Orasi 4

204 43 28
                                    

HAPPY READINGS.................

Semoga ngak bosen sama Elang sama Ifa yaah...

Siap ngak nih ketemu Bang Elang?

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAAAH....😊😊😊

-------♡¤¤¤¤¤¤¤¤♡-----

Lupakan tangan lengket dan rasa tidak nyaman di rambutnya. Gejolak emosinya takkan bermanfaat. Elang bergegas pergi menuju Balairung. Ramai, kursi penuh terisi mahasiswa baru. Panitia pendamping siaga di pinggir rentetan tempat duduk. Acara tengah berlangsung dipandu MC.

Mudah Elang menemukan sahabatnya diantara kumpulan raturan manusia Elang. Posisi mereka terlalu intens dipinggir tak jauh dari panggung utama.

"Ada masalah apa?"

Tiga orang sedang berdiskusi privat urgent itu menoleh serempak termasuk penelpon tadi salah satunya. Wajah gelisah putus asa seketika berubah berseri melihat kedatangan Elang seperti menemukan sebongkah berlian.

"Apaan?"

Kedua alis Elang mengerut. Rambut acakan bergelombangnya berubah rapi alias lepek. Air tak berhenti menetes di ujung rambutnya.

Rozy dan Risvan hendak menjawab seketika tertawa keras baru sadar penampilan Elang. Dengan cepat dibekap telapak tangan lebar milik Vani mengingat acara didepan masih berlangsung. Vani salah satu Panitia OKK dan tergabung dalam BEM FEB.

Dahi Vani mengerut dan bertanya, "Lo kenapa? Kecebur Got?"

Rozy terkikik mendekat mengendus bahu Elang kemudian menjauh. Elang datar saja dengan sikap absurd sahabatnya ini. "

"Wesh... Abis mandi Jupe lo?" ledek Risvan masih dalam kekehannya. Ia dapat mencium aroma kuat jeruk peras.

"Sayang Lang mendingan buat gue, aus," timpal Rozy menyentuh tenggorokan. Istilah ini tak asing lagi setelah dulu mengira itu salah satu nama artis.

"Ke siram," jelas Elang singkat.

Tatapan Elang berubah tajam dan tegas langsung kembali ke topik awal menghentikan cekikikan tiga temannya. Sebenarnya Ia berniat mencuci muka tapi gegas berputar arah karena panggilan Risvan kedua kalinya.

"Kenapa manggil gue?"

"Lo ngasih sambutan," jawab Risvan cepat.

Elang memundurkan kepala, semakin berkerut alisnya membentuk jembatan. Telinganya tidak salah dengar. "Lo bilang apah?"

"Iya, Kau cakap-cakap didepan, kawan." Rozy ikut menambahi. Nada suara khas timur lekat mengalun. Jauh-jauh dari Pulau Flores diterima kuliah di Ibukota. "Mamak Pres kita masuk rumah sakit. Tak tegalah aku," jelasnya.

Elang paham sekarang maksud dua sahabatnya ini. Mantaplah satu fakultas satu jurusan satu organisasi mantap lagi. Kecuali Vani dari fakultas ekonomi, tempat peraduan kalau barang kebutuhan melonjak. Tapi seharusnya penganti Ketua adalah Wakil, kenapa harus gue?

"Nda ado (Nggak ada) wakil, yoyon mencret. Tadi malam begadang salah makan dia," jawab Risvan seakan tahu isi pikiran Elang.

********

Lega urusan dihujung tanduk Ifa. Milly dan Julia sabar menunggu didepan pintu masuk Balairung. Lumayan juga bakar lemak lari dari kamar mandi hingga pintu depan walau ada sedikit accident.

"Lama amat," keluh Julia.

Ifa meringis hanya hendak menyeruput es jeruk perasnya. Tenggorokan mendadak terasa kering. Sadar sedotan tak kunjung menyentuh bibir mata Ifa melotot baru menyadari es jeruk peras tinggal setengah ikut raib.

Sebuah Orasi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang