Bab 25

11 0 0
                                    


Akhirnya drama diantara Rei dan Seena selesai juga, setelah melewati beberapa babak yang sungguh menyiksa, Seena mulai memaafkan semua sikap Rei dan begitupun dengan Rei yang mulai memahami apa yang Seena rasakan, komunikasi diantara merekapun sudah berjalan lancar meskipun keduanya sama-sama menyangkal ada hubungan tapi semua orang yang melihat juga tau kalau keduanya sama sekali tidak pandai berakting, terlalu kentara coy

Rei: Kelar kuliah jam berapa ?

Seena: jam 15.00, knp ?

Rei: Temenin gue

Seena: kemana ?

Rei: Rumah sakit

Seena: hah lo sakit ?

Rei: rontgen

Seena: sakit apa ? ko sampe rontgen ? (tanya Seena dengan nada khawatir)

Rei: rontgen lo bukan gue, gue curiga... kayanya tulang rusuk gue yang ilang ada di lo deh

Seena: apasih, bikin khawatir aja, makan yu laper

Rei: hehe ayo, jam 15.00 gue tunggu di parkiran

Kedengarannya emang agak geli gimana gitu ya gombalan Rei, receh banget, tapi Seena lebih suka kalau Rei seperti ini daripada Rei yang dulu-dulu

Seena sedang menunggu Rei diparkiran bersama Kei yang juga sedang menunggu kekasih pujaan hatinya, cailah... ya mereka memang sudah jadian pas liburan semester kemarin setelah beberapa hadiah yang Kei terima dari Fadhil yang membuat Kei akhirnya luluh juga, luluh sama matre beda tipis sih, namanya juga cewek

Tiba-tiba Fadhil datang menghampiri mereka berdua

"Ehmmm lagi pada ngomongin gue ya.." goda Fadhil

"dih geer  banget sih" ejek Seena

"Iya tau ko gue ganteng paling ganteng searsitek please gausah diomongin deh kasian yang lain

tar pada ngiri"

"Cihhhh najong, satpam kampus aja lebih ganteng ketimbang lo" ujar Seena

"Ahhhh lo gamau mengakui aja Sen, kalau gue ga ganteng Kei aja gamungkin tergila-gila sama gue"

"Nah itu dia, kayanya gue kena pelet deh Sen"

"hahahha tuh denger dhil"

"Oke kita putus"

"Yaudah"

"Yah kamu jahat banget, gatau apa perjuangan aku dapetin kamu gimana, sampe mesti mohon-mohon sama Rei"

"Ko bawa-bawa Rei ?" Tanya Seena heran

"eh nggak itu maksudnya buat bantuin gue doang sebagai sohib gue gitu, support" jawab Fadhil gelagapan

"Apaan nih sebut-sebut nama gue" tiba-tiba Rei muncul di parkiran

Fadhil langsung mengajak Kei pergi dari sana "Ada deh, yuk Kei cabut"

Kei cuman diam sambil senyum-senyum melihat tingkah Fadhil

"Lama banget, bedakan dulu apa" ujar Seena cemberut

"Iyanih tadi gue abis touch up lipstik dulu" balas Rei jail

"Dihhhh jijik tau bayanginnya"

"Suruh siapa mancing yee, makan dimana ?"

"Bebas"

"Yaudah sate kelinci"

"Jangannnnnnn"

"Katanya bebas, jangan bebas dong"

"Yaudah terserah"

"Yee itumah sama aja non"

"hehehhe gue bingung"

"yaudah sambil jalan aja" Rei langsung mengemudikan motornya menyusuri jalanan dago masuk ke jalanan sekitar ITB daerah tamansari, kemudian mereka berhenti di sebuah cafe dekat sana

Akhir-akhir ini Seena sering banget beser dan kebelet untuk memenuhi panggilan alamnya, akhirnya sampe cafe yang dicari justru tulisan toilet, saking buru-burunya Seena sedikit berlari dan tak sengaja Seena menabrak seseorang

"Sorry.." kata Seena masih menundukan kepalanya berharap seseorang ini melepaskan atau mengacuhkannya karena sungguh dia sudah tidak kuat memenuhi panggilan alamnya

"Seena ?" Tanya seseorang itu sambil mencoba mengenali wajah Seena

Seena mencoba mendongakan kepalanya dan alangkah kagetnya ketika melihat seseorang di depannya, seseorang yang berdiri tinggi menjulang sedang menatap heran dan juga kaget kepadanya

Seena tidak bergeming dan hanya diam, pikirannya masih sibuk mencerna apakah ini mimpi atau sebuah realita, rasanya fatamorgana itu terasa begitu dekat

"Ka Resha ?" tiba-tiba Seena bergeming begitu saja

"Hay apa kabar ?"

"Baik... ka" hanya itu yang keluar dari mulut Seena

"Syukurlah, kamu sekarang di Bandung juga ?"

"Sorry ka aku buru-buru ke toilet" Seena mencoba menghindar namun usahanya gagal karena pergelangan tangan seena tetiba ditahan untuk pergi

"Tunggu.. boleh aku minta nomormu ?"

"Nanti saja ya kak, aku buru-buru banget, please" Seena langsung pergi tanpa memperdulikan apa tanggapan Resha

Seena buru-buru masuk toilet dan dia lama sekali tidak keluar dari sana, pikirannya jauh menerawang, Seena masih tidak percaya seseorang yang Seena lepas jauh bertahun-tahun lalu bisa bertemu lagi disini di kota ini, seseorang yang sangat ingin Seena benci tapi tak pernah bisa, tiba-tiba air mata Seena jatuh lagi jika mengingat namanya

Tiba-tiba Seena tersadar seseorang yang lain sedang menunggunya, dia langsung keluar dan buru-buru membenarkan riasannya, "duh kenapa sih gue"

Seena menghampiri meja Rei, dan Rei sedang menatapnya dengan tatapan yang tak pernah bisa Seena baca

"Kenapa ?" tanya Seena heran

"lo yang kenapa ?" Rei malah balik nanya

"gapapa, emang gue kenapa"

"Tanya diri lo bukan gue" ujar Rei jutek

"Kenapa sih bete ya nunggu ?"

"Cabut yu, gue udah ganafsu makan"

Rei langsung pergi tanpa memperdulikan respon Seena

Seena masih tidak mengerti sikap Rei yang tiba-tiba berubah, apakah dia marah gara-gara Seena lama banget di toiletnya, ah tapi Seena pikir itu cuman masalah sepele, waktu Seena marah bahkan Rei rela menunggu Seena semalaman depan kosan, atau mungkin Rei melihat Seena ngobrol dengan Resha, ah dia kan gatau Resha, atau Rei liat Seena nangis ? kan nangisnya di kamar mandi masa iya sampe tahu, Seena sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia buat sendiri, seketika dia tersadar Rei sudah berjalan keluar

"Rei tunggu....."







You're [not] MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang