S A M : [25]

96 25 6
                                    

selamat membaca,

dan selamat menyambut tahun baruuu.

"Kapan berubah? Kapan ga balapan lagi?" siapa coba yang nanya gitu? Gatau kan?

"Maaf bu, Kakak cuma nyari pelampiasan. Kakak seneng bu kalo balapan." ucap Dima saat sudah sadar dari pingsan nya.

"Liat tuh, kakimu sama tanganmu dijait. Ga sayang, sama badan kamu?" tanya Ibunya.

"Hiks.."

Uh! Melihat Dima yang tiba-tiba menangis, Kevin dengan siap langsung memeluknya. "Sssttt, ini salah kamu sendiri." ucapnya sambil mengelus punggung Dima.

"Lagian lo sih Dim, gue bilang jangan balapan tuh ya jangan. Kan lo tau kalo gue peka, instingnya gue ga maen maen Dim." ucap Alvandi yang tadi sangat khawatir pada Dima.

"Iya bener tuh. Lo sih susah di bilangin sama si Al." timpal Reyan. Reiki Hanya mengangguk saja.

"Emangnya bang Dima balapan sama siapa?" tanya Ale. (kok manggil abang sih sama Aa Dima?😭)

Nazila melihat Ale lalu memasang wajah takut. Rava pun langsung merangkul adiknya dan tersenyum. "Santai aja kali mbak nya, gausah panik gitu." ucapnya.

Nazila melirik Rava dan memajukan bibirnya.

Ale melihat Nazila dan bertanya padanya, "Siapa yang balapan sama Dima, Zil?"

Nazila ketar ketir. Apa yang harus dirinya jawab?

Alvandi langsung menutup mulut Ale dan dibawa keluar ruangan.

"Abwang!" ujar Ale saat mulutnya dibekam oleh Alvandi.

Alvandi pun melepas bekaman nya. "Jangan nanya terus." ucapnya.

"Kan Ale kan cuma itu, kan Ale cuma mau tau." ucapnya so imut. Tetapi dimata Alvandi itu sangat imut.

'tahan Al tahan. ini di rumah sakit.' batin Alvandi.

Alvandi pun akhirnya tersenyum dan menangkup pipi Ale. "Baby, Nazila yang ngajakin Dima balapan. Udah ya, diem jangan nanya terus ya? Kasian Nazila nya." ucapnya lembut.

Ale pun mengangguk dan tersenyum gemas.

Sudah satu minggu Dima berdiam di apartemen. Tidak keluar apartemen, tidak balapan. Dia hanya rebahan, main ps, makan, mandi (ga mandi, cuma ganti baju. katanya si, masih basah jaitan nya).

"Bosen bener gue. Anjing emang, udah kalah dari Zila, celaka lagi. Nasib nasiib." gerutunya.

"Gabut bat anjing! Tolong oy gue gabut!"

"Ngapain ya gue?"

"Kaki, apakah kamu kuat untuk berjalan?"

Dima pun mencoba berdiri, dan bisa.

"Ngilu ah gajadi."

Dima kembali duduk di ranjang lalu merebahkan tubuhnya. Menatap atap kamarnya dan tersenyum.

"Adek gue hebat ternyata." ucapnya.

SI ANAK MOTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang