Epilog

5 0 0
                                    

Setelah semua mimpi buruk yang terjadi, akhirnya semua terlewati, air mata, jatuh bangun, semua kepahitan kini terbayar sudah. Kini Seena sudah menyandang gelar sarjana. Tak terasa empat tahun sudah Seena belajar di kampus tercinta ini, dari sini Seena banyak belajar tentang kehidupan dan cara menghargai waktu. Dan juga terima kasih untuk seseorang yang selalu ada disisinya, seseorang yang selalu memberikan pelukannya ketika lelah,  selalu membangunkan ketika Seena mulai terjatuh, dan selalu merangkul ketika semangat Seena mulai pudar.

"Terima kasih ya" ucap Seena tulus

"Untuk?" Tanya Rei "Kenapa tiba-tiba?"

"Terima kasih sudah jadi bagian dari kenangan indah di hidupku"

"Manis banget pasti ada maunya" cibir Rei sambil sebelah tangan kirinya memegang jemari Seena, sementara tangan kanannya sibuk memegang kemudi

Seena langsung cemberut karena Rei memang paling gabisa romantis

I walked across an empty land
I knew the pathway like the back of my hand
I felt the earth beneath my feet
Sat by the river and it made me complete

Oh, simple thing, where have you gone?
I'm gettin' old, and I need something to rely on
So, tell me when you're gonna let me in
I'm gettin' tired, and I need somewhere to begin

Alunan lagu miliknya keane yang berjudul somewhere only we know menemani perjalanan mereka ke suatu tempat

"Udah siap ?" tanya Rei saat mereka sudah sampai ditujuan

Seena mengangguk mantap

Mereka berjalan sambil memegang sebuah buket baby's breath berwarna putih

Seena terlihat tegang dan Rei terus menggenggam tangannya untuk menenangkan, akhirnya mereka sampai ditempat yang selalu bikin Seena merasa sedih dan bahagia bersamaan

"Assalamualaikum ka thatha, kita datang lagi, gimana penampilan kita pake toga?" Ujar Seena sambil meletakkan buket bunganya

"Ya meskipun aku lulus duluan sih" cibir Rei

"Mulai sombongnya keluar, Beda sebulan doang juga, wisudanya tetep bareng" Seena mulai cemberut

"Ka thatha mungkin kedepannya kita bakalan jarang kesini, tapi meskipun jarak menghalangi kita selalu doain ka thatha, semoga ka thatha selalu bahagia" tak terasa air mata Seena mulai turun perlahan, Rei mengusap pundak Seena sambil merengkuhnya erat

Rei akhirnya melepaskan semua egonya, dan membiarkan pikirannya menerima semua perasaannya. Saat ini dia hanya menginginkan gadis ini berada disampingnya, Meskipun dirinya pernah berusaha sekuat hati untuk menjauh tapi akhirnya semuanya pasti kembali, dan Rei yakin kalau kakaknya di surga akan ikut bahagia dengan pilihannya.

"Kalian dimanaa?" Teriak seseorang di seberang telepon

"Otw balik ini" ujar Seena sambil menjelaskan pada Rei bahwa sepupunya yang menelepon

"Buruan, kita kan janji foto berempat" Kei mulai kesal karena sepupu dan sahabatnya tiba-tiba menghilang

"Iya, bentar lagi sampe" teriak Rei sambil mengemudi

Lalu Kei menutup teleponnya tanpa menggubris pernyataan Rei, Seena hanya geleng-geleng melihatnya

"Mampir ke suatu tempat bentar ya" Ujar Rei

"Kemana ? nanti Kei marah loh"

"My Apart..." Rei sengaja menggantungkan kalimatnya sambil menggoda Seena dengan mengedipkan matanya

"Gak gak gak, trauma, nanti mamihmu mikir yang aneh-aneh lagi" Seena langsung cemberut kalau inget kejadian itu

Rei tertawa terbahak-bahak kalau udah  menggoda Seena, meskipun Seena kadang kesel dan marah dengan kelakuan Rei itu

"Kan kamu yang nyamperin duluan" ujar Rei tanpa dosa

"Tapi kamu yang narik aku loh" Seena tidak terima dengan tuduhan Rei

"Oke aku salah"

"Nah kan ngaku juga"

"Iya salah, harusnya saat itu aku ijin buat nikah aja"

Seena kemudian mencubit lengan Rei bertubi-tubu saking kesalnya

"Iya ampun ampun, jangan cemberut gitu dong, jeleknya makin kelihatan"

Bukannya terhibur Seena malah makin cemberut dibuatnya

"Sen"

"Hmmmm"

"Jangan tinggalin aku ya"

Seena sedikit kaget mendengar perkataan Rei, hal yang paling amat sangat jarang keluar dari mulut Rei yaitu sebuah permohonan, selama ini sepertinya Seena yang paling sering meminta dan memohon, bahkan mungkin Seena yang lebih sering mengungkapkan perasaannya lewat perkataan dibanding Rei, dan Seena kali ini cukup tersentuh mendengar itu, tiba-tiba Seena menoleh kearah Rei lalu tubuhnya mendekat dan mencium pipi dan setengah sudut bibir Rei

Rei sedikit kaget dengan tindakan Seena, kemudian senyum miringnya mulai muncul

"Beraninya pas aku nyetir, awas ya!"

-End-

You're [not] MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang