Hubungan Seena dan Rei masih belum membaik, Kei sebagai sahabat Seena sekaligus sepupunya Rei juga tak bisa membantu banyak, karena Kei tahu kalau watak Rei yang sekeras batu susah untuk melunak begitu saja ketika dibujuk dan dikasih tahu. Sifat Rei yang keras tak lain adalah warisan dari ayahnya"Lo kasih dia kesempatan buat jelasin lah Rei" pinta Kei dengan nada memohon
Rei sama sekali tak menggubris perkataan Kei, dia masih sibuk berkutat dengan gambar proyeksinya
"Seena sekarang jadi pendiem banget, gue ajak ngomong juga cuman dijawab seperlunya"
"Terus?" Jawab Rei sinis
Kei membuang nafasnya kasar, ngomong sama Rei sekarang sama aja kaya ngomong sama batu
"Udah ah gue cabut, cape ngomong sama lo"
Disisi lain Seena memang jadi lebih banyak diam dibandingkan dulu, sahabatnya sekarang juga cuman Kei seorang. Stella, Tania dan Nela sudah tidak seakrab dulu apalagi setelah kesalahpahaman dengan Stella dulu, terus mereka juga kebetulan ngambil mata kuliah yang berbeda
Seena janjian dengan Kei di kantin untuk makan siang, tadi Kei keluar kelas duluan dengan dalih ingin menemui Fadhil dulu, Seena yang saat itu masih berkutat dengan laptopnya hanya mengangguk mengiyakan
Seena berjalan kearah kantin dan tak sengaja melihat gerombolan Rei yang juga sedang duduk santai dikantin sambil tertawa-tawa, saat hendak mendekati kerumunan tersebut, Rei malah pergi pamit meninggalkan teman-temannya, Seena saat itu hanya berdiri terpaku dan meringis pilu
Seena yang mendadak kehilangan selera makan malah ikutan cabut dari kantin dan tak lupa mengabari Kei
Seena: Gue pulang duluan, tiba-tiba perut gue gaenak
Kei: ko bisa tetiba ?
Seena: Nanti aja ceritanya dikosan
Kei: okok,take care
Seena berjalan menuju parkiran motornya, hatinya serasa teriris, Rei begitu mengabaikannya padahal menurut Seena dia tidak melakukan hal yang sefatal itu, dia jadi bingung sebetulnya mereka itu apa, Rei tiba-tiba marah tanpa mendengarkan penjelasan Seena
"Jangan nangis disini" ucap Rei dengan ekspresi yang datar dan sorot mata yang lagi-lagi tak pernah bisa terbaca
"Gue gak nangis"
"Mata sama hidung lo gak bisa bohong"
"Lo kenapa marah?"
"Gue gak marah!" Ucap Rei tandas
"Gak marah tapi menghindar, aneh"
"Gitu ya ?"
Seena hanya mengernyitkan keningnya, lagi-lagi Seena gak pernah bisa mengerti sikap Rei
"Lo mainin perasaan gue Rei ?"
Rei cuman diem
"Oh jadi bener ?" Seena malah balik emosi
"Nggak" jawab Rei singkat
"Terus apa ? Kenapa lo tiba-tiba marah, gue juga heran sebenernya kita ini apa, kita sering banget berantem untuk hal yang sebetulnya ini-ini aja"
"Okay sorry"
"Hah ? Apasih maksud lo ? Gue gapaham, kenapa sih susah banget denger penjelasan dari lo, kayanya gue harus selalu memohon deh cuman buat dengerin lo ngomong" tanya Seena dengan perasaan yang cape, marah tapi juga sedih
Rei cuman menunduk diam, menghembuskan nafasnya kasar, dia juga bingung dengan dirinya sendiri, terlalu banyak yang dia genggam dan simpen semuanya sendirian, Rei ingin sekali meluk Seena sekarang tapi egonya selalu berhasil mengalahkannya, rasa kecewanya dulu selalu lebih menang dibanding perasaannya terhadap Seena sekarang
"Gue anterin lo pulang ya ?"
Seena cuman mengernyit bingung
"Percuma ya ngomong sama tembok" ucap Seena
"Sorry" cuman itu yang bisa Rei ucapkan
"Gue bisa pulang sendiri" jawab Seena tandas
"Please Sen, Jangan biarin gue seolah-olah terus nyakitin lo"
"Baru nyadar ?"
"Oke oke, gue salah gue ngehindar, gue bodoh karena gue marah, gue egois karena gue cemburu"
Seena cuman diem
"Ko jadi diem?"
"Hmmm gaenak kan kalau didiemin"
"Hmmm bales dendam nih ceritanya"
"Nggak, oke aku mau buat penjelasan, yang kemarin itu kaka kelasku dulu, gasengaja ketemu, lagian aku udah gapunya perasaan apapun ke dia ko" Seena tetep memberi penjelasan meskipun sebenarnya Rei sudah tau fakta itu
"Gitu ya" ucap Rei lirih
"Iya, jadi kamu udah gamarah kan ?" Tanya Seena
"Kalau dipeluk, mungkin enggak"
Seena malah mencubit lengan Rei, dan Rei cuman meringis kesakitan
"Please hug me" pinta Rei
Seena melihat Rei yang memohon dengan putus asa, Seena cuman tersenyum lalu memeluk Rei, ini pertama kalinya dengan keinginannya sendiri Seena yang datang ke pelukan Rei, ya meskipun Rei yang minta
"Jadi udah gak 'gue lo' nih ?" Goda Rei
"Apaan sih"
Rei cuman tersenyum lega, seenggaknya biarkan semua seperti ini dulu, ada perasaan bersalah pada seseorang tapi disisi lain Rei terlanjur sayang cewek yang seharusnya dia benci ini
KAMU SEDANG MEMBACA
You're [not] Mine
Romance[COMPLETED] [TAMAT] Seena berusaha terus melangkah menjauh, meninggalkan semua masa lalunya, sampai akhirnya gadis itu bertemu sosok laki-laki yang dingin, seperti penuh dengan tatapan kebencian padanya. Tapi saat Seena mendekat justru sosok laki-la...