S A M : [34]

116 55 223
                                    

Haiii

Vote ya!


Bulan bersinar terang, seterang masa depan sang Dima Angkasa. Dirinya malam ini sangat senang karena telah memenangkan pertandingan. Balapan dengan musuh bebuyutan mas nya sendiri adalah suatu kebahagiaan baginya.

"Kalo lo kalah, lo harus damai dan balik lagi temenan sama mas nya gue. Kalo gue yang kalah, lo boleh ambil motor gue atau bahkan lo boleh porotin duit gue," ucap Dima sebelum memulai pertandingan.

"Deal?" Tanya orang itu.

"DEAL!!" Jawab Dima percaya diri.

Dima tersenyum bangga sambil terus memandang jalanan yang terlihat banyak bunga tertaburan padahal tidak.

"Seneng bener gue anjay!" Ucapnya dibalik helm full face yang menambah aura ganteng dari Dima semakin terpancar.

Saat akan menancapkan gas motornya, Dima melihat ada dua orang yang sedang duduk di pinggir jalan.

"Weh? Siapa tuh malem malem gini dipinggir jalan, mana cewe lagi," monolognya.

Dima berhenti di sebrang jalan itu lalu memperhatikan gerak-gerik perempuan itu.

"Ini jalanan padahal sepi, kok mereka berani ya?"

Dima terus saja memandangi perempuan itu. Dia cantik, fikirnya.

Saat sedang asyik memperhatikan perempuan itu dari sebrang jalan yang jauh, tiba-tiba perempuan itu melihat kearah Dima karena merasa ada yang memperhatikannya, perempuan itu pun tersenyum pada Dima.

Dima tak siap, dia terjun bebas dari motornya yang sedang tenang dan aman. Melihat Dima yang terjatuh dari motornya yang terparkir aman, perempuan itu menghampiri Dima untuk membantu Dima berdiri.

Bukannya berdiri, Dima malah semakin lemas dibuatnya. Apakah ini bidadari? Pertanyaan itu yang ada di benak Dima saat ini.

"Mas, mas gapapa?" Tanya perempuan itu pada Dima.

Dima melongo mendengar suaranya yang sangat lembut dan membuat Dima candu.

"Mas?"

"Mas gapapa?"

"Mas!"

Lamunan Dima buyar, "e-eh i-iya," ucapnya terbata-bata lalu bangun.

"M-makasih ya," ucap Dima berterimakasih.

"Mas ngapain jam segini masih diluar rumah?"

'Pertanyaan macam apa ini? Justru gue yang harusnya nanya kaya gitu,' batin Dima.

"A-ah itu, gue-, e-eh maksudnya aku abis balapan. Eh? A-anu, abis main game balapan di handphone, iya, itu, hehe."

Perempuan itu tersenyum kembali lalu mengangguk. Dima melongo melihatnya, sangat cantik sekali fikirnya.

"Ah iya, Dima Angkasa. Panggil aja Angkasa," ucap Dima sambil mengulurkan tangannya.

Perempuan itu pun menautkan tangannya dengan tangan Dima, "Aura Putri," ucap perempuan itu.

Dima mengangguk lalu tersenyum.

"Oh iya, panggil aku Putri ya mas Angkasa," ucap perempuan itu lagi.

Dima mengangkat sebelah alisnya, "semua orang panggilnya Putri?" Tanya Dima.

"Umm, iya. Dari kecil soalnya dipanggil Putri, atau Uti," jawabnya.

"Boleh aku panggil yang beda?"

Kening perempuan cantik itu mengerut, "lalu?"

SI ANAK MOTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang