Orasi 25

89 12 1
                                    

Yuhuuu....

SEBUAH ORASI CINTA UP!

DI NEW VERSION BANYAK BAB BARU DITAMBAHKAN. BACA SEMUA JANGAN ADA YANG TERLEWAT!

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN YAH!

SELAMAT MEMBACA!

************

Malam itu setelah acara kehujanan Ifa bersama Kadept—Ketua Departemen—nya tidak langsung tidur. File PPT telah disusun rapi agar mudah dihafal dan pahami buru-buru dibagikan ke grup berharap esok pagi anggotanya sempat membaca dan mempelajari sebelum presentasi. Usahanya semoga takkan sia-sia agar nilai tidak berujung 'D' dan kesempatan untuk mendapat beasiswa akan hilang begitu saja. Beruntung kejadian jawaban ujian disobek itu telah diganti dengan ujian ulang dan hasilnya memuaskan.

"Kelompok 1!"

Semua anggota memegang hasil print PPT masing-masing berkat hasil gratisan dari Sekret BEM berkat previllage sebagai anak Ormawa—Organisasi Mahasiswa—lumayan mengirit akhir bulan. Ifa menarik napas dalam mengambil lembar presentasi. Kantuk sedari dari menyerang karna terus saja menguap dan matanya pun berair. Hidung gatal terus saja ingin bersin pun menambah penderitaannya. Rupanya Ia terserang flu.

Ifa dan Rita diputuskan dua orang jadi Presentator. Operator dipegang Idam dan lainnya dijadikan dan sisanya sebagai Moderator dan Notulen.

"Untuk macam tambahan dalam pembuatan sediaan tablet yaitu...." Kalimat Rita berhenti, matanya semakin mendekat melihat kata pada paper di tangannya. Ifa sejenak menunduk, menggigit bibir bawahnya menghindari tatapan tajam Dosen. Dahinnya semakin mengernyit melirik Rita lanjut dengan kalimat terbata-bata. "—bahan pengi-si, bahan pengi-kat, penghancur, dan bahan pe-peli—"

"Stop! Stop! Kalian sudah diajari bukan bagaimana harusnya melakukan presentasi sejak SMA?" Paparan Rita segera dihentikan Dosen terkenal killer, teliti dan perfeksonis. Ibu Ramahita—Tapi karakternya tidak seramah namanya. Tatapannya beralih menerawang kearah seluruh mahasiswa di ruang kelas seakan memberikan peringatan untuk kelompok berikut dan kembali menatap kelompok Ifa.

Seluruh anggota terkesiap. Jantung kami berdegub kencang dengan tatapan tajam Bu Ramahita pada kelompok kami. Baru dua slide berjalan dank ini tinggal menunggu waktu mental dibabat habis mungkin sekalian nyawa kami.

"Ini tidak ada bedanya dengan membaca modul. Hanya membaca dan selalu melihat paper." Tepukan keras dibuku modul yang dibawanya diatas meja itu jadi pelampiasan kekecewaannya.

"Oke, saya akan langsung saja. Rita." Tubuh Rita menegang. "Bahan pengisi yang telah kamu paparkan, coba sebutkan contohnya?"

Mata Rita mencuri pandang kearah paper PPT ditangannya. "Suk-krosa, dikal-kali—"

"Dikalsium fosfat," gumam Ifa disebelah Rita. Giginya sengaja dirapatkan agar tak ketara didepan Bu Ramahita menghadap ke depan.

"Dikali berapa?" Intimidasi Bu Ramahita menambah kegugupan Rita. "Ifa!"

Tubuh Ifa menegak sembari menahan gatal hidung ingin bersin. "Saya Bu," jawabnya mengangkat tangan.

"Peran Talk dengan kadar 1-5 % dalam bahan tambahan tablet? Coba jelaskan!"

"Berfungsi sebagai glidan untuk memperbaiki sifat alir dan antiadheren untuk mencegah melekatnya tablet pada punch dan dinding die yang bukan karena gesekan itu termasuk dalam bahan—" Ifa menjawab lancar segera dialihkan ke teman disebelahnya.

Sebuah Orasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang