Bab 38

1 0 0
                                    

Hubungan Seena dan Rei memang sudah berakhir kala itu, bahkan rasanya semuanya berakhir jauh sebelum semuanya dimulai. Terkadang melepaskan memang menyakitkan tapi terus menggenggam juga terasa lebih menyakitkan. Seena menganggap dirinya hanya akan menyakiti Rei jika terus bersamanya, bukan karena Seena tidak mencintainya bukan. Bukan juga karena Resha. Tapi Seena merasa kalau Seena tidak bisa merubah fakta bahwa masa lalu Seena merupakan hal yang paling dibenci Rei, dan Seena sadar kalau hal itu akan terus menyakiti Rei jika dipaksakan. Rei bukannya tak berusaha menahan Seena, tapi Seena sudah memilih. Biarkanlah pilihan itu nantinya akan menjemput jawabannya sendiri.

Saat ini Seena sedang berada dirumahnya setelah memutuskan pulang jumat kemarin, tiba-tiba bundanya masuk kamar

"Sen ada yang mau bertemu"

Seena kaget, apakah Rei menyusulnya kesini, kemudian Seena langsung buru-buru ganti baju dan menemui Rei di lantai bawah

Saat sampai dibawah alangkah kagetnya Seena saat melihat bukan Rei yang sekarang berada dirumahnya

"Ka Resha?"

"Hay Sen, apa kabar ?"

"Baik" jawab Seena datar, ada raut kekecewaan dalam hatinya, Seena memang muna, Seena yang melepaskan tapi justru dia sendiri yang merasa kehilangan

Seena kemudian mengajak ka Resha ngobrol di ruang tv lantai atas, agar lebih leluasa

"Sorry ganggu waktunya" tiba-tiba suara ka Resha memecah keheningan

"Hmm" Seena hanya tersenyum jengah

"Aku kesini cuman mau pamit"

Seketika Seena menoleh dan mengernyitkan keningnya

Resha hanya tersenyum

"Besok aku udah flight ke kalimantan dan stay disana untuk waktu yang lama, mungkin aku akan jarang pulang ke jakarta"

"Ka Resha kerja disana ?" Tanya Seena mengingat Resha sudah lulus kuliah beberapa bulan yang lalu

"Yap, dari sebelum wisuda sebetulnya udah ada offering cuman masih ragu awalnya, jadi ambil kerjaan di jakarta dulu, tapi lama dipikirin kayanya emang harus kesana, awalnya sih gamau ninggalin jakarta gitu aja, gamau jauh sama seseorang. Tapi..." Resha menggantungkan kalimatnya "Sepertinya seseorang itu sudah bahagia" Resha tersenyum menatap Seena

Resha sempat ingin menemui Seena beberapa waktu lalu, Tapi Resha  melihat Seena dibonceng motornya Rei, semenjak itu Resha memantapkan hati untuk mundur dan pergi jauh dari kota ini.

"Sen aku boleh minta sesuatu ?"

"Apa ka?"

"Temani aku jalan seharian ini, for the last time please" ada nada memohon dalam permintaan Resha kali ini, Seena sampai tak enak hati untuk menolak

"Hmmm kemana ka ?"

"Nonton yuk, udah lama banget aku gapernah kesana"

Sebetulnya Seena hari ini sudah ada janji ingin mengantar Kei mencari kado, tapi melihat raut muka Resha yang seperti memohon Seena juga tak enak hati untuk menolak, apalagi Resha bilang ini permintaan sebelum dia pergi, bukan karena Seena masih ada perasaan untuk menerimanya tapi menghargai setiap waktu yang mungkin bagi Resha saat ini berharga, "ya biarlah seperti itu" batin Seena

"Oke ka, aku ganti baju bentar"

Seena kemudian mencoba menghubungi Kei dengan berat hati ingin membatalkan janjinya, sampai suara diseberang sana menyaut

"Hallo Sen udah siap?"

"Hmmmm sorry Kei kayanya gajadi nih"

"Jahat banget lo, kenapa ?" Tanya Kei dengan raut kecewa

"Nanti aja gue ceritain" ujar Seena

"Kasih tau alasannya dulu, kalau gak gue marah" cibir Kei

"Yah jangan marah dong sayang, gue mau nemenin ka Resha dulu"

Di seberang sana Kei terdiam beberapa saat
"Ngapain lagi nemuin dia ?" Kei hanya mengernyitkan keningnya

"Udah ah nanti aja gue ceritanya, panjang pokoknya" Seena langsung menutup teleponnya

Kei cuman terdiam, seseorang disamping Kei juga hanya diam mematung, tapi dari sudut mata Kei dia bisa melihat kalau Rei sedang menahan amarahnya

"Gue cabut dulu" ujar Rei

"Lah gajadi anter gue ?"

Rei pergi begitu saja meninggalkan Kei yang masih heran dengan sikapnya yang gampang sekali tersulut amarah

Selesai menonton Seena dan Resha akhirnya makan di salah satu restaurant jepang di mall tersebut, Resha pergi ke toilet meninggalkan Seena sendirian. Saat kembali Resha menyerahkan paper bag besar pada Seena, Seena hanya mengernyitkan keningnya

"Ini apa ka ?" Tanya Seena tak mengerti

"For you as a farewell gift maybe" Resha hanya tersenyum

Seena kemudian membuka sebuah kotak besar berisi sepatu kets hitam

"Katanya sepatu yang bagus akan membawa kita ke tempat yang bagus Sen"

Seena hanya menatap Resha bingung "Terima kasih ka, mungkin harusnya aku yang kasih hadiah, malah aku yang dikasih hadiah"

"You did" ucap Resha kalem

Seena hanya mengernyitkan keningnya

"Your time is the greatest gift that you gave to me Sen, thank you"

Seena hanya tersenyum lalu mengangguk

"Pergilah Sen, jangan menjadikan alasan masa lalu kita sebagai penghalang masa depanmu, Rei menunggumu"

Seena cukup kaget dengan pernyataan Resha,  akhirnya Seena hanya tersenyum dengan susah payah menelan ludahnya, pahit rasanya

You're [not] MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang