Bab 7

39 1 2
                                    

Lembang

Acara yang paling Seena benci adalah jelajah malam hari, karena baginya malam itu lebih menakutkan, maklum Seena punya phobia terhadap warna hitam pekat

"Sial kenapa harus sendiri dipisah pisah gini sih, gue kan takut" Seena berkata lirih dalam hatinya

Sekarang ini Seena hanya berbekalkan peta lokasi dan satu buah senter, dia harus berjalan beberapa ratus meter dari pos satu ke pos lainnya, dan melakukan beberapa hal di pos-pos tersebut termasuk hal bodoh alias dikerjai oleh senior, katanya sih hal ini buat menguji mental dan keberanian kita, tapi ga gini juga caranya

Saat Seena sedang berjalan sambil melihat peta yang menurutnya membingungkan, ini peta sama denah lokasi hajat juga masih mending denah lokasi hajat, tiba-tiba dia merasa masuk jalan yang lumayan seram, pohon pinus yang menjulang tinggi suara-suara malam yang menakutkan, tunggu apa dia kesasar, dan tiba tiba Seena melihat sekumpulan asap, lalu Seena menyorotkan senter pada sekumpulan asap itu dan terdengar suara seseorang mengejutkan Seena

"Woy silau, apa-apaain ini" teriak seseorang dikejauhan

Seena sempat mundur beberapa langkah karena terkaget dengan suara yang awalnya Seena kira hantu

"Maaf-maaf saya kira hantu" Seena meringis merasa bersalah

Dia bangkit dan mematikan rokoknya, ternyata kepulan asap tadi berasal dari rokok tersebut, lalu dia berjalan mendekati Seena, Seena mencoba mundur beberapa langkah karena takut kalau dia dirampok diperkosa terus mayatnya dibuang ke hutan duh serem banget, lalu tiba-tiba langkahnya terhenti karena Seena tidak sadar sudah menabrak pohon pinus dibelakangnya

"awwwww....." Seena meringis pelan

"Makanya hati-hati, lo kira gue mau ngapain lo" suara yang terdengar tak asing otomatis membuat Seena menengadahkan kepalanya kedepan sosok tersebut

Cahaya malam yang remang-remang sekilas menampilkan sosok laki-laki tersebut, sosok yang pernah Seena tabrak waktu itu, masih sama masih terlihat tampan dengan garis tegas di wajahnya

"Yailah lo lagi, Kenapa lo bisa disini ? Sempit banget sih" sahut Seena sedikit kesal

"Lo ga liat tadi gue lagi ngerokok sambil nikmatin angin malam, tapi sialnya malah lo rusak momentnya" jawab Rei dengan nada khas cueknya

"Yaudah permisi, silahkan lanjutkan proses bermeditasinya" Seena ngeloyor pergi

"Lo emang tau jalan ?" Sergah Rei

"Gue bawa peta, tinggal tanya peta kalau gatau" jawab Seena jutek

"Udah kaya Dora The Explorer aja, mirip tuh" ejeknya

"Sialan..." desis Seena lirih

Tiba-tiba tangan Seena dicekal lalu tangan Rei yang lainnya merangkul bahu Seena hingga membuat keduanya terduduk ditanah dan senter ditangan Seena terjatuh, Seena kaget dan marah

"Apaan sih lo?!" bentak Seena pada Rei

Bukannya menjawab Rei malah membungkam mulut Seena dengan tangannya, tiba-tiba terdengar seseorang di kejauhan memanggil namanya

"Reiii..... Reiiii.... dimana sih lo ? Anjir lo bikin gue susah aja, Reiiii......"

Setelah suaranya terdengar menghilang, Rei menghembuskan nafasnya pelan lalu mengusap-ngusap dadanya sambil berkata "selamet selamet" lalu dia tersadar akan seseorang yang masih terduduk di tanah bersamanya

"Sorry, gue tadi refleks gasengaja" Rei mencoba mencairkan suasana

Seena bangkit berdiri lalu ngeloyor pergi tanpa mempedulikan ucapan Rei, Rei mendengus kesal "anjir songong banget tuh cewek"

Setelah meninggalkan Rei, Seena akhirnya menemukan pos terakhir, untung saja dia tidak kesasar ke dalam hutan, meskipun jelajah malamnya masih disekitaran villa tapi tetap saja tempatnya dekat dengan kawasan hutan pinus yang kalau malam bisa bayangin sendiri seremnya kaya gimana

Di pos terakhir Seena bertemu dengan sahabatnya, "Sen lo gakesasar kan ? Lama banget nyampenya ?" tanya Kei dengan nada cemas

"Nggak, tadi gue jalannya pelan banget" Seena mencoba mengelak

"Eh tau ga, ternyata anak arsitek juga lagi ngadain acara disekitaran sini, tadi gue denger sekilas pembicaraan Kak Siska" celetuk Stella yang membuat Seena teringat kejadian tadi, pantas saja dia ada disini, oh jadi namanya Rei, kenapa dia kaya buronan sembunyi segala, "eh gue ko jadi mikirin dia" gumam Seena dalam hatinya

"Bagus dong biar kita bisa sekalian ngeceng" sahut Tania

"Pikiran lo ngeceng mulu, wudhu wudhu biar jernih otak lo" Kei menjitak Tania yang dipikirannya mesum mulu

Seena masih sibuk menerawang entah kemana, dia lagi-lagi kepikiran cowok tadi, jujur saat dia merangkul pundaknya jantungnya berdetak cepat sekali, meskipun sorot matanya dingin tapi tangannya begitu hangat, dan senyumnya begitu manis, dia merasa seseorang telah membuatnya jatuh cinta, ah mungkin hanya kagum sesaat karena diakui atau nggak dia emang benar-benar tampan dan suaranya juga terdengar manly sekali, mungkin suaranya adalah bonus dari Tuhan

* * *

Mumpung dewa ide masih berpihak hahahaa, lanjut part 8

You're [not] MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang