chapter 23

984 80 0
                                    

Vote nya jangan lupa
.
.
.

Matahari perlahan naik kepermukaan, cahayanya yang begitu terang mulai kembali menyinari kota Bangkok yang tidak pernah sepi.

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang, seorang pria dewasa fokus menyetir selagi teman nya yang duduk di sampingnya mencoba menghubungi Build.

"Phi, Biu tidak bisa datang"

Job memperlihatkan layar ponselnya kearah Peter, pria dewasa itu mengerutkan keningnya penuh tanda tanya, padahal tadi malam Build sendiri yang menghubungi Job untuk bertemu di tempat kejadian.

Meskipun Peter tidak tau bagaimana rupa Build tetapi ia sudah memiliki firasat bahwa seorang Build jakapan puttha adalah seseorang yang tangguh, buktinya ia bisa bertahan dalam sandiwara yang dibuatnya sendiri demi membongkar karakter sebenarnya dari Bible wichapas sumettikul yang di sebut memiliki banyak topeng.

Peter kenal betul siapa itu Bible, seorang artis yang begitu terkenal di Bangkok dan sering melakukan upaya bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti proyek nya saat ini dengan seorang artis yang tak kalah terkenal, Mile Phakphum, tetapi harus putus kontrak karena kasus Mile saat ini,pun artis muda itu telah di boikot oleh saluran televisi manapun dan di pecat oleh agensi walaupun Mile sendiri bersikeras mengatakan jika dirinya tidak bersalah.

Sulit rasanya mengiyakan tuduhan bahwa Bible yang murah senyum dan ramah kepada siapapun itu jahat.

"Phi, mengenai Nodt apa yang kau lakukan kepada nya malam itu"

Keheningan yang sempat menyelimuti keduanya kembali pecah saat Job mengajukan pertanyaan, meskipun Job dan Nodt adalah saingan dalam masalah percintaan tetapi tetap saja Job merasa bersalah atas insiden malam itu.

"Seharusnya kau sudah tau apa yang kulakukan padanya malam itu"

Benar, Job sebenarnya tau apa yang Peter lakukan, terlihat dari sudut bibir Peter yang sedikit sobek. Mungkin karena ciuman yang di paksa membuat Nodt menggigit bibir Peter. Job bukan anak kecil yang tidak tau pasti apa yang terjadi.

Setelah mendengar jawaban Peter,Job kembali diam sembari melihat pemandangan yang terlihat monoton.

"Kuharap Nodt memaafkan ku"

Gumaman lesu itu membuat Peter memutar bola matanya, bagaimana bisa seseorang memaafkan perilaku kurang ajar seperti yang Job lakukan, menjual teman nya sendiri demi cintanya,ya walaupun Peter yang berhak di salahkan sepenuhnya tetapi Peter juga sedang berjuang dengan cinta nya, hanya saja Peter menggunakan cara yang berbeda.

"Buang pikiran aneh mu,kita sudah sampai. Apa Biu mengirim pesan?"

Peter memarkirkan mobilnya ketepi,ia turun diikuti oleh Job yang juga mulai fokus membantu Peter menemukan bukti.

Job kembali membuka aplikasi pesan dan menemukan beberapa pesan dari Build.

"Dia mengatakan jika ada urusan itu sebabnya tak bisa datang,dia juga bilang kita harus pergi ke sebelah kiri,ada jalan rahasia di sana"

Mata Peter melihat kearah kiri, perlahan kaki nya membawanya pada tempat yang dituduhkan Build lewat pesan, Job mengikuti langkah Peter dari belakang.

Job membulatkan matanya melihat sebuah mobil tak jauh dari sebuah jalan setapak di depan nya,itu jelas mobil milik Bas kenapa ada di sini.

Job terlalu banyak berfikir sampai tak sadar Peter sudah masuk ke jalan setapak yang di tutupi oleh ranting-ranting di atas nya sehingga jalan itu terlihat gelap, Job dan Peter sampai harus menggunakan senter di ponsel untuk melihat jalan.

Jika boleh jujur sebenarnya Job merasa mulai sesak, tempat yang gelap dan pengap itu tercium bau bangkai, mungkin ada hewan hewan yang tersesat di sini dan mati.

"Kurasa seekor anjing tersesat dan mati di sini"

Job terus mengibaskan tangannya di depan hidung tetapi Peter bersikap biasa saja walaupun hidung nya pun terasa perih karena menghirup aroma tak sedap.

"Bukan bangkai hewan"

"Ha?"

Peter mengabaikan wajah penuh tanda tanya Job,ia lebih memilih mendekat kearah semak-semak yang sejak tadi terlihat mencurigakan, Job mulai menghidupkan kamera dan menyorot Peter saat pria dewasa itu membuka dedaunan seketika Job muntah.

Bau busuk semakin menyiksa karena bangkai mayat yang sudah pasti diperkirakan tergeletak sejak sebulan yang lalu terkujur kaku di antara semak-semak.

"Sial!"

Job kembali memuntahkan isi di dalam perutnya saat melihat dua mayat berbelatung dan dagingnya yang mulai lepas.

Tangan Job gemetar saat kembali menyorot dua mayat itu,Peter ikut menutup hidung nya karena tak tahan dengan bau nya.

"Jam berapa polisi datang?"

Job menggelengkan kepalanya tak tau,setelah menyorot dua mayat itu buru-buru Job menjauh dan hampir pingsan, matanya memerah dengan air mata yang hampir keluar, setelah ini Job pasti tidak akan berselera untuk makan.

Tak berselang lama empat polisi datang membawa dua kantong mayat, dua mayat wanita yang diperkirakan anak dan ibu itu segera di bawa ke rumah sakit untuk di autopsi.

"Tolong kirim beberapa polisi lagi"

Peter segera melanjutkan langkahnya diikuti Job yang masih merasakan kaki nya gemetar, Job bukan seseorang seperti Peter yang sering melihat hal seperti itu,ia hanya seorang CEO biasa sehingga wajar jika Job bereaksi seperti itu.

"Phi di sana jalan buntu,ayo putar balik"

Job rasanya khawatir jika ada sesuatu di ujung sana, rasanya jalan setapak ini tak ada habisnya, sedangkan Peter yang kembali mendengar rengekan Job mulai merasa jengkel, padahal sejak awal Peter ingin bekerja sendiri tetapi Job bersikeras ingin ikut dan sekarang berakhir menjadi menyusahkan seperti ini.

"Phi-"

Kembali Job ingin menghentikan Peter tetapi bungkam setelah ia melihat ujung jalan yang ternyata ada sebuah rumah,tanah putih sebagai pijakan membuat Job mengernyit heran ternyata ada kehidupan juga di tempat terpencil ini.

Peter mendekati bangunan kumuh itu, banyak coretan pilok pada dinding dan tumpukan kayu bakar yang menandakan jika rumah ini pernah di tinggali.

Peter masuk tanpa permisi membuat Job kembali takut jika ada pemilik rumah, bukan kah yang sedang mereka lakukan tak sopan?

Job merekam isi di dalam rumah sedang kan Peter memotret setiap sisi bangunan yang ia yakini bukan coretan pilok melainkan darah yang tertempel di dinding.

Kaki Peter berhenti pada sebuah pintu kayu,Peter membuka nya dan melihat ruangan gelap tanpa cahaya,Peter mendekat kearah ranjang,ia menemukan sebuah tali yang sepertinya digunakan untuk mengikat tangan seseorang dan berhasil dibuka menggunakan pisau,Peter memasukkan tali tersebut kedalam plastik.

Saat sedang merekam tak sengaja Job menginjak sebuah benda,di ambilnya benda tersebut yang tak lain adalah sebuah cincin, Job seperti pernah melihat perhiasan ini dipakai oleh seseorang tetapi Job tak ingat siapa yang memakai nya.

"Khun,kami menemukan satu mayat yang terkubur di halaman belakang"

Seorang polisi datang membuyarkan lamunan Job, rasanya ngeri melihat tiga mayat tak lebih dalam sejam,Peter yang mendengar itu mengangkat ujung bibirnya menyeringai, pencarian mereka semakin dekat dan Peter merasa sangat bersemangat untuk itu.

"Kita masuki semua rumah di sini,aku berfirasat bahwa kita akan menemukan bukti lain"

"Baik Khun"

Job harus membuang nafas pasrah, ia sendiri yang menginginkan ikut maka harus mengikuti apa yang Peter lakukan.

Dibalik Layar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang