🍬HARI BAHAGIA 🍬

11 1 0
                                    

"mah, Clarisa sayang banget sama Irham, dan ga ada satu kata pun atau hal apapun yang bisa buat Clarisa ragu sama Irham, Irham tulus sama Clarisa mah, dan Clarisa juga bahagia banget, karena bisa punya keluarga baru, yang tentunya keluarga yang Clarisa impikan selama ini"

~Clarisa nasya putri tunggal artio


Selepas huru hara yang terjadi di sekolah, akhirnya siswa siswi pulang cepat di jam 12:00.

kali ini Hanzel masih bingung ia akan pulang dengan siapa? pasalnya ia masih kesal dengan papahnya, kalau ia minta irham untuk menjemputnya rasanya keberatan, karena kali ini Irham ada jadwal kuliah. "huftt ini gue balik sama siapa ya?"

Sedari tadi gadis itu duduk di halte, kali ini ia memutuskan untuk naik naik taksi karena terpaksa.

"Hanzel" teriak seseorang dari sebrang

Hanzel pun menyipitkan matanya guna memperjelas pandangannya.
Entah matanya yang aneh atau memang kenyataan, pria yang memanggilnya itu terlihat seperti Vano.

Pria itu mulai mendekat ke arah Hanzel, dan benar itu Vano dengan motor Merahnya.

pria itu turun dari motornya dan melepas helm fullfacenya, terlihat Vano sangat tampan, dengan rambutnya yang acak acakan, bajunya yang tak rapih, membuatnya semakin terlihat badboy.

"Hanzel, ayo pulang bareng gue" ucap Vano belum direspon Hanzel.
Hanzel masih terpukau masih dengan ketampanan Vano

"Han, lo gapapa kan?" imbuh Vano dua kali, akhirnya Hanzel bisa disadarkan

"eh ng--ngga papa kak"

"jadi? mau pulang bareng gue?" tanya Vano satu kali lagi

"iy--iyya kak gue mau"

Vano pun memberikan helmnya untuk Hanzel, karena kali ini ia sengaja membawa dua helm.

Kali ini Hanzel berada di boncengan ketua The Famous, pagi tadi ia menjadi pusat perhatian karena bersama Azan, tapi saat pulang ia menjadi pusat perhatian karena bisa berboncengan dengan Vano.

Hanzel senang karena ia impiannya bisa terwujud untuk bisa bersama vano. Ia melewati sudut sudut jalan, rupanya suasa tidak mendukung saat itu.

Gemuruh petir yang terdengar saat awan mulai mendung. Karena itu membuat vano harus segera mengantarkan Hanzel, padahal niat hatinya ingin mengajak jalan jalan Hanzel lebih lama.

*****


"biar saya aja den yang markirin motornya" ujar mang Dudung--satpam dirumah Azan

Azan langsung meng iya kan penawarannya, lalu ia bergegas untuk masuk kedalam rumah, dan segera ke kamar karena ia rasa hari ini melelahkan, bukan lelah tepatnya, tapi ia patah hati karena ungkapan Hanzel tadi.

"Adek"ucap wanita paru baya yang sejak tadi menunggu kepulangannya

"adek, ganti baju dulu, habis itu makan" seru Arisa kedua kalinya

"iya bun" kali ini Azan sedang malas untuk berbicara dengan siapapun.
gelagatnya pun aneh, tak biasanya ia lupa salim pada Arisa, tapi kali ini kenapa dengan dia?

Lima belas menit Azan belum selesai mengganti pakaiannya, Arisa mulai aneh dengan anaknya itu, sedang apa ia di dalam kamar, tidak mungkin jika mengganti baju saja selama itu.

Arisa memutuskan untuk menemui anaknya itu, ia mulai menaiki anak tangga karena kamar Azan yang berada di atas.

CEKLEK

Azan&HanzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang