💜 AKHIR KISAH : 1.1💜

429 19 1
                                    

Seorang gadis berkacamata kuda warna hitam dan rambut diikat jadi satu ke belakang berlari menyusul sosok Kellan Anlar-Carnwell yang hari itu mengenakan setelan mahal serba kelabu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis berkacamata kuda warna hitam dan rambut diikat jadi satu ke belakang berlari menyusul sosok Kellan Anlar-Carnwell yang hari itu mengenakan setelan mahal serba kelabu.

"Pak Presdir sebentar..." Dia setengah berteriak sambil mendekap tumpukan map dan juga tablet kantor di depan dada.

Kellan bersama para staff dan juga Gilberto sontak menghentikan langkahnya, menoleh sejenak lalu memberi isyarat kepada pegawai lain melalui gerakan kepala dan tak lama kemudian mereka semua undur diri. Kellan lantas berjalan perlahan untuk berhenti didepan pintu elevator.

"Ada apa lagi, Nindi" Kellan memandang lift didepannya sambil mendengus sembari memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana depan.

Dia langsung tahu kalau sekretaris pribadi barunya tersebut tiba-tiba muncul sambil tergopoh-gopoh seperti barusan artinya hanya satu hal. 'Masalah' .

Nindita Darusman, begitulah namanya, berusaha mengambil nafas setelah berlarian sebanyak dua lantai dari bawah dikarenakan semua lift di kantor ini penuh. "Pak...Pres...dir...anda mau ke... mana. Malam ini anda dijadwalkan untuk hadir ke acara rapat koordinasi pengusaha se-Asia di istana kemerdekaan. Anda diwajibkan datang mengingat Presiden kita sendiri yang akan memimpin".

Ucapan Nindi membuat dahi Kellan mengerut, satu alis lebatnya naik lantas memalingkan wajahnya dan menatap lama-lama sosok perempuan yang bahkan belum genap berusia seperempat abad tersebut. Sesungguhnya kalau boleh jujur dibalik kacamata tebal dan juga muka polos tanpa riasan berlebihan tersebut, pegawainya ini bisa dibilang cantik, sangat malah, akan tetapi tindak-tanduk Nindi yang seringnya amat ceroboh suka membuat Kellan pusing bukan kepala. Kalau tidak mengingat Nindi adalah pegawai rekomendasi dari Kaelis Anlar-Carnwell kakak sepupunya, maka Kellan bakal menolaknya mentah-mentah. Sebab sesungguhnya Nindi lebih cocok menjadi pegawai magang ketimbang seseorang yang bertanggung jawab penuh pada semua kegiatannya.

Kellan menggaruk dahinya yang sesungguhnya tidak gatal. "Bukannya aku sudah berkata padamu minggu lalu kalau aku tak bisa hadir?".

Jantung Nindi berdegup kencang, kecemasan yang dia takutkan sejak tadi semakin menggelayutinya. "Iya betul. Tapi bapak sudah berjanji akan datang untuk tahun ini bukan?" Nindi berusaha berdiri tegap, menyeimbangkan tubuhnya bersama Kellan meski tentu saja pria rupawan berdarah separoh Inggris itu jauh lebih menjulang daripada badannya yang cenderung kurus kerempeng.

"Janji? Kapan aku mengatakan hal itu?" Kali ini Kellan memutar tubuhnya hingga dirinya sepenuhnya berhadapan dengan si sekretaris yang memberinya pandangan penuh tekad.

"Tahun lalu, saya dengar Bapak Presdir mengatakan hal itu sewaktu menelpon sekretaris negara. Itu sebabnya sewaktu bapak berkata akan mempertimbangkannya minggu lalu saya tidak menyampaikannya kepada panitia acara" Nindi berusaha tidak goyah meski sesungguhnya dia dilanda ketakutan sekarang.

Sebab jika bosnya ini sampai membatalkan lagi janji penting bersama orang nomor satu negeri ini, maka......posisi Nindi benar-benar bakal jadi terancam. Membayangkannya saja membuat gigi gerahamnya yang sensitif jadi kembali ngilu.

[COMPLETED] REHEATED HEART ( #01. Heart Series).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang