Ulang Tahun

53 4 0
                                        

Tidak ada yang spesial dihari ulang tahunku, keluarga yang tidak merayakan dan teman-teman yang lupa dengan hari lahirnya aku hidup di bumi. Sedikit kecewa banyak bersyukurnya karena Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup, walaupun dengan hidup tidak membuat aku bahagia. 

12 Januari 2022, umurku genap 20 tahun. Tak ada pencapaian yang bisa kubanggakan selain masuk universitas negeri lewat jalur beasiswa, saat ini aku sudah sampai semester 4 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Setidaknya dengan begitu ibu tidak harus bingung bagaimana mengabulkan mimpiku menjadi sarjana, supaya aku tidak kesulitan mencari pekerjaan yang baik nantinya. Supaya bisa membahagiakan Ibu, tentu aja! Sisanya supaya tidak hidup menjadi gembel, jika tidak tau maksudnya adalah melarat, miskin, dan sengsara. Cita-cita utamaku adalah menjadi kaya, dengan begitu hidupku akan bahagia sentosa. Aku bermimpi suatu saat dapat pergi belanja ke mall membeli banyak kebutuhan dan keinginan tanpa perlu melirik berapa harganya. 

Untuk perkenalan awal kalian mungkin mengira aku terlalu matre sebagai cewek, harusnya aku bisa memperkenalkan bagaimana bentuk diriku seperti tinggi badan, panjang rambut, warna kulit, atau hobi dan kebiasaan yang sering aku lakukan sehari-hari untuk mengisi waktu luang, bukan keinginan yang kuat untuk menjadi kaya dan punya banyak uang. Mohon maaf tidak ada yang menarik dariku, hanya anak perempuan biasa yang bermimpi hidup sukses tapi masih suka bermalas-malasan dan mencuri waktu untuk tidur. Padahal katanya orang-orang sukses itu tidak ada waktu untuk tidur siang, tapi aku selalu menyempatkan walaupun hanya 15 menit. Soalnya cuma tidur yang saat ini buat aku mengerti apa itu bahagia dan tenang. 

Hari ini Ibu masak daun ubi tumbuk dan sambal ikan tongkol campur terong ungu, aku menyukainya begitupun dengan adikku. Namanya Rifa, lebih tinggi 5 cm, baru masuk SMA, suka berenang. Kami cukup akrab, karena kalau tidak saling menguatkan kami tidak mungkin bertahan pada jenjang pendidikan. Sebagian besar biaya pendidikan kami sejak SD adalah bantuan dari pemerintah. 

Coba bayangkan, dua orang anak yang termasuk dalam kategori keluarga kurang mampu, yang pendidikannya dibiayai pemerintah, kini hidup sukses dan kaya raya. Sekarang gantian, mereka membantu orang lain dengan berdonasi ke banyak sekolah-sekolah pelosok daerah sebagai bentuk syukur karena sudah dititipkan banyak harta. Nama aku dan Rifa akan masuk kebeberapa blog sebagai bentuk motivasi, betapa keren dan hebatnya jika itu benar terjadi.    

"Sosial mediamu sepi kak, teman-temanmu gak ada yang ngucapin semalam?"

Aku melirik Rifa setengah sinis, selain mengganggu khayalanku dia juga merusak rasa daun ubi tumbuk dan sambal ikan tongkol yang sedang menyatu dalam mulut. Aku hanya menaikkan bahu acuh sebagai balasan.

"Makanya punya cowok, minimal ada satu oranglah yang buat hari ulang tahunmu jadi spesial!"

Kenyataanya, aku jomlo sejak lahir. Sudah kubilang, tidak ada yang menarik dalam hidupku. Aku bukannya tidak tertarik pada cowok, hanya saja cowok yang aku sukai tidak balik menyukai. Soal cinta aku termasuk orang-orang yang suka dalam diam. Diam-diam ditolak dan diabaikan. 

"Daun ubi tumbuknya enak, Bu." kataku jujur, mengabaikan omong kosong Rifa. 

"Memangnya ibu pernah masak gak enak? Kamu aja yang gak pandai masak kak! Huh!" 

Begitulah ngeselinnya Rifa. Dia pandai meledek diriku yang banyak kekurangan, sedangkan aku tidak punya cela untuk membalasnya. Begitupun kami saling menyayangi, walau kadang-kadang aku suka berpikir untuk mencelupkan dirinya kedalam kolam lele, supaya bibirnya dipatil. Untung saja kami tidak melihara lele, kalau tidak niat burukku itu bisa saja terpenuhi kalau sudah kesal setengah mati. 

"Kakak kalau mau belajar, masakannya bisa lebih enak dari kamu, dek!"

Aku tersenyum bangga. Kalimat ibu selalu menjadi pendukung, penyemangat, serta penolong setiap saat. Aku tidak harus repot-repot melabrak ejekan Rifa dengan kata-kata yang menjelma bagai panah tajam, cukup Ibu saja yang mendamaikan keadaan. Kalau sudah begitu, Rifa hanya tersenyum malu membuat matanya tenggelam dalam lekukan bulan sabit. 

Belum selesai kami makan, Ibu pamit pergi kerja. Aku dan Rifa tidak bisa salim karena jemari kami masih bersambal, jadi hanya memberi pesan agar Ibu hati-hati di jalan dan semangat terus. Ibu tersenyum tulus, mengangguk, lalu beranjak pergi. Ciri khas Ibu adalah menggunakan songkok rajut yang diujung dahinya tersulam bunga kecil dengan bentuk yang beragam. Ibu punya setidaknya lima songkok dengan warna yang gelap-gelap seperti hitam, abu muda, abu rokok, biru tua, coklat tua. Pekerjaan Ibu adalah masak di tempat orang pesta bergabung dengan temannya yang lain. Ibu suka ketika rambutnya terbalut rapi sehingga tidak ada kejadian orang sedang menikmati makanan tiba-tiba menemukan rambut, selain kenikmatan Ibu juga mengutamakan kebersihan. Kata Ibu, kalau hati para tamu senang dengan makanan yang disajikan berarti Ibu dan timnya berhasil dalam pekerjaan. Ibu tidak bekerja untuk bos, tapi untuk kesenangan orang-orang yang terlibat dalam pesta. 

Tiba-tiba pintu rumah terdengar suara ketukan, aku pikir ibu pulang lagi karena ada sesuatu yang tertinggal. Aku segera meninggalkan urusan makan untuk menyambut orang dibalik pintu. 

Jantungku berhenti sejenak. Aku kaget dan panik. Seseorang berdiri membawa buket bunga mawar yang masih segar, kue ulang tahun yang masih tertutup rapi, dan sepotong coklat batangan di atasnya. Sungguh diluar dugaan dan nalar. Aku bahkan tidak bisa berpikir siapa dan mengapa laki-laki yang mengenakan hoodie merah jambu ini bisa tepat berada dihadapanku. Aku tidak mengeluarkan suara, sehingga dia yang mengambil alih suasana. 

"Delima?"

Aku masih terpaku. Aku tidak mau kesenangan duluan karena akhirnya mendapat kejutan berharga, apalagi aku sama sekali tidak mengenal pria ini. Bisa saja dia salah alamat. 

"Iya, itu kak Delima!"

Suara Rifa yang tiba-tiba nyeletuk menyadarkan, aku menautkan alis seolah bertanya siapa pria ini? kenapa kamu mengenalnya?

"Ini teman kak Putri, aku yang kasih alamat kita."

Aku menghela, ternyata kejutan ini benar-benar untukku. Putri dan Rifa pasti diam-diam bekerja sama untuk ini. Putri, teman SMA ku, kami cukup dekat, sepertinya dia sudah ingat kalau temannya yang satu ini sudah bertambah usia. Setelah lulus sekolah Putri langsung berangkat ke Jakarta, melanjutkan usaha kakaknya di sana. Jakarta-Medan terlalu jauh ditembus kalau hanya untuk merayakan ulang tahunku, mungkin karena itu dia mencari alternatif lain untuk tetap bisa memberi kejutan untukku. Walaupun terlambat.   

"Happy birthday."

"Terima kasih."

"Sehat selalu, murah rezeki, semoga kedepannya menjadi pribadi yang lebih baik lagi."

Bibirku bergumam "Aamiin", sambil dalam hati menambah satu doa, yaitu semoga cepat kaya. Aku menerima hadiah dari Putri yang diwakilkan olehnya. Rifa membantuku karena kewalahan. Pria itu tidak menetap berlama-lama, ia langsung pamit pulang setelahnya menyerahkan semuanya. Begitupun kehadirannya membuatku cukup senang. Aku tidak jadi marah sama Putri, karena aku dan Rifa bisa lanjut makan trip kedua. Aku segera menelpon Putri untuk mengucapkan terima kasih. 









--

See u!

DesemberhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang