafas diseberang sana

"jef, jika kamu tidak sibuk ku mohon pulang lah. aku khawatir dengan kedua jagoan mu itu"

"astaga, mereka berdua benar-benar"

"sebentar, aku merapikan berkas ku terlebih dahulu. kamu beristirahatlah dan jangan risaukan kedua anak itu, aku akan kembali"

"baiklah-baiklah, hati-hati dijalan jef"

setelah menelpon sang suami untu mengabari bahwa kedua anak laki-laki nya itu bertengkar hebat disalah satu kamar di rumah itu, terdengar suara pintu yang terbuka.

"bubu.."

yang merasa terpanggil menoleh ke sumber suara, ia menyerngitkan kening nya bingung. karena terlihat kedua anak nya sama sekali tidak ada luka.

"bubu menelpon papa? untuk apa?"

pertanyaan si sulung membuat lamunan nya buyar "a-ah iya, kalian sedang apa memang? kenapa di kamar bian berisik sekali dan— apa kalian tidak bertengkar tadi?"

Sayap yang hilang|| SabianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang