*Cakra*
Weekend selalu jadi hari terpanjang yang harus gue lalui. Gue nggak tau lagi musti ngapain sehabis nge-gym pagi-pagi. Kayak siang ini, gue hanya bisa menatap berkas-berkas kantor sambil bersandar di punggung kursi kerja. Rasanya bosen tiap weekend gini terus. Nggak ada perubahan sama sekali. Kecuali kalau ada rapat mendadak dari kantor. Gue baru tahu mau keluar kemana. Selebihnya hanya gini. Sangat-sangat membosankan.
Sambil duduk santai gue nggak sengaja ngebuka profil instagram Sherly, yang nunjukin kalau cewek itu suka banget sama kegiatan-kegiatan olahraga luar rumah. Kayak main sepeda, renang dan basket. Anaknya kayak aktif banget. Iya sih, gue nggak heran-heran amat. Selain banyak temen, Sherly itu anaknya easy going banget. Dulu gue sampai iri sama si Sherly ini. Dia banyak kegiatan yang nggak ngebosenin sama sekali.
Penasaran gue pun akhirnya memberanikan diri ajak dia jalan, lebih tepatnya main sepeda. Kapan lagi coba.
Cakra
Sore nanti sibuk gak Sher?Nggak lama gadget gue bunyi. Jawaban dari Sherly bikin gue senyum sekaligus mengernyit. Jadi pandangan dia soal gue cuma soal kerjaan doang.
Sherly
Gak.
Napa?
Mau bikin tender bareng?Cakra
Sepedaan yuk?Sherly
Tumben lo ngajak gue sepedaan?Cakra
Jadi gimana nih?
Boleh nggak?Sherly
Gue tunggu sampe jam 2 ya.
Agak siangan dikit.
Jam 4-nya soalnya gue ada acara.Gue akhirnya siap-siap. Mengeluarkan kembali sepeda gunung di gudang. Sepeda yang nggak tau bisa digunakan lagi atau nggak. Kalau nggak bisa, nanti gue pinjem Sherly. Kalau dilihat dari foto hasil jepretan di IG, Sherly kayaknya punya banyak koleksi sepeda.
"Pak, bisa tolong perbaikin ya? Nanti siang sekitar jam 2 saya pake." Perintah gue ke sopir keluarga yang kebetulan waktu itu nggak ada kerjaan.
Ini masih jam sebelas, jadi ada sekitar tiga jam terima beres.
"Walah Den, kok yo ndadak, peleng-nya udah bonyok semua itu. Harus diganti semua. Tumben Aden mau pergi pakek sepeda?"
Gue menggaruk kepala yang sebenernya nggak gatal. Bingung melihat penampakan sepeda yang memang sudah berantakan banget.
"Bisa nggak Pak?"
"Bisa, Den. Tapi nggak tau sampai jam berapa selesai."
Gue hanya bisa mengangguk. Melirik jam tangan. "Ya udah. Jual aja beli yang baru."
"Siyap, Den."
Gue lihat Pak Diono udah jalan membawa sepeda yang memang kelihatan udah mau reyot. Sementara gue langsung menghubungi Sherly mengatakan kalau sepeda gue nggak bisa dipakai, dia kemudian menawarkan sepeda yang biasa dipakai si nerd, pacarnya, jadi gue iyain.
****
"Mau kemana, Pak?" tanya satpam komplek yang tiba-tiba muncul bikin gue terkejut. Gue lihat tadi nggak ada satpam yang jaga di depan.
Gue akhirnya menyebutkan alamat rumah Sherly lengkap sama nama panjangnya, biar satpam komplek percaya.
"Langsung lurus aja Pak, ada pertigaan langsung belok kanan, rumah nomor dua."
Dia menunjukkan alamat rumah Sherly. Padahal gue tahu, tapi demi menjaga sopan santun gue iya-in aja. Gue langsung menuju tempat tujuan. Nggak lama mobil gue berhenti di depan rumah Sherly, agak heran sebenarnya kenapa rumahnya mendadak rame banget. Banyak motor parkir di depan. Kayak ada acara, tapi kalau emang ada acara, harusnya Sherly bilang. Jadi gue nggak harus ganggu dia kayak gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [END-LENGKAP]
General Fiction21+ (Completed) "Aku hanya orang ketiga yang nggak pantas mendapatkan cintanya." - Dhira Kirana Sundari **** Start: Kamis, 22 Desember 2022 Ending: Rabu, 07 Juni 2023